Jumat, 18 Januari 2019

RONDE PERTAMA DEBAT CAPRES 2019 KAKU DAN TIDAK MENARIK



      Debat Capres yang dimoderatori  oleh Ira Koeno dan Imam Priyono terasa kaku dan hambar. Judulnya debat tapi sesungguhnya bukanlah debat tapi cuma tanya jawab belaka. Padahal, para Paslon sebelumnya sudah diberikan kisi-kisi pertanyaan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), tetapi masih saja menjawabnya tidak sistematis dan substansial. Saya teringat ketika sedang UTS atau UAS di Universitas Indonesia (UI) ketika ujian itu Panitia meminta buku-buku mahasiswa dikumpulkan ke depan semua, dosen terkadang seenaknya sendiri memberikan pertanyaan tanpa ada kisi-kisi, buku yang tebal-tebal itu seolah-olah harus sudah dihafal. Kontras dengan Paslon yang sedang debat Kamis malam, meski kisi-kisi sudah diberikan tetap saja menjawabnya masih plegak-pleguk.
            Salah satu media internasional yang memberikan perhatian adalah Sydney Morning Herald (SMH). Dalam pemberitaannya, media yang berbasis di New South Wales ini mengkritik jalannya debat.

            SMH menilai jalannya perdebatan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan penantangnya Prabowo Subianto sangat kaku seperti robot. Baik Jokowi maupun Prabowo dinilai sama-sama menghindari risiko. Padahal keduanya memiliki semua yang dibutuhkan agar acara debat bisa berjalan menarik (https://international.sindonews.com/read/1371458/40/media-asing-sebut-debat-capres-kaku-seperti-robot-1547755430).
 

      Ira Koeno selaku moderator  dalam menjalankan tugasnya nampak sudah adil, obyektif dan tegas cuma agak sedikit kaku dan tegang  terlihat raut di wajahnya tatkala memandu jalannya debat ala Indonesia ini. Begitu juga imam priyono, datar-datar saja tidak dapat mengemas  dan menyelingi suasana debat tersebut dengan  suasana yang humoris, namun, kepribadian pria ini tenang dan sangat sopan sekali. Tapi secara umum kedua moderator tersebut sudah dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
      Debat Kamis malam tersebut diperparah kedua pasangan calon Presiden, setiap menjawab pertanyaan yang dilontarkan kurang mengenai sasaran, substansinya tidak pas. Misalnya, Paslon No. urut 1 Jokowi dan Ma’ruf Amin yang mendapat undian pertanyaan bagaimana pemberantasan terorisme agar tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), moderator meminta dengan memberikan kasus-kasus secara konkrit. Nampaknya, jawaban, respon dan tanggapan kedua paslon masih pada ngalor ngidul, padahal jawaban yang pas dan pasti sesuai Pasal 28j UUD 1945:

Ayat (1): Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara"

Ayat (2): Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan mmaksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban, umum dalam suatu masyarakat demokratis".

      Tapi tambahan jawaban paslon no. urut 1 ini sudah cukup lumayan bahwa tindakan terorisme perlu menggunakan berbagai pendekatan, antara lain: hukum, humanis, ekonomi, sosial budaya dan agama, kata kuncinya perlu pencegahan dan tindakan.

      JADI PEMEBERANTASAN TERORISME SECARA TEGAS OLEH APARAT ITU BUKAN PELANGGARAN  HAM, karena HAM memang dibatasi oleh Undang-undang, artinya pelaku terorisme memang harus mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Itulah yang dimaksud kebebasannya dibatasi oleh undang-undang, Pelaku terorisme harus dihukum seberat-beratnya karena terorisme sendiri biangnya pelanggaran HAM.

      Ketika Prabowo bertanya kepada Jokowi mengapa ada menteri-menterinya yang berbeda pendapat soal pangan ada menteri yang mengatakan perlu impor beras ada pula yang mengatakan tidak perlu. Jawaban Jokowi kurang pas yang mengatakan memperbolehkan perbedaan pendapat dikalangan menteri, jawaban yang tepat adalah impor beras jenis-jenis tertentu masih dibutuhkan, sebab konsumsi beras di kelas bawah, menengah dan atas berbeda-beda jenis yang dimakan, hanya beras jenis tertentu saja yang perlu di impor. Seharusnya seperti itu jawabannya, meski terkesan agak sedikit ngeles, tapi argumentasinya dapat dibenarkan dan audiens puas mendengarnya, dan hal ini otomatis akan mendongkrak keterpilihannya.

