Kamis, 21 Juli 2022

Posisi Islam Dalam Konteks Kebhinnekaan Apa Maksudnya Islam Nusantara?.

  

 



Ada-ada saja cara orang untuk merusak agama islam dengan membuat sempit makna islam itu sendiri, mereduksi/mengurangi makna islam, membuat istilah baru yang seolah-olah ngetrend padahal jika dikaji dengan makna yang sesungguhnya sangat menyimpang jauh. Sebenarnya saya malas mengomentari judul atau istilah yang aneh-aneh seperti kata-kata Islam Nusantara, tetapi jika saya tidak mengangkat pena saya khawatir banyak muslim yang tersesat dibuatnya. Apakah Islam itu bertentangan dengan nusantara sehingga ada istilah islam Nusantara?.  Bukankah islam itu menjunjung tinggi kearifan lokal sepanjang tidak bertentangan dengan hukum negara dan agama islam?. Jawabannya agama islam sangat menjunjung tinggi ke Bhinneka Tunggal Ikaan dan sejalan dengan dasar negara kita Pancasila.

 

POSISI ISLAM DALAM PERSPEKTIF DASAR NEGARA PANCASILA

Mari kita buktikan bahwa islam itu cinta nusantara dan dasar negara Pancasila kita simak dengan saksama sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, bukankah sejalan dengan al quran bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama juga bagimu agamamu dan bagiku agamaku? Sila pertama ini erat sekali dengan firman Allah QS. Al-Baqarah [2]: 163 yang artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Artinya islam membebaskan ummatnya untuk memeluk agama. Terus sila kedua Pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua ini berkaitan dengan relasi antar sesama manusia. Ini selaras dengan al-Quran surat Al-Ma’idah [5]: 8 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sila kedua juga sejalan dengan Surat Annisa ayat 35 yang menyatakan: Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti. Kita dianjurkan untuk saling sayang menyayangi antar sesama. Sila ketiga persatuan Indonesia, bukankah  sesuai dengan al quran surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Islam ruang lingkupnya bukan hanya nusantara tapi menyatukan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa terlalu sempit kalau islam hanya bicara nusantara. Surat al Hujurat tsb mengajarkan kepada kita semua bahwa kita ini umat yang satu agar saling kenal mengenal dengan bangsa lain. Bukan hanya persatuan untuk  bangsa Indonesia saja tetapi untuk seluruh umat manusia didunia bukankah islam itu lebih hebat. Sila ke empat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan sejalan dengan al quran surat Ash-Shura ayat 38 yang artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, Bukankah Allah SWT dalam al quran memerintahkan jika kita menemui kendala dalam hidup ini untuk senantiasa bermusyawarah?. Sila keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia sejalan dengan al quran surah An-Nahl ayat 90 yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. bukankah Allah SWT melalui al quran memerintahkan kita untuk senantisa berbuat adil, salah satu pemimpin yang adil nanti akan dilindungi oleh Allah SWT. Oleh karena itu sebutan Islam Nusantara jelas untuk mengaburkan pengertian islam yang memiliki banyak makna antara lain: selamat, tunduk berserah diri dll. Dalam tulisan ini intinya bahwa agama islam sangat menjunjung tinggi kebhinnekaan meski berbeda-beda kita adalah ummat yang satu yaitu Hamba Allah SWT.

