Tampilkan postingan dengan label 1. Gaji PNS Kecil Tapi Tunjangannya besar. 2. Masuk SMA Golongan IIA hanya Suruhan.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 1. Gaji PNS Kecil Tapi Tunjangannya besar. 2. Masuk SMA Golongan IIA hanya Suruhan.. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Maret 2021

MENGAPA ERA REFORMASI BANYAK YANG MEMILIH JADI PNS?

 



 

Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta

Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

Alumni Magister Kenotariatan UI

Juara I Test Analis Undang-Undang DPR RI Tahun 2016  

Juara I Lomba Pidato MPR-DPR Tahun 2003



Saat ini mengapa banyak orang yang berlomba-lomba ingin jadi PNS?. Padahal tahun 1980an orang ogah untuk jadi abdi negara dengan lambang KORPRI ini. Jawabannya tidak lain dan tidak bukan meski gaji PNS itu kecil tetapi yang menggiurkan adalah tunjangannya. Siapakah yang tidak girang diterima PNS di gedung Bulat Senayan alias  gedung Wakil Rakyat MPR-DPR?. Meski gaji kecil sekali pada waktu itu tapi tunjangannya bikin ngiler kita semua. Siapa pula yang tidak tahu kala itu MPR berstatus sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentkan presiden dan wakil presiden?. Pengalaman saya diterima PNS Sekretariat Jenderal MPR pada tahun 1997, gaji memang kecil tapi tunjangannya lumayan gede, instansi yang lain belum ada tetapi Sekretariat Jenderal MPR sudah ada tunjangan ini dan itu. Saya diterima di Sekretariat Jenderal MPR bukan karena saya orang pintar bukan pula saya punya keahlian khusus seperti layaknya atlet yang masuk PNS diprioritaskan, tetapi karena bejo saja alias (untung) atas kebaikan seseorang saya dibantu bisa diterima masuk menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR-RI. Saya masuk PNS dengan start golongan IIA karena ijasah saya cuma SMA, tetapi senang dan bahagianya  sudah tidak ketulungan, satu kampung di daerah Kayen-Pati, Jawa-Tengah dibuat geger mendengar saya diterima di MPR sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan purbawisesa.

Namun, satu kampung tidak tahu saya PNS di MPR itu posisinya hanyalah sebagai pegawai rendahan menjadi suruhan belaka bukan orang penting di negeri ini yang dapat mengambil keputusan untuk bangsa dan negara. Selama bekerja di PNS MPR yang saya lihat, saya tahu dan saya rasakan ukurannya tidak penting orang pintar atau gebleknya seseorang, bukan pula males atau rajinnya pegawai, tetapi standardnya adalah golongan atau pangkat seseorang, siapa yang golongan dan pangkatnya tinggi disitulah dia punya kuasa untuk memerintah atau sebentar lagi akan memiliki jabatan. Sudah menjadi rahasia umum siapa yang ingin cepat menduduki jabatan harus pintar-pintar mengambil hati atasan selain memiliki jabatan dan pangkat yang sudah memenuhi syarat untuk dipromosikan. Jangan harap yang hanya bergolongan rendahan meski cerdas dan pintar serta rajin masuk kerja akan dapat naik jabatan, sekali lagi ukurannya adalah ijasah, pangkat dan golongan.

 

Gaji Kecil Tapi Tunjangannya Yang Bikin Kantong Tebal

Pada waktu tahun 1997 itu gaji pokok golongan IIA sekitar 197ribuan,  atas kebesaran Allah SWT saya bisa ngontrak rumah di Kebon Jeruk pertahun 3juta, bisa beli motor, bisa kirim orang tua di kampung dan bisa naik pesawat Garuda dari Bandara Ahmad Yani Semarang-Soekarno-Hatta, Jakarta, naik pesawat Garuda yang harga tiketnya 225ribu saja sudah menggemparkan masyarakat satu kampung. Sekarang naik pesawat tidak segempar itu lagi karena terkadang harga tiket kereta api justru lebih mahal ketimbang tiket pesawat. Itu semua karena meski gaji kecil pada waktu itu tapi tunjangannya pegawai di Sekretariat Jenderal MPR sudah cukup banyak, sehingga pada tahun 2000 hasil ngumpulin uang sidang saya sudah bisa beli mobil Daihatsu Clasy seharga 41juta rupiah.