      Begitu juga tatkala Jokowi bertanya kepada Prabowo banyak mantan Napi Koruptor yang menjadi Caleg Gerindra yang notabene pencalegannya ditandatangani oleh Ketua Umumnya (Prabowo), jawaban prabowo mestinya manusia itu bisa saja salah, dan sebaik-baik manusia itu apabila melakukan kesalahan mau bertobat untuk menjadi lebih baik. Jawaban Prabowo sudah agak lumayan dengan mengatakan meski mantan narapidana Koruptor, regulasi kita masih memungkinkan pencalegan sepanjang hukumannya itu tidak mencabut hak-hak politiknya ini negara demokrasi boleh-boleh saja, siapa tahu menjadi anggota dewan para napi mantan koruptor akan menjadi lebih baik, yang terpenting takut sama Allah SWT dan pro rakyat banyak.

      Debat model ini sesungguhnya minim seni, karena tidak ada Paslon saling menginterupsi satu sama lain, sekali lagi ini bukan debat tapi sekedar tanya jawab belaka. PATUT DIPERTANYAKAN DALAM  DEBAT INI, NAMPAKNYA PASLON TIDAK MEMPERSIAPKAN DEBAT DENGAN BAIK DENGAN MEMBAHAS KISI-KISI PERTANYAAN YANG SEBELUMNYA DISAMPAIKAN OLEH PANITIA. TIM AHLI DARI PASLON TIDAK MEMBERIKAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN BAIK UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN DENGAN TEPAT DAN SISTEMATIS. PASLON HARUS BETUL-BETUL PAHAM TENTANG  HUKUM, HAM, KORUPSI DAN PEMBERANTASAN TERORISME. SARAN SAYA KEPADA PASLON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN CARILAH PARA AHLI YANG DAPAT MEMBIMBING DAN MENGARAHKAN JAWABAN DENGAN BAIK DAN SISTEMATIS, AUDIENS YANG MENDENGARKAN PASTI AKAN  TERPUASKAN, OTOMATIS AKAN MENAIKKAN PERINGKAT ELEKTABILITAS PASLON.

      Coba perhatikan, ketika prabowo mendapat undian pertanyaan bagaimana peraturan perundang-undangan antara pusat dan daerah sering terjadi benturan dan tumpang tindih sehingga tidak ada kepastian hukum dalam iklim berusaha. Meski secara umum dua paslon sudah menyinggung menjawab perlunya sinkronisasi regulasi dan review undang-undang, tetapi dua-duanya belum menjawab pertanyaan tersebut secara substansial. Jawaban yang paling tepat  meski undang-undangnya sudah baik jika manusianya tidak memiliki pribadi-pribadi yang baik, sekalipun hukum lengkap tidak akan memiliki makna apa-apa. Spencer mengatakan jika ingin menjadi ahli hukum yang baik, maka terlebih dahulu harus menjadi pribadi-pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur.

sebaliknya, meski peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau bahkan terjadi tumpang tindih, jika para penyelenggara negara memiliki akhlaq yang luhur, maka sistem pemerintahan akan menjadi baik. Apalagi sudah ada UU. No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur hierarki peraturan perundang-undangan. Penjenjangan peraturan perundang-undangan: UUD 1945, TAP MPR, UU/Perppu, PP, Perpres dan Perda. didalam UU itu disebutkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi.
      Dua paslon juga nampak kosong melompong ketika menjawab pertanyaan closing statement bagaimana agar suasana demokrasi pemilu Capres ini dapat berjalan dengan suasana kondusif  moderator juga meminta mengapresiasi paslon masing-masing. Harusnya jawaban itu dimanfaatkan oleh paslon untuk menambah poin paslon dengan memuji kebaikan lawan, hal ini justru akan mendongkrak reputasi kepribadian paslon. Seharusnya jawabannya, siapa pun yang akan menang Capres nanti, demokrasi harus tetap tegak berjalan dengan baik, damai, tertib, tenang, dan aman. Kemenangan paslon nanti sesungguhnya adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Meski jawaban itu sebatas basa-basi saling memuji kepribadian paslon yang lain, misalnya, tentang kesopanan dan keterbukaannya, memuji orang lain itu  jauh lebih baik, bukan untuk merendahkan diri sendiri justru dapat menaikkan keluhuran martabat kita, tapi sayangnya, kedua paslon itu tidak melakukannya. SAYANG SEKALI!.

