Oleh
WARSITO
-Dosen
Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta,
-Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan Universitas Satyagama,
Jakarta
-Tim Perumus Tata Naskah DPD RI Tahun 2007 -Juara
I Lomba Pidato Tingkat MPR-DPR Tahun 2003
Sebagai
penggemar berat lagu-lagu dangdut Bang Haji (Rhoma Irama), saya terperanjat
kaget, tatkala bang haji masih tidak kapok-kapoknya menelusuri lembah ngarai dibelantara
perpolitikan nasional dengan niat mendirikan partai politik kembali. Padahal,
sebelumnya bang haji sudah dikecewakan berat oleh Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) tidak jadi dicalonkan Presiden
Republik Indonesia Periode 2014-2019.
Di bulan puasa menjelang lebaran tahun kemarin, publik
dihebohkan sekaligus disuguhi hiburan menarik adanya pemberitaan dari Raja
Dangdut, Rhoma Irama. Kegemparan itu lantaran Rhoma mendirikan Partai Politik yang diberi nama, Partai
Idaman (Islam, Damai dan Aman). Partai tersebut diketuai oleh Rhoma Irama dan
dideklarasikan pada hari, Sabtu, tanggal 11 Juli 2015, bertempat di Restoran
Raden Bahari, Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta-Selatan (detikcom, Sabtu, 11/7/2015).
Ingatan
kita masih segar tatkala 2014 lalu, Rhoma Irama di gadang-gadang oleh Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi calon Presiden 2014. Tetapi, sayangnya, Rhoma
Irama, nampaknya tidak menyadari, bahwa pencalonannya hanya manuver PKB, dugaan
kuat hanya untuk memanfaatkan kepopuleran Rhoma Irama untuk vote
getter pada ajang kontes pemilihan umum legislatif 9 April tahun lalu. Sebab, elektabilitas Rhoma Irama untuk menjadi
Presiden sangat rendah sekali.
Apalagi
dikuatkan dengan sebanyak 330 profesor di 33 provinsi jadi responden survei
pakar yang diselenggarakan Pol-Tracking Institute untuk mencermati kualitas
calon presiden. Skor teratas ketika itu diduduki Jusuf Kalla dan paling rendah
Rhoma Irama. “Hasil yang didapat merupakan
penilaian setiap tokoh dari rerata tujuh aspek dimensi yang dinilai,” kata
Hanta. Tujuh aspek itu adalah integritas, visi dan gagasan, leadership dan
keberanian mengambil keputusan, kompetensi dan kapabilitas, pengalaman dan
prestasi kepemimpinan, kemampuan memimpin pemerintahan dan negara, serta
kemampuan memimpin koalisi Partai Politik di pemerintahan (Kompas. com, 24/3/2014). Masih nekatkah Rhoma Irama ingin
mencalonkan Presiden?. Pencalonan Rhoma Irama menjadi Presiden direaksi
publik dengan sikap agak tertawa ger-geran. Bahkan pengamat politik Burhanuddin Muhtadi pernah menganggap sebagai
jokey of the month (Kompas.com, Selasa,
13/11/2012). Terbukti, setelah hasil pemilu April 2014 lalu, Rhoma Irama benar-benar
dibuang oleh PKB. Padahal, jika PKB serius ingin mencalonkan Rhoma Irama
menjadi Presiden, PKB dapat berkoalisi dengan Partai-Partai lain.