Tulisan dari Muhammad Abdul Ghani, Mahasiswa Doktoral, Fakultas Ekonomi, International Islamic University Malaysia (IIUM) dibawah ini sangat menarik untuk dibaca: Konfrontasi istilah bahasa telah berlangsung lama. Tidak terlepas dari pengaruh orientalisme. Tujuannya untuk mengaburkan pemahaman umat Islam terhadap agamanya. Contoh, definisi dan makna Islam. Menurut ulama terkemuka dan memiliki otoritas keilmuan, Imam al-Jurjani dalam kitab at-Ta’rifat, Islam adalah patuh dan taat terhadap apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad. Namun oleh para orientalis, istilah Islam disamakan dengan Mohammaden. Ini dilakukan oleh orientalis semisal Francis Gladwin dalam bukunya An epitome of Mohammedan Law. Secara implisit Gladwin ingin mengatakan Islam diciptakan dan berasal oleh Nabi Muhammad. Hukum Islam diklaimnya sebagai buatan Muhammad. Orientalis lainnya, Karen Armstrong, dalam buku Islam A short History, mereduksi Islam hanya pada etimologi bahasa dari akar kata salama.  Maknanya kedamaian, namun menanggalkan makna lain, seperti pasrah dan tunduk. Armstrong ingin menyampaikan pesan Islam adalah agama kedamaian. Sikap tegas, teguh, dan fanatik terhadap Islam sebagai agama paling benar diklaimnya sebagai perbuatan yang bertentangan dengan makna Islam. Mempertahankan diri dalam menjaga tujuan hukum Allah (maqashid syariah) adalah perbuatan menyimpang dari agama Islam, karena membuat pertikaian dan intoleran terhadap non-Muslim.  Konstruk Islam berdasarkan pada lima rukun: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, hanya bersifat ornamen pembahasan. Kajian orientalis terhadap Islam menekankan sudut pandang filologi, antropologi, dan sejarah, untuk menciptakan keraguan dan sikap kritis umat Islam terhadap agamanya. Perang istilah dalam sejarah pemikiran Islam di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Presiden Sukarno telah mencetuskan istilah Islam sontoloyo pada tahun 1940, yang dimuat dalam majalah Panji Islam. Proklamator kemerdekaan Indonesia ini kecewa terhadap perilaku menyimpang sebagian umat Islam. Mereka dianggap menjadikan agama sebagai barang dagangan dan kepentingan pribadi. Kemudian, istilah Islam sontoloyo diterbitkan kembali oleh partai komunis Indonesia (PKI) melalui surat kabar Harian Rakyat pada tahun 1965. Fungsinya untuk dijadikan alat propaganda anti-Islam, menarik simpati kaum Marhean dan untuk melancarkan Revolusi 1965. Kini muncul Islam Nusantara, hanya ulangan sejarah kerancuan istilah dalam sejarah pemikiran umat Islam di Indonesia. Motifnya didasari ketidakpuasan dan rasa kekesalan sebagian pemuka sarjana pengkaji Islam terhadap sebagian kecil umat Islam yang dianggap tidak toleran, atau sikap ekstrim dalam beragama, serta mengusung budaya Arab yang mereka klaim tidak mengindahkan kearifan lokal. Istilah Islam Nusantara, menyisakan permasalahan, seperti mata uang logam dengan dua sisi berbeda. Sisi pertama, ingin menampilkan wajah umat Islam yang bersahabat dengan kearifan budaya lokal dan tidak bertentangan dengan Islam. Namun di sisi lain secara makna dan istilah, serta karakteristik mengalami masalah. Islam Nusantara adalah hasil pemikiran, evaluasi dan penataan dalam alam pikir pengusungnya. Menghasilkan kerancuan dalam makna dan konsep. Karena, secara bahasa, Islam bermakna patuh, taat dan menyerahkan diri sepenuh hati, serta kedamain. Jika makna Islam disandingkan dengan Nusantara, yang menunjukkan pada kawasan area, maka secara makna, Islam Nusantara adalah patuh, taat dan menyerahkan diri sepenuh hati kepada Nusantara. Maksud lain dari pengusung Islam Nusantara adalah Islam yang sesuai dengan kawasan Nusantara. Jika demikian, maka ajaran Islam direduksi dan disesuaikan dengan adat Istiadat Nusantara, sehingga terjadi proses sekularisasi di alam Nusantara. Pada akhirnya membaca Alquran menggunakan langgam Jawa, dan suatu saat, azan akan berubah dengan menggunakan bahasa Jawa, Sunda atau bahasa bhineka tunggal ika.  Secara konten dan karekteristik, Islam Nusantara telah bertentangan dengan spirit dan ruh ajaran ahli sunnah wal jamaah, dan khittah Nahdatul Ulama yang telah digariskan oleh pendirinya, KH Hasyim Asy'ari. NU mengusung paham Ahlussunnah wal jamaah dengan menganut paham teologi Asy’ariyah dan Maturidi. Keduanya adalah tandingan Mu’tazilah dalam dielektika pemikiran akidah. (cetak miring ini saya kutip dari https://www.republika.co.id/berita/nr9zak/islam-yes-islam-nusantara-no)