Selasa, 15 Januari 2019

JOKOWI atau PRABOWO YANG MASUK ISTANA



Obrolan diwarung-warung tegal yang didominasi oleh wong cilik, tak kalah menariknya dengan diskusi ilmiah elite-elite politik negeri ini yang saat ini hangat membicarakan pertarungan Pilpres pada April  2019 nanti, antara Joko Widodo dengan Prabowo, siapakah yang sebenarnya layak mendapat tempat di hati rakyat banyak?. Setiap orang, baik komunitas, kelompok, golongan, partai politik, bahkan  masyarakat ramai membicarakan  jagoannya masing-masing untuk digadang-gadang bahkan dielus-elus untuk dikampanyekan agar menang Pilpres 2019, apalagi jika menjadi tim sukses, segala daya dan upaya sekuat tenaga dikerahkan, bahkan tak segan-segan jika punya duit akan disumbangkan untuk membiayai kampanye jagoannya agar Capresnya bisa menang dan tentunya akan berharap imbal balik.

TAK PEDULI SIAPA YANG MENANG

     Bagi saya sebagai seorang dosen yang bertugas utama mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya kepada mahasiswa, tak peduli, siapa  yang  akan memenangi pertarungan, apakah Jokowi atau Prabowo, dua-duanya adalah anak bangsa yang tentu akan bercita-cita menjadikan Indonesia menjadi lebih baik, dan sejahtera. Keberhasilan Pilpres nanti yang dilaksanakan dengan tertib, damai dan aman berarti kemenangan seluruh rakyat Indonesia, karena pesta demokrasi dapat berjalan dengan baik. Hal lain, mengapa saya tidak mau ambil pusing siapa yang akan memenangi Pilpres nanti?. Sebab siapa pun yang bakalan jadi presiden saya tidak bakalan dijadikan menteri. Sudah menjadi rahasia umum jatah menteri-menteri hampir 90% diberikan oleh partai-partai politik yang bersekutu dengan pengusung Capres, kalau pun ada yang diangkat jadi menteri dari kalangan profesional atau akademisi jumlahnya sangatlah sedikit sekali seolah-olah sudah diakomodir golongan profesional, padahal sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensil bukan parlementer, itu artinya presiden punya kewenangan penuh untuk mengangkat menteri-menteri dari mana pun dia berasal, tidak boleh ada tekanan dari siapa pun atau titipan-titpan untuk mengangkat menteri, sebab itu kewenangan penuh presiden. Jika diamati dengan saksama setiap pergantian presiden dari periode ke periode, terasa agak menjenuhkan karena didalamnya banyak diwarnai kepentingan jangka pendek untuk bagi-bagi kekuasaan, seharusnya bangsa ini memiliki garis-garis besar haluan negara yang bekerjanya terstruktur untuk arah pembangunan bangsa. 
     Sebagai akademisi  boleh salah, tetapi saya tidak boleh bohong, apa yang sudah dikerjakan oleh Jokowi selama menjabat Presiden hampir 5 tahun ini, dalam hal infrastruktur sangat dirasakan oleh rakyat manfaatnya, ini tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapa pun. Saya pribadi takjub ketika pulang kampung dari Jakarta ke Jawa-Tengah (Pati) dari tol Cipali-Semarang begitu mulusnya jalan, kira-kira 6 jam sudah sampai di Semarang. Hanya satu kata yang pantas untuk diucapkan: LUAR BIASA!!!!. Sebagai manusia biasa, Jokowi tentu disana-sini ada kelemahan di era kepemimpinannya, kelemahan itu tidak perlu dibahas panjang lebar, kita perlu MIKUL DUWUR MENDEM JERO, karena panggung sejarah membuktikan tidak ada pemimpin pemerintahan yang bisa mencapai tingkat kesempurnaan untuk memuaskan semua pihak. Jadi kekurangan pemerintahan sekarang, jika prabowo terpilih tinggal untuk memperbaiki (menggenapi), jadi tidak perlu ada pihak-pihak yang sengaja mencari-cari kesalahan Jokowi. Soal lanjutkan atau ganti Presiden 2019 adalah kuasa rakyat yang akan menentukan. Prabowo pun jika dapat memenangi Pilpres 2019 tentu sudah punya visi dan misi yang baik untuk melanjutkan pembangunan Indonesia saat ini yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, termasuk revolusi mental didalamnya. Begitu pula jika Jokowi dapat memenangi pertarungan kembali tentu akan melanjutkan pembangunan yang sudah disusun secara terstruktur dan sistematis dan akan melanjutkan revolusi mental untuk para penyelenggara Negara dan seluruh warga bangsa. UNTUK APA KITA PUSING MIKIRIN PILPRES?. Bukankah dua-duanya akan membangun Indonesia menjadi lebih baik?.