Ketika saya masih melantai di lapangan tenis DPR RI alias sebagai ball boy penjaga bola tenis pada tahun 1984, pada waktu itu orang yang ditawari PNS banyak yang ogah menjalani, maklum pada waktu itu gaji PNS amat sangat kecil sekali, sampai ada yang bilang sory ya saya nggak mau jadi PNS saya pengin hidup bebas tanpa ada ikatan. Sayangnya, saya masih ingat orang yang merendahkan profesi PNS itu hidupnya kini justru keblangsak suka minta-minta sama temannya. Seiring dengan berjalannya waktu, kini status PNS menjadi seksi banyak diburu oleh pencari kerja, karena selain gaji pokok yang sudah bagus, ditambah tunjangan kinerja dan lain-lain penghasilan yang sangat aduhai sekali plus jaminan hari tua berupa pensiun. Namun tidak semua orang tertarik profesi PNS karena setiap orang memiliki talenta dan passion di bidangnya masing-masing semua dikembalikan kepada pribadi masing-masing.

 

Diterima PNS Bukan Karena Pinter Tapi Atas Kebaikan Orang

Saya diterima PNS memang bejo karena saya bisa bermain tenis lapangan menemani sparing partner pejabat-pejabat MPR bahkan sejak reformasi runtuhnya pak Harto berhenti dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998 saya sering bermain tenis menemani ketua MPR-DPR RI H. Harmoko. Pada waktu saya tes PNS hanya menjalani sebagai formalitas belaka soal ujian saya kerjakan seadanya, banyak pertanyaan yang tidak tahu langsung saya tutup lembar jawaban terus saya kumpulkan, termasuk test bahasa inggris nilai saya besar kemungkinan jeblok bagaimana bisa mengerjakan bahasa inggris dengan baik lha wong sehari-hari saya ngomong bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selang beberapa minggu hasil test PNS diumumkan. Hasilnya?. Saya dinyatakan lulus diterima masuk PNS Sekretariat Jenderal MPR dengan hati yang berbunga-bunga dan bangga sampai-sampai saya syukuran memotong 5 kambing sebagai bentuk sujud syukur saya kepada Allah SWT. Sejak menjadi PNS MPR hampir setiap minggu saya ketemu dan bermain tenis di lapangan tenis Sekretariat Jenderal MPR dengan H. Harmoko bapak saya dari kampung sampai nyidam datang ke lapangan tenis hanya ingin bersalaman dengan Harmoko. Niat bapak saya yang bersalaman dengan Harmoko sudah kesampaian dan senangnya bukan main diceritakanlah kepada satu kampung jika bapak benar-benar bisa ketemu Harmoko dan sudah bersalaman. Kata bapak saya tangannya Harmoko empuk banget seperti kapas. 

 

PNS Itu Mengabdi Kepada Negara Atau Mengabdi Kepada Orang?.

Kembali kepada laptop saya diterima PNS Sekretariat Jenderal MPR tahun 1997 tersebut bapak saya senangnya bukan main karena orang kampung dapat diterima di gedung yang Megah MPR/DPR yang diangini AC sepoi-poi basa, lagi-lagi orang tua tidak tahu bahwa anaknya yang hanya berijasah SMA masuk gedung bulat ini sesungguhnya sudah masuk terperangkap kandang macan. Ya Benar yang saya rasakan seperti masuk kandang harimau karena yang kuat akan menerkam yang lemah, yang berijasah dan pangkatnya tinggi akan menerkam pegawai-pegawai yang rendahan menjadi suruhan seenak jidatnya sendiri seperti barang yang bisa ditaruh kesana kemari, begitulah nasib jika hanya bertamatkan ijasah SMA ketika masuk PNS. Hati saya ketika itu selalu bertanya-tanya, sesungguhnya saya jadi PNS ini apakah mengabdi kepada orang atau mengabdi kepada Negara?. Makanya saya punya anak agar tidak bernasib tragis seperti saya dua anak saya berusaha sekuat tenaga untuk menyekolahkan setinggi-tingginya agar kelak masuk PNS tidak menjadi suruhan orang seenak udelnya.

Kembali masuk PNS MPR yang bejo tadi, nanti akan saya ceritakan pada episode berikutnya, mengapa dan kenapa akhirnya saya terpaksa harus meninggalkan untuk berhenti dengan hormat dari PNS atas permintaan sendiri pada tahun 2008, padahal waktu itu tunjangan PNS MPR sangat besar sudah ada uang sidang, uang paket, uang cuci jas, dll sangat menggiurkan sekali. Begitulah kehidupan, manusia memang berencana, Tuhan jualah yang menentukanNya.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19