Tampilkan postingan dengan label Kesan dan Pesan Kehidupan di Dusun Pelosok Jawa-Tengah Satu Kampung Hanya Satu Punya TV Hitam Putih dan Makan Nasi Jagung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesan dan Pesan Kehidupan di Dusun Pelosok Jawa-Tengah Satu Kampung Hanya Satu Punya TV Hitam Putih dan Makan Nasi Jagung. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 Oktober 2021

Kesan dan Pesan Kehidupan di Dusun Pelosok Jawa-Tengah Satu Kampung Hanya Satu Punya TV Hitam Putih dan Makan Nasi Jagung

 


 
Tahun 1970an saya masih ingat kehidupan di kampung saya dusun Bukung, Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah sangat memprihatinkan sekali, yang punya televisi satu kampung cuma satu orang itu pun pak Inggi (Pak Lurah Sebutan di Kota) untuk Desa sebutan kepala desa, TVnya itu hitam putih. Jaman dahulu belum ada televisi berwarna dan tahun 1990an yang punya sepeda motor Honda Supra itu juga cuma satu orang waktu itu harganya Honda Supra tahun 1990 sekitar 2.5 juta sekarang luar biasa setiap rumah semua punya kendaraan bermotor bahkan ada yang punya 3 bahkan lebih itu tandanya sekarang masyarakat sudah pada sejahtera. Waktu itu susahnya hidup di kampung makan saja dengan nasi jagung yang ditumbuk dulu dan waktu saya sekolah SD dan SMP masih nyeker alias belum mampu beli sepatu orang tua saya. Sekarang sudah jaman kemajuan teknologi televisi sudah  berbagai merk tinggal tergantung ada atau tidak uangnya untuk  membelinya. Begitu juga sekarang beras sudah gemah ripah loh jinawe tinggal ada atau tidak duitnya untuk membelinya. Tahun 1970 satu kampung yang makan nasi padi hanya satu orang bu lek saya karena jualan di pasar dan anaknya cuma semata wayang sedangkan bapak saya jumlah anaknya 9 orang terkadang makan ketela dicacah dicampur dengan nasi jagung sungguh sangat memprihatinkan sekali kehidupan saya di dusun. Saya diasuh oleh ibu tiri karena ibu kandung saya sudah bercerai dengan bapak saya sejak saya masih duduk di kelas 3 SD sedih rasanya diasuh oleh ibu tiri meski demikian saya juga tidak melupakan kebaikan ibu tiri yang telah memelihara saya waktu saya kecil. Yang saya ingat sampai sekarang perlakuan ibu tiri yang tidak adil ketika membagi makan nasi botok lauk anaknya kandung yang satu dipendam di nasi yang satu ditaruh dipermukaan, anaknya diberikan dua botok seolah-olah sama dengan saya diberikan satu botok daging yang ditaruh dipermukaan nasi saya. Waktu melihat perlakuan ibu tiri saya yang tidak adil itu saya menangis bathin, namanya anak kecil, anak kandungnya itu ngomong sendiri menunjukkan ke saya kalau diberikan 2 botok. Meski demikian kalau saya pulang bersama istri saya pasti tidak lupa dengan ibu tiri saya untuk memberikan uang dan oleh-oleh itu tanda bahwa saya masih ingat kepada ibu tiri saya yang telah membesarkannya. Kesan dan Pesan Lahir di Dusun Pelosok Jawa-Tengah Satu Kampung Hanya Satu Yang Punya TV Hitam Putih dan Makan Nasi Jagung itu bukan mitos tetapi benar-benar saya alami. Tetapi hikmahnya bagi saya bisa hidup prihatin dan tidak foya-foya selagi kita diberikan kesempatan rezeki oleh Allah SWT. Memang dilahirkan dari keluarga tidak mampu satu sisi menderita tapi sisi lain sangat bermanfaat agar kita bisa hidup kuat dan tidak cengeng alias kita bisa tahan banting. Hidup di dusun juga enak nggak enak, enaknya gotong royongnya sangat kuat jangan ditanya kalau soal gotong royong belajarlah orang kota dengan masyarakat pedesaan, kalau ada apa-apa misalnya kesusahan orang kampung ringan tangan untuk segera membantunya itu salah satu kelebihan hidup di kampung. Kelemahannya orang kampung karena jarang yang bekerja kantoran maka banyak yang merumpi alias suka gibah kepada orang lain, kelemahannya lagi yaitu hidup di kampung serba salah jika kita miskin umumnya kita akan dijauhi namun jika kita menjadi orang kaya atau punya kalau hutang mereka nggak kita pinjami kita akan di geting alias dimusuhi serba salah memang miskin susah, kaya juga repot inilah kehidupan di kampung. Budaya di Kampung halaman saya sangat buruk kalau hutang piutang sama saudara susah membayarnya mungkin pikirnya sama saudara nggak membayar nggak apa-apa padahal tidak demikian hutang itu wajib membayar dunia akhirat hutang akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Begitulah selayang pandang kehidupan saya di Kampung  hal-hal yang buruk jangan ditiru karena perbuatan karena tidak baik hal yang baik perlu diadopsi. Umumnya kalau kita pulang kampung dari Jakarta dikiranya uang kita itu banyak padahal nyarinya setengah mati dikira uangnya banyak inilah mereka menggunakan segala cara untuk mendekati kita terkadang kita ditawari makan dulu dicarikan lauk pauk nanti sesudah makan nasi kita baru jurus niat aslinya yang hutang disampaikan ke kita disini kita sudah serba nggak enak sudah makan nasinya kalau menolak nggak ngasih hutangan. Disini akal kelicikan diperagakan oleh masyarakat kampung jangan sekali-kali ditiru karena ini perbuatan sangat tidak baik.

 

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19