Pengalaman Pertama Kali menjadi Dosen di Universitas Satyagama sangatlah menyenangkan dan membahagiakan. Hati saya berlabuh menjadi dosen Universitas Satyagama karena ini adalah almamater saya dalam menempuh studi S1 Ilmu Hukum pada tahun 1998 yang lulus tahun 2002. Berikutnya pada tahun 2004 saya baru dapat meneruskan kuliah S2 Mengambil jurusan hukum di Universitas Indonesia dan lulus tahun 2006. Selang waktu lulus S1 tahun 2002 dan tahun 2004 baru bisa meneruskan kuliah S2 UI karena saya harus mengumpulkan uang terlebih dahulu maklum saya orang perantauan harus berjuang keras untuk menaklukkan ibu kota negara. Setelah lulus pada tahun 2006 saya ditawari ngajar oleh pak Azis pada waktu itu TU Fakultas hukum yang sekarang beliau sudah almarhum alhamdulillah ketemu orang yang sangat baik. Ditawari mengajar S1 Fakultas hukum tentunya saya menyambut dengan baik dan sangat senang.
Pengalaman Pertama Kali saya menjadi dosen di Universitas Satyagama saya tidak memikirkan honorarium, jujur mula-mula saya kaget menerima honorarium mengajar kagetnya bukan honornya yang gede tapi kagetnya tidak sesuai dengan nama besar dosen sebagai professional yang bertugas untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada mahasiswa dan mahasiswi. Sebelum saya mengajar memang di ruangan dosen Ketika saya ngobrol-ngobrol dengan dosen banyak yang mengatakan untuk menjadi dosen jangan mengharap mencari uang tetapi niatkanlah ibadah. Kalimat ini ada benarnya dan juga ada salahnya yang tepat memang pihak Yayasan Universitas Satyagama wajib memberikan kesejahteraan yang baik kepada dosen dan karyawannya. Pihak Yayasan juga harus memikirkan perut dosen jangan berdalih untuk ibadah tetapi dosen menjerit karena terlilit kebutuhan hidupnya. Sudah tahu mengajar itu pasti ibadah tentunya pihak Yayasan harus memikirkan kesejahteraan dosen dan karyawan. Sebab dosen dan karyawan adalah pilar dari Universitas jika pilar ini kokoh maka tentu Universitas akan menjadi kuat dan akan unggul dalam akademis dan dampaknya pasti mahasiswa akan membludak. Sewaktu saya mengajar di Universitas Satyagama saya masih sambil bekerja di Sekretariat Jenderal MPR dengan bergolongan ruang IIc golongan ruang IIc ini adalah pegawai rendahan karena saya start masuk pegawai MPR hanya bermodalkan ijazah SMA. Tentu saja pertama kali saya ngajar senang sekali sampai-sampai saya dari Kantor MPR ke Universitas Satyagama Cengkareng sering naik taksi karuan saja temen-temen saya sesama dosen geleng-geleng kepala dan heran. Beliau bertanya memang gaji dosen berapa sampai mengajar naik taksi tapi karena saya menjalani dengan senang hati ya tidak ada masalah. Tapi setelah puluhan tahun kampus tempat saya mengabdi ini tidak ada kemajuan dan tidak memikirkan kesejahteraan untuk pegawai dan dosen jadinya saya berpikir ulang untuk meneruskan menjadi dosen Universitas Satyagama ditambah tidak ada aturan yang jelas mengenai tata Kelola manajemen universitas yang baik. Jujur saja saya mengatakan kampus home base saya di Universitas Satyagama sama sekali tidak ada niat untuk memberikan kesejahteraan kepada dosen tidak ada gaji tetap jadi kalau tidak ngajar atau sedang liburan semester tidak mendapatkan apa-apa persis seperti buruh pabrik bangunan. Beginilah nasib dosen yang tidak banyak orang tahu tahunya orang-orang bahwa dosen itu gajinya besar dan tunjangannya gede. Padahal tidak, terkecuali memang kampus yang sudah baik tata Kelola manajemennya dan berniat mensejahterakan dosen pasti dosen betah tinggal disana karena kesejahteraannya baik.
Akhirnya saya pindah home di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.