 

Rabu, 20 Juli 2022

Hidup Itu Pilihan Kesan dan Pesan Berlabuh Menjadi Dosen Profesional di Universitas Ibnu Chadun Yang Sangat Membahagiakan

 

 

GAMBAR GEDUNG LLDIKTI WILAYAH III JAKARTA

 

 

Jika berbicara mengenai profesi hampir semua sudah pernah saya lakoni dari mulai tukang kebun, bangunan, penjaga bola lapangan tenis, PNS, perusahaan swasta, sampai tukang pengamen. Tetapi profesi dosen yang saat ini saya jalani sungguh sangat indah dan membahagiakan sekali karena profesi ini meski honor kecil tetapi saya menikmati sekaIi. Membahagiakan karena bisa mengajar anak-anak didik yang kelak bisa berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa serta agama selamanya dosen akan mendapatkan pahala secara terus menerus jika anak didik menjalankan profesi dengan baik. Untuk menjadi dosen yang baik agar mendapatkan pahala terus menerus maka dosen harus mengajar mahasiswa dengan baik dan sabar, niatkan mengajar untuk mencari ridho Allah SWT, jangan sekali-kali kita mejadi dosen dengan jual beli nilai kepada mahasiswa praktek ini sangat memalukan dan tidak terpuji. Ada beberapa oknum dosen yang melakukan tindakan tidak terpuji dengan jual beli nilai kepada mahasiswa juga ada beberapa dosen yang melakukan tindakan a moral dengan jual beli skripsi kepada mahasiswa yang dibimbingnya. Bagi saya menjadi dosen harus saya luruskan niat untuk ibadah kepada Allah SWT saya tidak mungkin melakukan praktek jual beli nilai kepada mahasiswa meski saya terjepit hidup saya berjanji tidak akan melacurkan akademis saya meski perut saya lapar. Hal ini sudah pernah saya buktikan kepada mahasiswa, ketika saya di uji oleh mahasiswa diberikan uang agar mendapatkan nilai yang baik seketika itu juga saya tolak karena hal ini bertentangan dengan hati Nurani dan peraturan perundang-undangan yang  berlaku.

 