Dangdut
Berbeda dengan Pemerintahan
Berbicara
soal lagu-lagu dangdut Rhoma Irama, hampir tidak ada orang yang menyanggah julukannya
sebagai raja dangdut. Sampai sekarang, tidak ada orang yang bisa menandingi kepiawaian
olah vokal raja dangdut, baik nasional, maupun internasional. Itulah kehebatan
Rhoma Irama. Saya pun termasuk orang yang mengagumi lagu-lagu dangdut album Bang
haji. Namun, jika orang yang saya idolakan itu dijerumuskan ke Partai
Politik, saya termasuk penggemar yang tidak rela, sebab, besar kemungkinan Rhoma
Irama akan terperosok ke kubangan Partai Politik. Penggemar setia tidak ingin, ketika
sudah berpolitik, Rhoma Irama tidak lagi dapat membedakan antara warna hitam
atau putih. Meski, pendirian Partai Politik adalah hak setiap warga Negara.. Penggemar akan lebih
antusias ketika satria bergitar menggebrak panggung menyanyikan lagu-lagu
dangdut dan berdakwah dibandingkan jadi presiden. Itulah habitat Rhoma yang
sebenarnya. Namun, institusi Partai Politik tetaplah penting sebagai pilar
demokrasi untuk mengontrol jalannya roda pemerintahan guna memastikan
keberpihakan kepada kesejahteraan rakyat.
Belajar
dari KH Zainuddin MZ
Meski
berpolitik itu seni, stigma politik untuk Rhoma Irama tidak bisa diterima oleh publik.
Apalagi jargon politik tidak ada kawan
dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan. Rhoma Irama, perlu belajar dari
dai sejuta umat, KH. Zainuddin MZ, yang
dengan jujur mengatakan selama melakoni kegiatannya di Partai Politik, ia sadar
merasa bukan dunianya. Kemudian bergegas
kembali ke habitatnya menjadi dai yang sebenarnya, publik pun akhirnya memaafkan
dan menerima kembali sang dai sejuta umat tersebut. Hal lain, pelajaran
berharga yang perlu dipetik Rhoma Irama dari KH Zainuddin MZ, selama aktif di
Partai Politik, orang-orang yang mengagumi
ceramahnya, berangsur-angsur meninggalkannya. Hal ini, bukti kecintaan
penggemarnya kepada KH. Zainuddin MZ untuk berkiprah di dakwah, bukan di ranah Partai
Politik. Dalam batas penalaran logis,
sulit diterima akal sehat, mengapa pendirian Partai Politik yang sudah legal
dan menjadi hak setiap warga Negara, tetapi direaksi negatif oleh publik? .
Jawabannya, masyarakat memberikan sanksi sosial, karena publik memiliki kriteria
dan hukumnya sendiri dan menghendaki agar idolanya berkarya ke habitatnya. Meski
pendirian Partai Politik hak konstitusional Rhoma Irama, tetapi masyarakat
lebih menggandrungi ketika Rhoma Irama menyanyikan lagu-lagu Dangdut di
panggung dan berdakwah, ketimbang Rhoma Irama mencalonkan Presiden. Saya pikir Rhoma
Irama sudah paham betul, bahwa segala
sesuatu, jika diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran
(HR. Al-Bukhari dari Abi Hurairah).
Meski hak konstitusional Rhoma Irama untuk mendirikan Partai Politik dan dilindungi
oleh Undang-Undang.
Kesimpulannya,
berkarya dibidang musik dangdut tidak kalah mulia dan terhormatnya dengan
pengabdian-pengabdian lain seperti di
bidang legislatif, eksekutif dan yudikatif. Karyamu di bidang musik dangdut jauh lebih
besar yang memuat pesan-pesan moral, agama, untuk menggelorakan jiwa nasionalisme bangsa yang
sekarang mulai terdegradesi. Jika, Rhoma Irama memaksakan mencalonkan Presiden
lewat Partai Politik yang didirikan, sudah dapat diprediksi selain tidak direaksi baik oleh masyarakat, akan
mengalami dua kegagalan besar,. Pertama, masyarakat sulit menerima sebagai calon Presiden melalui Partai Politik yang
didirikannya. Kedua, perlahan-lahan, namun pasti, Rhoma Irama bakalan ditinggalkan
penggemarnya, karena penggemar menganggap Partai Politik bukan dunianya raja dangdut. Bang Haji..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.