Ada-ada saja cara orang untuk merusak agama islam dengan membuat sempit makna islam itu sendiri, mereduksi/mengurangi makna islam, membuat istilah baru yang seolah-olah ngetrend padahal jika dikaji dengan makna yang sesungguhnya sangat menyimpang jauh. Sebenarnya saya malas mengomentari judul atau istilah yang aneh-aneh seperti kata-kata Islam Nusantara, tetapi jika saya tidak mengangkat pena saya khawatir banyak muslim yang tersesat dibuatnya. Apakah Islam itu bertentangan dengan nusantara sehingga ada istilah islam Nusantara?. Bukankah islam itu menjunjung tinggi kearifan lokal sepanjang tidak bertentangan dengan hukum negara dan agama islam?. Jawabannya agama islam sangat menjunjung tinggi ke Bhinneka Tunggal Ikaan dan sejalan dengan dasar negara kita Pancasila.
POSISI ISLAM DALAM PERSPEKTIF DASAR NEGARA PANCASILA
Mari kita buktikan bahwa islam itu cinta nusantara dan dasar negara Pancasila kita simak dengan saksama sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, bukankah sejalan dengan al quran bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama juga bagimu agamamu dan bagiku agamaku? Sila pertama ini erat sekali dengan firman Allah QS. Al-Baqarah [2]: 163 yang artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Artinya islam membebaskan ummatnya untuk memeluk agama. Terus sila kedua Pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua ini berkaitan dengan relasi antar sesama manusia. Ini selaras dengan al-Quran surat Al-Ma’idah [5]: 8 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sila kedua juga sejalan dengan Surat Annisa ayat 35 yang menyatakan: Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti. Kita dianjurkan untuk saling sayang menyayangi antar sesama. Sila ketiga persatuan Indonesia, bukankah sesuai dengan al quran surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Islam ruang lingkupnya bukan hanya nusantara tapi menyatukan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa terlalu sempit kalau islam hanya bicara nusantara. Surat al Hujurat tsb mengajarkan kepada kita semua bahwa kita ini umat yang satu agar saling kenal mengenal dengan bangsa lain. Bukan hanya persatuan untuk bangsa Indonesia saja tetapi untuk seluruh umat manusia didunia bukankah islam itu lebih hebat. Sila ke empat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan sejalan dengan al quran surat Ash-Shura ayat 38 yang artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, Bukankah Allah SWT dalam al quran memerintahkan jika kita menemui kendala dalam hidup ini untuk senantiasa bermusyawarah?. Sila keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia sejalan dengan al quran surah An-Nahl ayat 90 yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. bukankah Allah SWT melalui al quran memerintahkan kita untuk senantisa berbuat adil, salah satu pemimpin yang adil nanti akan dilindungi oleh Allah SWT. Oleh karena itu sebutan Islam Nusantara jelas untuk mengaburkan pengertian islam yang memiliki banyak makna antara lain: selamat, tunduk berserah diri dll. Dalam tulisan ini intinya bahwa agama islam sangat menjunjung tinggi kebhinnekaan meski berbeda-beda kita adalah ummat yang satu yaitu Hamba Allah SWT.