Saya Berhenti PNS Pilih Menjadi Dosen Swasta

Tidak mudah memang menentukan pilihan hidup setiap orang memiliki jalan kebahagiannya masing-masing setiap orang harus bisa menentukan pilihan hidupnya yang menurutnya bisa membuatnya bahagia. Hal ini wajar karena setiap manusia diberikan kelebihan dan kekurangannya masing-masing oleh Allah SWT dan diberikan talenta yang setiap orang tidak akan pernah sama.  Ketika menjadi PNS waktu itu tidak saya pungkiri dari sisi finansial sudah cukup bahkan lebih dari cukup tetapi dari sisi kabahagiaan saya tidak pernah bahagia bahkan saya merasa orang paling menderita di seluruh dunia, karena setiap hari bekerja merasa tertekan ketika menjadi PNS kalau sudah begini untuk apa hidup ini?. Saya menjadi PNS benar-benar cuma sebatas kacung saja yang se enaknya saya bisa diperintah orang kesana kemari saya ini persis seperti barang yang bisa dipindahkan kesana kemari. Begitulah saya ceritakan dengan jujur apa yang saya rasakan waktu masih menjadi PNS di Sekretariat Jenderal MPR RI. Di lingkungan PNS Sekretariat Jenderal MPR orang yang dihormati bukan karena hafidz al quran, bukan pula orang yang memiliki etika moral yang baik tetapi yang dihormati dan terpaksa disegani adalah orang yang memiliki jabatan dan golongan yang tinggi. Penghormatan ini menyalahi asas-asas perikehidupan yang baik, maklum pada waktu saya masuk PNS cuma menggunakan ijazah SMA dengan golongan IIA maka saya harus menerima nasib menjadi pesuruh di ruangan PNS tsb. Golongan IIA ini saya benar-benar sebagai kacung, orang tua saya tidak tahu saya bekerja di PNS MPR hanya sebagai kacung hanya sebagai suruhan orang lain ada pepatah mengatakan yang kuat akan menerkam yang lemah itu tidak salah karena kenyataannya memang demikian ketika saya bekerja di Sekertariat Jenderal MPR RI golongan yang rendah menjadi koki orang lain. Maka anak saya biar sekolah yang setinggi-tingginya sampai sarjana bahkan saya berharap sampai S3 jangan sampai menjadi korban seperti saya masuk PNS ijazah SMA bergolongan IIA hanya sebagai kacung dan budak belaka. Meski rajin dan pintar seperti apa bahkan saya pernah menjadi juara I Lomba Pidato MPR/DPR  pada tahun 2003 tidak bakalan berpengaruh apa-apa tidak bakalan dianggap dan di dengar di lingkungan PNS Sekretariat Jenderal MPR sekali lagi bekerja di PNS MPR yang penting punya jabatan dan pangkat tinggi pasti terpaksa disegani meski kadang di belakang pejabat yang terpaksa disegani tsb jika tidak baik dan benar banyak pegawai yang ngedumel apalagi pejabat ybs sewenang-wenang ketika menjabat maka ketika sudah pensiun pejabat ini nggak dianggap oleh pegawai bahkan banyak pegawai yang pura-pura tidak kenal pejabat ini main ke kantor. Itulah sanksi bagi pejabat yang arogan dan sewenang-wenang ketika sudah pensiun tidak ditegur oleh pegawai makanya ketika menjabat jadilah orang yang baik buatlah kebijakan-kebijakan yang membuat kebajikan insya allah kita akan dikenang  oleh banyak orang. Karena saya bekerja tekanan bathin selama menjadi PNS akhirnya saya memutuskan berhenti menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR pada tahun 2008 bapak saya dengan berlinang air mata ketika saya memutuskan berhenti menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR. Karena menurut bapak saya menjadi PNS sudah enak bapak saya mengatakan apalagi yang mau saya cari sampai saya harus berhenti menjadi PNS maklumlah namanya orang tua pasti sayang kepada anaknya jangan sampai anaknya setelah keluar dari PNS menjadi menyesal dan sengsara hidupnya. Dengan berhenti PNS di iringi air mata bapak saya, saya jadikan sebagai pembelajaran bahwa bapak saya itu sayang kepada anaknya.

 

Kuliah S1 dan S2 Supaya Tidak Jadi Kacung di PNS

Karena untuk memperoleh jabatan mau tidak mau harus kuliah lagi maka saya meneruskan kuliah pada tahun 1998 mengambil jurusan hukum di Universitas Satyagama, Jakarta. Susah payah saya jalani S1 Fakultas Hukum di Universitas Satyagama lulus tahun 2002 tetapi harapan penyesuaian ijazah tak kunjung datang ada pejabat yang mempersulit penyesuaian ijazah saya apalagi kalau bukan iri dengki. Sekarang ini yang mempersulit penyesuaian ijazah saya sudah meninggal saya doakan saja mudah-mudahan dosa2nya diampuni oleh Allah SWT. Selesai S1 pada tahun 2002 pada tahun 2004 saya meneruskan S2 Magister Kenotariatan di Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2006. Sampai dengan saya lulus S2 pada tahun 2006 gelar yang saya raih dari Universitas ternama di negeri ini belum juga disesuaikan karuan saja saya kesal dan buat apa kerja hanya mencari duit tetapi nama saya di belakang dan depan tidak ada embel-embelnya padahal saya diluar sudah dihargai dengan gelar S2 saya. Atas dasar itulah maka dengan berat hati pada tahun 2008 saya memutuskan untuk berhenti dari PNS sampai sekarang nyatanya saya masih bisa hidup meski tidak menjadi PNS. Ternyata yang bisa hidup bukan hanya PNS saja kerja apa saja jika kita jalani dengan serius, teliti dan hati-hati serta hemat dan bisa menyisihkan sebagian dari hasil yang kita dapatkan maka di hari tua kita pasti akan bisa hidup bahagia.

