Kamis, 11 Februari 2016

Heboh Raja Dangdut Dirikan Partai Idaman


Oleh WARSITO                                                                                      
                
 -Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta,                                                                      
-Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan Universitas Satyagama, Jakarta                                                   -Tim Perumus Tata Naskah DPD RI Tahun 2007                                                                                  -Juara I Lomba Pidato Tingkat MPR-DPR Tahun 2003


Sebagai penggemar berat lagu-lagu dangdut Bang Haji (Rhoma Irama), saya terperanjat kaget, tatkala bang haji masih tidak kapok-kapoknya menelusuri lembah ngarai dibelantara perpolitikan nasional dengan niat mendirikan partai politik kembali. Padahal, sebelumnya bang haji sudah dikecewakan berat oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak jadi  dicalonkan Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019.
Di  bulan puasa menjelang lebaran tahun kemarin, publik dihebohkan sekaligus disuguhi hiburan menarik adanya pemberitaan dari Raja Dangdut, Rhoma Irama. Kegemparan itu lantaran Rhoma mendirikan Partai Politik yang diberi nama, Partai Idaman (Islam, Damai dan Aman). Partai tersebut diketuai oleh Rhoma Irama dan dideklarasikan pada hari, Sabtu, tanggal 11 Juli 2015, bertempat di Restoran Raden Bahari, Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta-Selatan (detikcom, Sabtu, 11/7/2015).
            
Ingatan kita masih segar tatkala 2014 lalu, Rhoma Irama di gadang-gadang oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi calon Presiden 2014. Tetapi, sayangnya, Rhoma Irama, nampaknya tidak menyadari, bahwa pencalonannya hanya manuver PKB, dugaan kuat hanya untuk memanfaatkan kepopuleran Rhoma Irama  untuk vote getter pada ajang kontes pemilihan umum legislatif  9 April tahun lalu.  Sebab, elektabilitas Rhoma Irama untuk menjadi Presiden sangat  rendah sekali.
Apalagi dikuatkan dengan  sebanyak 330 profesor di 33 provinsi jadi responden survei pakar yang diselenggarakan Pol-Tracking Institute untuk mencermati kualitas calon presiden. Skor teratas ketika itu diduduki Jusuf Kalla dan paling rendah Rhoma Irama.  “Hasil yang didapat merupakan penilaian setiap tokoh dari rerata tujuh aspek dimensi yang dinilai,” kata Hanta. Tujuh aspek itu adalah integritas, visi dan gagasan, leadership dan keberanian mengambil keputusan, kompetensi dan kapabilitas, pengalaman dan prestasi kepemimpinan, kemampuan memimpin pemerintahan dan negara, serta kemampuan memimpin koalisi Partai Politik di pemerintahan (Kompas. com, 24/3/2014). Masih nekatkah Rhoma Irama ingin mencalonkan Presiden?. Pencalonan Rhoma Irama menjadi Presiden direaksi publik dengan sikap agak tertawa ger-geran. Bahkan pengamat politik  Burhanuddin Muhtadi pernah menganggap sebagai jokey of the month (Kompas.com, Selasa, 13/11/2012). Terbukti, setelah hasil pemilu April 2014 lalu, Rhoma Irama benar-benar dibuang oleh PKB. Padahal, jika PKB serius ingin mencalonkan Rhoma Irama menjadi Presiden, PKB dapat berkoalisi dengan Partai-Partai  lain.
Dangdut Berbeda dengan Pemerintahan
Berbicara soal lagu-lagu dangdut Rhoma Irama, hampir tidak ada orang yang menyanggah julukannya sebagai raja dangdut. Sampai sekarang, tidak ada orang yang bisa menandingi kepiawaian olah vokal raja dangdut, baik nasional, maupun internasional. Itulah kehebatan Rhoma Irama. Saya pun termasuk orang yang mengagumi lagu-lagu dangdut album Bang haji. Namun, jika orang yang saya idolakan itu dijerumuskan ke Partai Politik, saya termasuk penggemar yang tidak rela, sebab, besar kemungkinan Rhoma Irama akan terperosok ke kubangan Partai Politik. Penggemar setia tidak ingin, ketika sudah berpolitik, Rhoma Irama tidak lagi dapat membedakan antara warna hitam atau putih. Meski, pendirian Partai Politik adalah hak setiap warga Negara.. Penggemar akan lebih antusias ketika satria bergitar menggebrak panggung menyanyikan lagu-lagu dangdut dan berdakwah dibandingkan jadi presiden. Itulah habitat Rhoma yang sebenarnya. Namun, institusi Partai Politik tetaplah penting sebagai pilar demokrasi untuk mengontrol jalannya roda pemerintahan guna memastikan keberpihakan kepada kesejahteraan rakyat.
Belajar dari  KH Zainuddin MZ
Meski berpolitik itu seni, stigma politik untuk Rhoma Irama tidak bisa diterima oleh publik. Apalagi  jargon politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan. Rhoma Irama, perlu belajar dari dai sejuta umat,  KH. Zainuddin MZ, yang dengan jujur mengatakan selama melakoni kegiatannya di Partai Politik, ia sadar merasa bukan  dunianya. Kemudian bergegas kembali ke habitatnya menjadi dai yang sebenarnya, publik pun akhirnya memaafkan dan menerima kembali sang dai sejuta umat tersebut. Hal lain, pelajaran berharga yang perlu dipetik Rhoma Irama dari KH Zainuddin MZ, selama aktif di Partai Politik, orang-orang yang mengagumi  ceramahnya, berangsur-angsur meninggalkannya. Hal ini, bukti kecintaan penggemarnya kepada KH. Zainuddin MZ untuk berkiprah di dakwah, bukan di ranah Partai Politik.  Dalam batas penalaran logis, sulit diterima akal sehat, mengapa pendirian Partai Politik yang sudah legal dan menjadi hak setiap warga Negara, tetapi direaksi negatif oleh publik? . Jawabannya, masyarakat memberikan sanksi sosial, karena publik memiliki kriteria dan hukumnya sendiri dan menghendaki agar idolanya berkarya ke habitatnya. Meski pendirian Partai Politik hak konstitusional Rhoma Irama, tetapi masyarakat lebih menggandrungi ketika Rhoma Irama menyanyikan lagu-lagu Dangdut di panggung dan berdakwah, ketimbang Rhoma Irama mencalonkan Presiden. Saya pikir Rhoma Irama sudah paham  betul, bahwa segala sesuatu, jika diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran (HR. Al-Bukhari  dari Abi Hurairah). Meski hak konstitusional Rhoma Irama untuk mendirikan Partai Politik dan dilindungi oleh Undang-Undang. 
Kesimpulannya, berkarya dibidang musik dangdut tidak kalah mulia dan terhormatnya dengan pengabdian-pengabdian lain  seperti di bidang legislatif, eksekutif dan yudikatif.  Karyamu di bidang musik dangdut jauh lebih besar yang memuat pesan-pesan moral, agama, untuk  menggelorakan jiwa nasionalisme bangsa yang sekarang mulai terdegradesi. Jika, Rhoma Irama memaksakan mencalonkan Presiden lewat Partai Politik yang didirikan, sudah dapat diprediksi selain tidak direaksi baik oleh masyarakat, akan mengalami dua kegagalan besar,. Pertama, masyarakat sulit menerima sebagai  calon Presiden melalui Partai Politik yang didirikannya. Kedua, perlahan-lahan, namun pasti, Rhoma Irama bakalan ditinggalkan penggemarnya, karena penggemar menganggap Partai Politik bukan dunianya raja dangdut. Bang Haji..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19