Tulisan dari Muhammad Abdul Ghani, Mahasiswa Doktoral, Fakultas Ekonomi, International Islamic University Malaysia (IIUM) dibawah ini sangat menarik untuk dibaca: Konfrontasi istilah bahasa telah berlangsung lama. Tidak terlepas dari pengaruh orientalisme. Tujuannya untuk mengaburkan pemahaman umat Islam terhadap agamanya. Contoh, definisi dan makna Islam. Menurut ulama terkemuka dan memiliki otoritas keilmuan, Imam al-Jurjani dalam kitab at-Ta’rifat, Islam adalah patuh dan taat terhadap apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad. Namun oleh para orientalis, istilah Islam disamakan dengan Mohammaden. Ini dilakukan oleh orientalis semisal Francis Gladwin dalam bukunya An epitome of Mohammedan Law. Secara implisit Gladwin ingin mengatakan Islam diciptakan dan berasal oleh Nabi Muhammad. Hukum Islam diklaimnya sebagai buatan Muhammad. Orientalis lainnya, Karen Armstrong, dalam buku Islam A short History, mereduksi Islam hanya pada etimologi bahasa dari akar kata salama. Maknanya kedamaian, namun menanggalkan makna lain, seperti pasrah dan tunduk. Armstrong ingin menyampaikan pesan Islam adalah agama kedamaian. Sikap tegas, teguh, dan fanatik terhadap Islam sebagai agama paling benar diklaimnya sebagai perbuatan yang bertentangan dengan makna Islam. Mempertahankan diri dalam menjaga tujuan hukum Allah (maqashid syariah) adalah perbuatan menyimpang dari agama Islam, karena membuat pertikaian dan intoleran terhadap non-Muslim. Konstruk Islam berdasarkan pada lima rukun: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, hanya bersifat ornamen pembahasan. Kajian orientalis terhadap Islam menekankan sudut pandang filologi, antropologi, dan sejarah, untuk menciptakan keraguan dan sikap kritis umat Islam terhadap agamanya. Perang istilah dalam sejarah pemikiran Islam di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Presiden Sukarno telah mencetuskan istilah Islam sontoloyo pada tahun 1940, yang dimuat dalam majalah Panji Islam. Proklamator kemerdekaan Indonesia ini kecewa terhadap perilaku menyimpang sebagian umat Islam. Mereka dianggap menjadikan agama sebagai barang dagangan dan kepentingan pribadi. Kemudian, istilah Islam sontoloyo diterbitkan kembali oleh partai komunis Indonesia (PKI) melalui surat kabar Harian Rakyat pada tahun 1965. Fungsinya untuk dijadikan alat propaganda anti-Islam, menarik simpati kaum Marhean dan untuk melancarkan Revolusi 1965. Kini muncul Islam Nusantara, hanya ulangan sejarah kerancuan istilah dalam sejarah pemikiran umat Islam di Indonesia. Motifnya didasari ketidakpuasan dan rasa kekesalan sebagian pemuka sarjana pengkaji Islam terhadap sebagian kecil umat Islam yang dianggap tidak toleran, atau sikap ekstrim dalam beragama, serta mengusung budaya Arab yang mereka klaim tidak mengindahkan kearifan lokal. Istilah Islam Nusantara, menyisakan permasalahan, seperti mata uang logam dengan dua sisi berbeda. Sisi pertama, ingin menampilkan wajah umat Islam yang bersahabat dengan kearifan budaya lokal dan tidak bertentangan dengan Islam. Namun di sisi lain secara makna dan istilah, serta karakteristik mengalami masalah. Islam Nusantara adalah hasil pemikiran, evaluasi dan penataan dalam alam pikir pengusungnya. Menghasilkan kerancuan dalam makna dan konsep. Karena, secara bahasa, Islam bermakna patuh, taat dan menyerahkan diri sepenuh hati, serta kedamain. Jika makna Islam disandingkan dengan Nusantara, yang menunjukkan pada kawasan area, maka secara makna, Islam Nusantara adalah patuh, taat dan menyerahkan diri sepenuh hati kepada Nusantara. Maksud lain dari pengusung Islam Nusantara adalah Islam yang sesuai dengan kawasan Nusantara. Jika demikian, maka ajaran Islam direduksi dan disesuaikan dengan adat Istiadat Nusantara, sehingga terjadi proses sekularisasi di alam Nusantara. Pada akhirnya membaca Alquran menggunakan langgam Jawa, dan suatu saat, azan akan berubah dengan menggunakan bahasa Jawa, Sunda atau bahasa bhineka tunggal ika. Secara konten dan karekteristik, Islam Nusantara telah bertentangan dengan spirit dan ruh ajaran ahli sunnah wal jamaah, dan khittah Nahdatul Ulama yang telah digariskan oleh pendirinya, KH Hasyim Asy'ari. NU mengusung paham Ahlussunnah wal jamaah dengan menganut paham teologi Asy’ariyah dan Maturidi. Keduanya adalah tandingan Mu’tazilah dalam dielektika pemikiran akidah. (cetak miring ini saya kutip dari https://www.republika.co.id/berita/nr9zak/islam-yes-islam-nusantara-no)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.