 

Akhirnya saya memilih menjadi dosen Swasta

Akhirnya saya memilih menjadi dosen swasta senangnya luar biasa pada tahun 2006 pertama kali saya menjadi dosen meski gaji kecil saya sangat bahagia sekali. Home base tempat saya mengajar pertama kali ada di Universitas Satyagama, Jakarta sayang sekali institusi ini tidak memperhatikan kesejahteraan dosen selain gaji tetap tidak ada THR juga tidak ada. Akhirnya pada tahun 2021 karena Universitas Satyagama mendapat status Pembinaan dari Pemerintah saya putuskan untuk pindah di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta yang alhamdulilah keadaannya lebih baik selain dapat gaji pokok juga mendaptakan THR yang lumayan. Karena dosen PTS di Jakarta maka masuk Kopertis III wilayah Jakarta yang menjadi mitra dosen-dosen di seluruh Jakarta sekarang Kopertis III wilayah Jakarta berubah nama menjadi LLDIKTI wilayah III Jakarta. Gambar diatas adalah foto Gedung LLDIKTI wilayah III Jakarta ketika saya berkunjung ke LLDIKTI kebetulan saya fotoin untuk kenang-kenangan saya. Begitulah serba-serbi sejarah saya menjalani berbagai profesi yang akhirnya saya berlabuh dan bahagia serta mantab menjadi dosen yang profesional di Universitas Ibnu Chaldun. Semoga pilihan saya menjadi dosen dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara serta mendapat ridho dari Allah SWT. Aamiin.

 

Minggu, 17 Juli 2022

KESAN DAN PESAN MENJADI PNS SEKRETARIAT JENDERAL MPR GAJI STANDARD TAPI TUNJANGANNYA BANYAK

 

 

 

 

 

BERKUNJUNG KE BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA SAMBIL JUMATAN

 

Pada tahun 1984-an banyak orang yang ogah menjadi PNS salah satu alasannya selain gajinya sangat kecil sekali juga kerja diatur oleh orang. Jika anda tidak mau diatur oleh orang lain jadilah pengusaha jangan menjadi PNS. Sampai-sampai teman saya pada waktu itu bilang sori untuk menjadi PNS menurut saya hal ini terlalu sombong, tetapi dunia ini cepat berubah dengan cepat saat ini justru profesi PNS banyak diburu oleh orang alasannya karena selain mendapatkan gaji pokok, juga tunjangan dan bahkan Tunjangan Kinerja yang jumlahnya puluhan juta. Jadi bisa dibilang profesi PNS sekarang menjadi Primadona selain disebutkan diatas juga mendapatkan pensiun seumur hidup bahkan bisa digantikan oleh janda/duda jika PNS ybs meninggal dunia, inilah salah satu kelebihan mengapa PNS sekarang banyak diburu oleh orang selain kerjanya tidak terlalu di forsir seperti bekerja di swasta juga ada kepastian di hari tuanya. Makanya tak heran kalau kita pernah mendengar ada PNS yang sampai menyogok supaya bisa masuk kerja apalagi sebelum diberlakukan test PNS seperti sekarang yang langsung diumumkan sebelumnya test PNS rentan dengan adanya suap menyuap karena pengumumannya sangat lama yang memberikan kesempatan orang untuk kasak-kusuk. Ngomong-ngomong teman saya yang ogah jadi PNS tsb saat ini justru menjadi gelandangan kerjanya tukang meminta-minta teman-temannya. Itulah karna yang dahulu kala tidak mau menjadi PNS bahkan mengejek PNS sekarang ini justru kehidupannya sangat sengsara. Jam kerja PNS sekarang tidak seperti dahulu, jam kerja PNS Sekarang agak ketat berangkat pagi pulang bisa malam dahulu PNS sangat santai sekali bahkan bisa pulang jam 12 siang bisa nyambi ke sawah bagi yang punya sawah atau berjualan. Sekarang PNS apalagi di perkotaan tidak bisa begitu santai apalagi pelayanan publik pasti sangat sibuk dalam bekerja karena dibarengi dengan tunjangan kinerja yang jumlahnya sangat lumayan. Kembali ke topik  menjadi PNS yang sekarang diburu banyak orang, tetapi tidak semua orang ingin menjadi PNS contohnya saya ketika menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR pada tahun 1997 sujud syukur kepada Allah SWT saya panjatkan, tetapi seiring dengan perkembangan jaman saya justru berhenti PNS yang membuat bapak saya berlinang air mata menyesali saya berhenti PNS. Saya berhenti PNS Sekretariat Jenderal MPR akan saya jelaskan dengan terang benderang supaya kita semua tidak gagal paham. Ada bahkan yang mengatakan saya ini goblok sudah jadi PNS enak-enak kok berhenti tapi mereka semua tidak tahu apa yang saya rasakan mengapa saya berhenti menjadi PNS tahunya mereka saya bekerja enak di Gedung MPR ada AC spoi-spoi basa mereka tidak tahu bahwa saya bekerja statusnya hanya kuli saya hanya kacung tempat disuruh-suruh orang karena saya masuk dengan golongan memakai ijazah SMA sehingga dengan demikian persis saya ini menjadi budak suruhan orang. Mereka yang mengatakan goblok saya berhenti PNS tidak mengetahui bahwa PNS bergolongan IIA itu hanyalah pesuruh hanyalah budak sebab di PNS itu mau goblok atau pinter yang penting pokoknya punya jabatan dan golongan tinggi mereka yang memerintah, inilah salah satu kelemahan manajemen PNS yang hanya mendasarkan pangkat atau golongan hanya berdasarkan ijazah bukan berdasarkan kepada kinerja dan kecerdasan.

