Tampilkan postingan dengan label Pengalaman Berhenti Menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR Meski Gaji dan Tunjangan Besar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengalaman Berhenti Menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR Meski Gaji dan Tunjangan Besar. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 September 2021

Pengalaman Berhenti Menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR Meski Gaji dan Tunjangan Besar

 

 

Banyak orang yang “menganggap gila saya” disaat gaji dan tunjangan PNS di Sekretariat Jenderal MPR begitu besar saya menyatakan berhenti dari PNS tahun 2008. Saya masuk PNS Sekretariat Jenderal MPR sejak 1997, waktu yang cukup lama bagi saya untuk berkarya sebagai abdi negara. Pengalaman pahit getir menjadi PNS sudah saya alami bukan hanya PNS yang hidup ada pahit dan getirnya di semua kehidupan tentu ada pahit manisnya. Manisnya pas menerima gaji dan uang paket serta uang sidang kadang-kadang juga dapat uang tambahan dari yang tidak terduga-duga. Di semua bagian MPR selain gaji dan tunjangan, serta uang paket saya tidak munafik selalu ada-ada saja tambahannya. Terkadang seminggu sekali saya dipanggil kepala bagian saya untuk diberikan uang kaget-kagetan dari rekanan tentu saya tidak menanyakan ini uang dari mana, yang penting kalau uang itu darimana saya ragu-ragu sifatnya remang-remang saya barengi dengan bersedekah dan berinfaq kepada orang lain. Dan alhamdulilah sudah mulai 4 bulan ini saya rutinkan hidup saya bersama keluarga untuk berinfaq Jum’at berkah membagi-bagi sarapan kepada warga kami yang tidak mampu saya baru mampu sekitar 60 bungkus untuk memberikan nasi bungkus tsb.

 

Kenapa Jadi PNS Enak Gaji, dan Tunjangan Besar Kok Keluar?.

Ternyata dalam hidup ini tidak melulu memburu uang, ketenangan hidup itu sangat penting. Apakah saya menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR tidak tenang?. Jawabannya ya, saya menjadi PNS MPR tidak merasa bahagia sedikit pun saya merasa tertekan karena tidak ada kejelasan tugas yang saya dapatkan apalagi saya ini cuma memakai ijasah SMA ketika masuk dengan start Golongan ruang IIA cuma jadi bulan-bulanan (baca: cuma kacung). Namanya kacung ya disuruh kesana kemari harus mau, sepintar apapun dan sehebat apa pun kalau masuk PNS cuma ijasah SMA ya tetap akan menjadi bawahan kecuali mereka kuliah lagi untuk penyesuaian ijasah itupun kalau tidak dipersulit oleh Sekretariat Jenderal MPR. Sejak ada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mulai tahun 2004 sebenarnya pegawai Sekretariat Jenderal MPR hanya diperbantukan di DPD tetapi karena ada kepentingan politis banyak pegawai MPR yang justru dijorokin dipindahin di DPD. Dengan banyaknya pegawai MPR pindah ke DPD maka banyak formasi kosong pejabat di MPR dan banyak yang akan promosi untuk menduduki jabatan. Masalahnya kasihan pegawai yang bergolongan rendahan seperti saya dipindahin kemana saja nasibnya tetap menjadi bawahan.

 

Mengapa Saya Keluar PNS?.

Diatas sudah saya sebutkan mengapa saya berhenti PNS meski gaji dan tunjangan besar karena hidup tidak hanya mengejar uang hidup ini butuh ketenangan bathin dan saya jujur tidak tenang menjadi PNS Setjen MPR. Hal-hal keburukan Sekretariat Jenderal MPR demi menjaga kode etik tidak akan saya buka melalui blog ini. Saya masuk PNS tahun 1997 dan saya kuliah S1 Fakultas Hukum di Universitas Satyagama tahun 1998 dan lulus tahun 2002 saya melanjutkan kuliah S2 Hukum di Universitas Indonesia lulus tahun 2006 akan tetapi golongan saya tetap tidak naik-naik ada pejabat yang menghambat penyesuaian ijasah saya hingga saya lulus S2 UI tahun 2006, ketika saya berhenti PNS tahun 2008 masih tetap bergolongan IIC hal inilah yang menjadikan bathin saya berontak untuk keluar dari PNS. Saya sering ditugasi upacara bendera baik pembacaan Pembukaan UUD 1945 atau Pembacaan naskah Pancasila ketika disebut nama-nama yang bertugas upacara dengan embel-embel gelar lengkapnya sementara saya sendiri meski punya gelar tapi belum dicantumkan karena saya tidak segera disesuaikan inilah salah satu kejahatan Sekretariat Jenderal MPR terhadap pegawainya sendiri yang nota bene tidak ingin memiliki SDM yang baik, tidak ingin ada orang senang tapi senangnya suka menghambat orang lain. Mereka yang dholim itu tidak takut barang siapa yang mendholimi orang nanti sungguh akan mendapatkan balasan dari Allah SWT yang setimpal. Demikianlah selayang pandang mengapa saya berhenti PNS meski gaji dan tunjangan menggiurkan karena hidup tidak tenang, hidup ini bukan soal uang melulu tetapi perlu aktualisasi diri dan ketenangan hidup.

 

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19