Tampilkan postingan dengan label 1. Beda Parlemen Malaysia dengan Indonesia.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 1. Beda Parlemen Malaysia dengan Indonesia.. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 Juli 2016

Bedanya Parlemen Malaysia Dengan DPR Indonesia (Jika Parlemen Malaysia Berantam Jika Harga Cabai Naik, Parlemen Indonesia Gontok-gontokan Soal Pasal-Pasal)


Oleh WARSITO, SH., M.Kn.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta
Jabatan Fungsional: LEKTOR 
         
  
         Ketika saya menginjakkan kaki pada tahun 2006 di Malaysia, saya  dibuatnya tercengang dengan suguhan spanduk yang berseliweran di jalanan bertuliskan: “SAYANGILAH MALAYSIA dan SAYANGILAH KUALA LUMPUR!”. Sepanjang perjalanan saya membathin mengapa rakyat Malaysia begitu membanggakan negaranya dan begitu besar cintanya kepada negaranya? Dalam perjalanan dari Bandara menuju penginapan saya di Hotel Royal Bintang di Kuala lumpur, saya mengamati dengan saksama sepanjang perjalanan dinegara Malaysia dan kota Kuala Lumpur saya tidak menjumpai adanya pak OGAH, tidak adanya pedagang asongan yang berkeliling dijalanan (karena sudah direlokasi di China Town), dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa Malaysia itu adalah negara kemakmuran. Satu lagi pemandangan berseliweran dijalanan yang saya lihat, warga Malaysia begitu membanggakan Produk dalam negerinya dengan mayoritas berkendara memakai mobil Proton. Berbeda dengan di Indonesia khususnya di Jakarta jalanan bagaikan neraka macetnya luar biasa disesaki mayoritas mobil-mobil mewah buatan luar negeri. Melihat gemerlap Jakarta yang berkendaraan mobil mewah seolah mencerminkan rakyat Indonesia itu sudah sejahtera ke tingkat kemakmuran, padahal sebaliknya, mayoritas penduduk Indonesia masih dapat digolongkan miskin jika dibandingkan Malaysia. Berbeda pemandangan di Indonesia, pedagang asongan menjamur diuber-uber dan dirazia oleh Polisi Pamong Praja, meski besoknya ketakutan tidak berjualan, tetapi ke esokan harinya datang lagi menjamur bak pepatah:  "mati satu tumbuh seribu". Kenekatan ini semua akibat rakyat butuh makan dan untuk biaya sekolah anak-anak meski berjualan di jalanan resikonya dapat pentungan ketika dirazia. Hal lain, karena pemerintah Indonesia belum sepenuhnya melaksanakan amanat konstitusi untuk mensejahterakan rakyatnya.