 

Akhirnya pada tahun 2008 saya berhenti PNS MPR

Karena saya menjadi PNS hanya golongan II dan menjadi tertawaan dan budak oleh teman-teman akhirnya pada Bulan Februari 2008 saya berhenti menjadi PNS yang disertai tetesan air mata bapak saya. Saya tidak menyalahkan pola pikir bapak saya yang sudah merasa bersyukur anaknya bisa menjadi PNS di Gedung bulat Senayan, bapak saya pasti sayang dengan anak jangan sampai saya keluar PNS nanti saya menyesal dan menjadi gelandangan sebab menurut bapak saya menjadi PNS sudah enak mengapa keluar maka pikiran seperti itu lagi-lagi saya tidak menyalahkan bapak saya. Hanya saya yang menjalankan dan saya yang lebih tahu kondisi keadaan saya bekerja di PNS Sekretariat Jenderal MPR tsb. Namun semua kembali kepada diri kita masing-masing silahkan menjadi apa saja asalkan sesuai dengan bidang dan kompetensi kita maka kita tidak bakalan menyesal dikemudian hari. Jika ada yang ingin menjadi PNS itu hak mereka jika ada yang ingin menjadi wiraswsta itu juga hak mereka. Jika ada yang ingin menjadi dosen itu juga hak mereka seperti yang saya lakoni sekarang saya menjadi dosen swasta saya lebih bahagia ketimbang saya menjadi PNS MPR. Kenapa saya bahagia menjadi dosen?. Karena menjadi dosen bisa mendidik anak buah dan amalan yang tiada putus-putusnya sampai mati pun kita menjadi dosen akan mendapatkan pahala asalkan kita mengajar mahasiswa dengan tulus dan ikhlas. Tapi ketika saya tetap menjadi PNS di MPR selamanya saya akan menjadi kacung inilah kepuasan hidup yang tidak bisa dinilai dengan apa pun kecuali dengan kebahagiaan dan kepuasan pula. Kelemahan birokrasi di PNS manajemen pendekatan untuk menaikkan jabatan juga perlu dihindari harus mengedepakan kompetensi dan kecakapan seseorang untuk melakukan promosi.

 

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

Proses Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan Berbagai Permasalahannya

  Proses Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan Berbagai Permasalahannya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19