Tampilkan postingan dengan label KESAN DAN PESAN MAKAN NASI GANDUL CIRI KHAS MASAKAN KOTA PATI BUMI MINA TANI DI TERMINAL PATI HARGANYA MENGGETOK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KESAN DAN PESAN MAKAN NASI GANDUL CIRI KHAS MASAKAN KOTA PATI BUMI MINA TANI DI TERMINAL PATI HARGANYA MENGGETOK. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 November 2021

NASI GANDUL PATI

 


 

NASI GANDUL KHAS PATI DI PESANGGRAHAN, JAKARTA BARAT

  

Siapa yang tak kenal dengan nasi Gandul Pati?. Nasi gandul Pati yang gurih dan lezat bukan hanya dikenal di daerah Pati, tetapi sudah menjadi buruan para kuliner di seluruh Indonesia, bahkan beberapa negara lain sudah mengenal masakan ciri khas Pati ini. Jika berwisata di Kota Pati jangan lupa untuk makan masakan Nasi Gandul yang sudah tersebar di sepanjang jalanan kota Pati. Jangan ditanya bagaimana rasanya nasi gandul pastinya lezat, dan gurih kita akan dibuatnya ketagihan jika bertandang ke Kota Pati tak mencicipi masakan nasi gandul Pati rasanya kurang lengkap. Kota Pati dikenal dengan sebutan kota Bumi Mina Tani. Pati sangat terkenal dengan kacang garuda dan kacang kelincinya. Waktu pak Harmoko masih hidup sering bersendau gurau dengan saya beliau mengatakan bahwa nasi gandul Pati itu yang gandul-gandul katanya. Saya nggak tahu pak Harmoko ini banyol atau memang benar-benar beliau tidak tahu masakan nasi gandul Pati. Nasi gandul Pati itu adalah daging sapi yang berkuah piringnya dilambari dengan daun pisang yang menjadikan nikmat itu ada daun pisangnya. Lantas apakah hubungannya Blog Hukum ini dengan nasi Gandul?. Alkisah pada waktu saya masih bekerja di PNS MPR RI sebulan sekali saya bisa menyempatkan pulang kampung ke Kayen Pati sampai terminal Pati saya ditawari ibu-ibu yang badannya gemuk jualan nasi gandul Pati, karena saya dirayu dan kepepet akhirnya saya masuklah ke warungnya. Alangkah kagetnya saya ketika mau membayar tahun 1998 nasi gandul Pati harganya sudah 60ribu padahal saya cuma pakai daging satu iris pada waktu itu  umumnya harganya paling cuma 15 ribu. Ibu-ibu itu saya tandai mukanya saya titeni kapan-kapan kalau saya pulang kampung turun dari bus dicegat lagi akan saya cuekin saya akan bilang nasi gandul  Pati ibu mahal. Orang ini ternyata benar-benar ndablek saya pulang kampung dicegat ditawari lagi masih sama ibu-ibu yang menggetok saya dan gemuk itu untuk mengarahkan saya ke warung dia. Ibu-ibu ini nggak menyadari berjualan yang pernah getok  masih beraninya nawarin lagi saya memastikan usaha ibu itu tidak bakalan panjang. Karuan saja saya bilang nasi gandul Pati ibu mahal, buat apa saya makan di warung ibu?. Setelah saya selidiki ternyata ibu-ibu yang jualan nasi gandul Pati ini  masyarakat sekitar juga sudah heboh membicarakan ibu-ibu yang jualan nasi gandul Pati yang tukang malakin orang ini. Ibu-ibu yang jualan ini tidak berpikir panjang kalau jualan seperti ini pastilah tidak akan halal dan barokah dan pastinya orang yang digetok selamanya akan ingat meskipun dia sendiri telah lupa menanam kejahatan. Pernah ada yang mengetes makan disitu karena harganya mahal tidak mau membayar sampai ribut sempat dilaporkan ke polisi orang yang jualan tadi jika dipaksa tetap disuruh membayar. Cara-cara seperti itu jangan dilakukan pasti banyak mudharatnya mendingan bekerja atau berjualan yang baik, jujur insya allah pelanggannya akan bertambah banyak sekali. Dijamin jika kita berjualan dengan jujur maka langganan kita dari mulut ke mulut akan berdatangan dengan sendirinya, berbeda jika kita menggetok langganan maka dari mulut ke mulut juga akan memberitakan kejelekan kita.

 

Apa Hubungannya Blog Hukum Ini Dengan Makan Nasi Gandul Pati?.

Kaitan makan nasi gandul Pati hubungannya dengan Blog Hukum ini berjualan itu meski tidak diatur hukum secara rinci tetapi kita dalam menjalankan usaha atau profesi apa pun harus terikat dengan aturan dan kode etik serta kejujuran. Apalagi hukum nasional kita yang bersumber kepada hukum adat menekankan pentingnya hukum adat untuk kita miliki seperti sopan santun, tata krama yang baik dan adat gotong royong. Bahwa berjualan dengan cara apa pun yang bertujuan untuk menggetok orang dikira dari Jakarta perantauan duitnya banyak itu tidak dibenarkan, padahal nyari duitnya susah di perantauan mengapa pulang kampung harus digetok?. Selain melanggar hukum pelaku usaha terhadap konsumen juga melanggar adat kebiasaan disuatu masyarakat tsb. Maka itu bagi pelaku usaha jangan sampai punya niat jahat dalam melakukan kegiatan usaha, jika kita sudah berusaha secara baik, jujur dan tekun percayalah pelanggan akan datang dengan sendirinya. Percayalah rezeki itu sudah Allah tentukan rezeki tidak bakalan ketukar, jika kita punya niat untuk menggetok harga kepada pelanggan maka itu mereka cuma sekali membeli atau berlangganan, berbeda jika kita mendekati dengan sentuhan hati harga wajar dan kita ramah maka langganan dijamin pasti akan berdatangan percayalah hal ini saya sudah membuktikannya.

 

Menggetok Harga Pasti Pengamalan Agamanya Kurang Baik

Orang yang berjualan menggetok harga selain melanggar hukum, tidak punya etika dipastikan bahwa ybs pasti pengamalan agamanya tidak baik. Jika orang itu agamanya baik maka akan takut kepada Allah SWT tidak akan mau korupsi dan menggetok orang. Sebaliknya, jika orang itu agamanya tidak baik maka hidupnya pasti akan berlumuran dengan dosa dan berani berbuat maksiat serta akan berani menghalalkan segala cara inilah bedanya orang yang agamanya baik dengan orang yang beragama cuma dibibir saja. Orang yang beragama baik pasti akan berjualan dengan cara yang halal tidak menabrak rambu-rambu undang-undang dan dia akan takut kepada Allah SWT. Mereka yang agamanya baik akan takut kepada Allah SWT karena begitu meninggal nanti soal harta akan ditanya dari depan dan belakang apakah kita tidak akan merinding?. Maka berjualanlah yang baik dan halal jangan menggunakan kesempatan meski orang itu cuma sekali saja di warung kita. Dengan pelayanan yang baik dan harga tidak menggetok maka warung kita akan dikenal dan akan dikenang sepanjang masa. Buktikan saja jika tidak percaya!!.

Begitulah pengalaman saya tahun 1998 yang saya makan nasi Gandul Pati digetok dengan harga 60ribu padahal cuma pakai daging satu iris harusnya cuma 15ribuan. Ini pelajaran semua bukan hanya kepada pedagang nasi gandul Pati tetapi untuk pedagang semua agar mengedepankan kejujuran dan pelayanan yang baik kepada konsumen.

 

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19