 Parlemen Malaysia Memperjuangkan Rakyat Soal Cabai Naik.
          Ketika saya di Malaysia melihat Parlemen sedang bersidang ribut besar  hanya masalah soal cabai naik. Kami bersama rombongan Anggota DPD-RI studi banding ke Malaysia untuk RUU DKI Jakarta. Ketika kami berkunjung ke Parlemen Malaysia di Putra Jaya, saya dibuatnya terperanjat kaget ketika melihat jalannya persidangan parlemen Malaysia dalam suasana ribut dan berantam hanya soal sepele mengenai harga cabe yang sedang meroket. Melihat jalannya sidang parlemen di Malaysia ini saya teringat DPR kita yang justru antagonis kerjanya, ributnya DPR Indonesia bukan karena harga cabe naik, bensin naik, beras naik, gula naik, kopi naik atau KPR-BTN naik yang bisa membuat sempoyongan rakyat, malah yang diributkan soal cetek tentang pasal-pasal dan paket Pimpinan MPR, Paket Pimpinan DPR dan paket Pimpinan DPD yang sama sekali justru tidak ada hubungannya untuk kepentingan rakyat-negara bangsa.  ANOMALI!. Ketika memasuki ruang sidang Parlemen Malaysia kami rombongan ada yang ketinggalan jas sehingga sebagian ada yang nggak bisa masuk melihat jalannya persidangan, akhirnya kami mencari akal agar bisa masuk ruangan sidang maka kami gantian memakai jas. Satu pemandangan yang menarik dan agak lucu saya menyaksikan persidangan parlemen Malaysia, ketika gontok-gontokan dan ribut soal harga cabe naik bahkan kain sarung yang dikenakan oleh anggota parlemen laki-laki sempat ada yang melorot, untung bisa dikencengi lagi dengan ikat pinggang. Selesai menghadiri persidangan kami dipresentasikan oleh bagian persidangan parlemen Malayisa bahwa ada diskon KPR besarnya tergantung kepada urut-urutan penduduk asli Malaysia. Jika Penduduk Asli Malaysia Melayu besaran diskon 5% berbeda dengan India dan Tionghoa.
Berkunjung ke Kementerian Pendidikan Malaysia (Menteri Pelajaran Malaysia)
          Kami rombongan DPD-RI juga mengunjungi Departemen Pendidikan Malaysia (Kementerian Pelajaran Malaysia) dari sini dipresentasikan oleh atase pendidikan Malaysia bahwa Pendidikan di Malaysia itu percume (gratis) dari mulai SD-Perguruan Tinggi, bahkan tidak segan-segan negaranya membiayai warga negaranya yang ingin studi melanjutkan S3 keluar negeri. Dari sinilah saya bisa tahu mengapa rakyat Malaysia begitu cinta kepada negaranya, sebab negaranya memang benar-benar hadir dihadapan rakyatnya.
Terakhir Berkunjung Ke Duta Besar Malaysia
          Sebelum kembali ketanah air kami rombongan DPD-RI berkunjung ke Duta Besar Indonesia untuk Malaysia yang pada waktu itu dijabat oleh Rusdihardjo (mantan Kapolri). Saat itu sedang panas-dingin hubungan antara Malaysia dengan Indonesia apalagi kita telah dipermalukan di dunia Internasional melalui IJC (International Justice Court) yang pusat peradilannya di Den Haag Belanda kita kalah telak dengan Malaysia 16:1 untuk kemenangan Malayisa sehingga kita kehilangan pulau Sipadan dan Ligitan.  Dari Kedutaan Besar dan informasi dari atase keamanan kita disinilah saya bisa tahu mengapa Indonesia tidak memutuskan perang dengan Malaysia, selain mempertimbangkan jumlah korban kepada rakyat yang tidak berdosa juga ada rahasia negara soal taktik pertahanan kita yang tidak saya ungkap disini. Pak Rusdihardjo pun ketika memberikan sambutannya ketika itu tidak memakai alat pengeras suara takut ada pihak-pihak yang menyadapnya. Soal SDM: tentara, Polisi dan Sukarelawan kita jauh lebih unggul dan hebat ketimbang Malaysia, dengan kata lain Indonesia bukan tandingannya Malaysia, sekali lagi ada rahasia pertahanan negara kita yang tidak elok saya ungkap disini.
Bagaimana Kecintaan Rakyat Indonesia Kepada Negaranya?
          Soal jiwa militansi, rela berkorban jiwa dan raga Rakyat Indonesia kepada negara-bangsanya jangan diragukan lagi, untuk urusan yang satu ini rakyat Indonesia tidak ada tandingannya di seluruh dunia. Rakyat Indonesia siap bertempur rela jiwa raganya berkalang tanah untuk negara bangsanya jika marwah bangsa sudah dihina, diledek, dikoyak-koyak, dilecehkan dan di injak-injak habis oleh negara lain. Sejarah telah membuktikan jaman revolusi kemerdekaan meski memiliki alat tempur super canggih Belanda dan Jepang dibuat kocar-kacir oleh pejuang pro kemerdekaan yang hanya bersenjatakan pertempuran sederhana bambu runcing. Tengoklah bagaimana reaksi rakyat Indonesia ketika Malaysia sering meledek dan memprovokasi kita, rakyat Indonesia dimana pun berada siap memanggul senjata, jiwa dan raganya  siap dipertaruhkan untuk ibu pertiwi.
          Tapi sayangnya jiwa militansi rakyat Indonesia kepada negara bangsanya tidak dilakukan secara kontinyu, dalam kondisi negara normal tidak genting seperti ini jarang terlihat gerakan mencintai Indonesia dibuktikan dengan memakai produk-produk Indonesia seperti kendaraan, pakaian, alat rumah tangga, dll.  Dada kita semua baru sesak napas ketika marwah bangsa sudah dihina. Kecintaan rakyat kita kepada negara-bangsanya belum sepenuhnya terpatri, disebabkan negara Indonesia belum sepenuhnya hadir di tengah-tengah rakyatnya. Berbeda, jika negara melalui pemerintah sudah benar-benar memperhatikan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, masih banyak rakyat kita yang belum bisa mengenyam pendidikan dengan baik karena ketiadaan biaya. Coba Pemerintah  menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok yang sekarang membuat klenger rakyat karena harganya tidak beraturan semakin meroket. Terakhir, coba Pemerintah mengontrol harga-harga rumah KPR-BTN atau memberikan diskon kepada warga negaranya, dan kebijakan-kebijakan pro rakyat lainnya. Betapa bangganya rakyat kita kepada negaranya jika pemerintah dapat melakukan langkah-langkah terobosan untuk kesejahteraan rakyatnya. Rakyat sudah muak dengan gonjang-ganjing  perpolitikan nasional, RAKYAT BUTUH MAKAN, BUKAN SUGUHAN GADUH POLITK!.
          Jika semua itu sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, maka kita semua akan bertambah bangga menjadi bangsa Indonesia. Maka slogan: Sayangilah Malaysia!, Sayangilah Kuala Lumpur akan keok dengan Slogan kita: “CINTAILAH INDONESIA, TUMPAH DARAHKU ADALAH INDONESIA!.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19