BANYAK YANG DAG-DIG-DUG INGIN MENJADI MENTERI

     Jargon LANJUTKAN VS GANTI PRESIDEN 2019 adalah hal biasa bagi kedua belah kubu sebagai pesaing demokrasi, yang penting dilakukan dengan cara yang beradab. Bagi tim suskes tentu akan gembira dan bahagia jika Capres jagoannya akan menang karena sudah berkeringat (tim sukses) tentu harapannya diberikan jatah jabatan baik menteri, ketua-ketua badan, komisioner dan lain-lain. Padahal, sebenarnya dikalangan akademisi ketika presiden mengumumkan menteri-menteri yang akan diangkat, para dosen berharap-harap cemas menunggu siapa tahu namanya dalam deretan yang akan dilantik menjadi menteri. Pada umumnya menteri-menteri dari  akademisi tidak kalah dengan rekrutmen menteri-menteri dari kalangan partai politik.
    Angkatlah menteri-menteri yang  profesional baik dari kalangan akademisi, birokrat, pengusaha, tidak tertutup kemungkinan dari kalangan partai politik pun ada yang profesional berhak untuk diangkat menjadi menteri, demikian itu agar nanti mengelola negara ini benar-benar untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara, bukan atas jasa imbal partai politik. SULIT MEMANG,TAPI BISA, JIKA ADA KESUNGGUHAN UNTUK MELAKSANAKANNYA!.

Jumat, 11 Januari 2019

Cara Bisa LULUS SERTIFIKASI DOSEN



       Lulus sertifikasi dosen merupakan  dambaan setiap orang yang menjadi profesi dosen, baik itu dosen PNS maupun dosen swasta. Tahun 2016 nama saya diikutkan SERDOS di tempat saya mengajar Universitas Satyagama Jakarta, persiapan waktu yang diberikan tergolong mepet + 2 minggu saya harus kelimpungan berjibaku menyiapkan berkas-berkas portopolio yang dipersyaratkan untuk di uploade melalui internet. Lulus tidaknya SERDOS benar-benar murni tidak ada KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), bagaimana kita mau KKN wong kita nggak tahu asesor dari Universitas negeri mana yang menguji, tiba-tiba setelah diumumkan kelulusan, baru ketahuan darimana asesor yang menguji kita. Alhamdulillah saya dibantu oleh operator kampus untuk meng-uploade data-data yang dibutuhkan untuk dinilai oleh asesor. Untuk dapat lulus Sertifikasi Dosen (Serdos) tidaklah mudah, perlu perjuangan ekstra keras untuk memperoleh sertipikat pendidik yang berlabel dosen profesional ini. TRI DHARMA Perguruan Tinggi baik bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat harus benar-benar dijalankan oleh seorang dosen. Pada titik bidang penelitian ini, perlu mendapatkan perhatian yang serius, sebab pada bidang ini merupakan poin yang sangat tinggi untuk menentukan kelulusan SERDOS.
       Untuk lulus SERDOS harus mengikuti serangkaian test yaitu, Test of English Proficiency (TOEP) yang terdiri dari Listening (50 butir soal) dan Reading (50 butir soal). Test Potensi Akademik (TPA) 100 soal. Namun hemat saya SERDOS ini bukanlah bertujuan untuk menguji bahasa inggris bapak/ibu dosen tetapi hanya sebagai syarat komplementer saja karena ada sisi lain supaya kita bisa lulus serdos.

Pengalaman Lulus Sertifikasi Dosen

       Cara Bisa Lulus Sertifikasi Dosen tidak hanya menyiapkan TKDA dan TOeP, tetapi perbanyak Publikasi Jurnal dan do'a Kepada Allah SWT, agar dapat asesor yang baik hati. Ada hal penting yang harus diperhatikan oleh teman-teman yang akan mengikuti sertifikasi dosen. Test Bahasa Inggris dengan hasil bagus dan Potensi Akademik dengan hasil gemilang pun tidak menjamin kita bakalan lulus serdos. Pengalaman saya ketika test Toep dan Potensi akademik hasil bahasa Inggris saya paling jeblok diantara rekan-rekan peserta, tapi untuk potensi akademik nilainya cukup lumayan. Anehnya teman-teman saya dari perguruan tinggi lain yang bareng ikut test bahasa Inggris dan potensi akademik tahun 2016 gelombang I banyak yang tidak lulus, padahal test bahasa Inggrisnya bagus-bagus. Jujur pada waktu itu saya agak pesimis untuk bisa lulus serdos karena test bahasa inggris saya hasilnya jeblok. Sosialisasi Serdos yang diselenggarakan oleh Kopertis III di Universitas Bunda Mulia Jakarta, saya ikuti dengan serius, asesor mewanti-wanti agar tidak menyontek dosen lain dalam membuat deskripsi diri sebab pasti tidak lulus. Konon ada alat yang namanya software dapat mendeteksi plagiat tsb. Untuk lulus SERDOS harus memperbanyak tulisan jurnal ilmiah, karena pada poin inilah penilaian Serdos sangat tinggi, bagi dosen yang sudah memiliki jabatan fungsional Lektor dan pernah ikut kegiatan PEKERTI (Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional), bisa disubstitusikan (menggantikan) salah satu apakah bahasa Inggris atau Potensi Akademik yang nilainya JEBLOK. Untuk urusan jurnal ilmiah saya sudah cukup untuk mempublikasikan, begitu juga untuk menulis deskripsi diri tidak ada kesulitan berarti yang saya alami, karena hobi saya menulis mudah untuk merangkai kata demi kata menjawab 24 item soal yang ditanyakan dalam pengisian deskripsi diri dosen. Asesor yang menilai portopolio, saya ajak berselancar untuk menyambangi blog saya (warsito-bicara-blogspot.com) untuk membuktikan bahwa saya sebagai seorang dosen yang hobi menulis.

ALHAMDULILLAH….AKHIRNYA LULUS

Untuk lulus serdos banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain penilaian atasan, penilaian rekan sejawat, penilaian mahasiswa, kecerdasan intelektual (test bahasa Inggris dan Potensi Akademik), pengajaran, publikasi ilmiah, pengabdian kepada masyarakat dan SATU LAGI HAL YANG SANGAT PENTING BERMOHONLAH  KEPADA ALLAH SWT AGAR DILULUSKAN SERDOS DENGAN BERJANJI AKAN MENJADI DOSEN YANG BAIK UNTUK MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DAN JANGAN JUAL BELI NILAI KEPADA MAHASISWA. Alhamdulillah Serdos tahun 2016 gelombang I yang diumumkan bulan Agustus saya dinyatakan LULUS oleh Asesor, saya langsung sujud syukur kepada Allah SWT atas karunia ini dengan memperoleh predikat sebagai dosen profesional. Alhamdulillah Ya Allah…ternyata serdos terbukti bukan untuk menguji kemampuan bahasa Inggris bapak/ibu dosen, tetapi kesungguhan kita untuk menjadi seorang dosen itulah yang akan dinilai asesor. Bagi rekan-rekan dosen yang belum lulus Serdos jangan putus asa marilah mengevaluasi diri dengan kekurangan yang ada masing-masing, mudah-mudahan periode berikutnya kita bisa lulus serdos, selain akan mendapatkan predikat dosen profesional kita juga akan mendapatkan tunjangan dari Negara setiap bulannya.
Untuk mengukur kualitas dosen, standar penilaian yang digunakan adalah kepemilikan sertifikasi dosen (Serdos) sebagai pengakuan dosen profesional. Sertifikasi dosen (Serdos) adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada dosen yang akan dibarengi pemberian tunjangan setiap bulan. Program ini merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, dan memperbaiki kesejahteraan dosen, dengan mendorong dosen untuk secara berkelanjutan meningkatkan profesionalismenya.
Persyaratan SERDOS sebagai berikut :
1.  Memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S2 atau setara dari Program Studi Pasca Sarjana yang terakreditasi.
2.  Dosen tetap di Perguruan Tinggi Negeri atau Dosen DPK di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat atau dosen tetap yayasan di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat yang telah mendapatkan Surat Keputusan Inpassing dari pejabat berwenang yang diberi kuasa oleh Mendiknas (pasal 4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2008).
3.  Telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 2 tahun di Perguruan Tinggi tempat dosen bekerja sebagai dosen tetap.
4.  Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya Asisten Ahli.
5.  Melaksanakan Tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) SKS pada setiap semester di perguruan tinggi dimana ia bekerja sebagai dosen tetap.


HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19