Oleh WARSITO, SH., M.Kn.
Nasib orang miskin cuma pendidikan SMA memang nggak enak. Pengalaman Kisah Nyata Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA. Urusan rezeki, jodoh, dan
maut tidak bisa disangkal itu memang kuasa Allah SWT, tiada seorang pun manusia
di bumi ini yang mengetahui akan hal itu. Manusia, meski sudah berusaha sekuat
tenaga, jungkir balik bekerja siang malam, kepala rasanya sudah dibuat kaki,
dan kaki sudah menjadi kepala, terkadang masih saja ada yang kekurangan untuk mencukupi
kebutuhan dasarnya. Sementara orang yang kelihatannya bekerjanya santai, tetapi
hidupnya berkecukupan. Begitu juga datangnya maut, sungguh teramat misteri, entah
dimana dan kapan waktunya tak seorang pun yang mengetahuinya. Begitu juga dalam
hal jodoh, sejak kita masih ingusan tatkala ketika SMP - perguruan tinggi sudah bergonta-ganti pacar,
ternyata dalam perjalanannya pasangan hidup yang diberikan secara resmi oleh Tuhan
itu berbeda, padahal waktu kita pacaran
sudah berbunga-bunga dan berjanji akan sehidup semati. Khusus untuk jodoh yang penuh
misteri ini akan saya bahas dalam tulisan ini.
Pada
umumnya, banyak faktor yang melatari orang memilih jodoh, yang pertama, bisa karena
kecantikannya atau kegantengannya. Yang kedua, karena harta yang berkecukupan. Ketiga,
orang yang berjabatan. Ke empat karena agamanya yang baik. Kelima, karena
pendidikannya. Masing-masing orang berhak menentukan kriterianya sendiri untuk memilih jodoh terbaiknya.
Pada
tahun 1997 saya menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR dengan ijasah SMA
berstatus golongan ruang IIa. Setiap makan siang di kantin, kami pegawai MPR
dan DPR berbaur menjadi satu. Karena keseringan bertemu, manusia sebagai makhluk
sosial, kami saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dari kantin inilah saya
dipertemukan jodoh saya seorang PUTRI SOLO yang bernama Gardina Kurniawati PNS
Setjen DPR yang bergolongan ruang IIIa (start masuk dari Sarjana). Meski saya
PNS bergolongan rendah, banyak pegawai MPR-DPR yang sudah mengenali saya, maklum saya langganan naik podium ketika
upacara bendera sebagai petugas dirijen menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
Pembaca Teks Pancasila atau pembukaan UUD 1945 jika Sekretariat Jenderal MPR sedang
ditugasi sebagai pengerek bendera. Menjadi PNS semula gembira sekali, namun seiring
perkembangan waktu sepak terjang PNS di MPR itu RMS (bukan Republik Maluku
Selatan) tetapi diplesetkan menjadi RAJIN MALES SAMI MAWON ALIAS PINTAR BODOH
SAMA SAJA, maka semakin melunturkan kebanggaan saya menjadi PNS.
Pengalaman Kisah Nyata Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA.
Kembali
ke laptop soal perjodohan, untuk menuju jenjang perkawinan ini saya harus
menembus benteng keperkasaan keluarganya, beberapa kali niatan orang tua saya
(dari kampung Pati) untuk melamar selalu kandas di tengah jalan alasannya ada-ada
saja keluarganya, yang bilang sedang repot, masih nyusun tesis, dan sebagainya
dan sebagainya. Pengalaman Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA. Saya bilang ke calon istri apa hubungannya saya mau menikah
dengan keluarganya sedang nyusun disertasi atau tesis?. Yang mboten-mboten saja
alasannya, padahal sebenarnya saya sudah tahu, keluarganya tidak setuju karena
saya cuma berpendidikan rendah (SMA) dan bergolongan PNS rendah pula, sedangkan
pada tahun 2000 calon istri sudah bergelar SE dari UMS Surakarta dan sedang
melanjutkan S2 ilmu pemerintahan di Universitas Satyagama kelas DPR. Pada akhirnya
calon istri mengakui terus terang bahwa alasan
keluarganya sibuk menerima lamaran dikarenakan tidak setuju dapat suami cuma tamat SMA dan bergolongan IIa. PADA WAKTU ITU BATHIN
SAYA MENANGIS, NASIB…OH NASIB.
Pengalaman Kisah Nyata Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA.
Disini
yang dibuat bingung justru calon istri, keluarganya menyarankan agar dijadiin saja calon yang dengan insinyur,
kebetulan ada yang sedang merebut hati, atau kalau tidak yang dengan sarjana
ekonomi yang sedang bekerja di auditor BPK. Calon istri tambah bingung tujuh
keliling, ada 3 calon waktu itu yang harus dipilih salah satu untuk dijadikan
suaminya. Karena saya tidak berdaya pada Waktu itu, saya hanya pasrah saja. TAPI SAYA PUNYA KEKUATAN
DAHSYAT PADA WAKTU ITU, PIKIRAN SAYA DALAM MEMANDANG SEMUA MANUSIA ITU SAMA,
SAYA PeDe SAJA, ENTAH KARENA JABATAN ATAU HARTA. APAKAH SAYA HARUS MENANGGUNG
DOSA TUJUH TURUNAN DILAHIRKAN DARI ORANG TUA YANG TIDAK PUNYA?. Tidak baik jika
orang memilih jodoh karena jabatan atau karena harta orang tuanya. Dengan
kebingungan itu diam-diam calon istri mendatangi beberapa orang kyai yang
memiliki daya linuwih minta petunjuk siapa kira-kira diantara ketiganya yang patut
dipilih, sang kyai itu sudah memberikan gambaran siapa diantara yang cocok
untuk dipilih sebagai suaminya sudah disampaikan kalau si A itu begini, kalau B
begitu dan kalau saya begini. Maaf
secara etik tidak saya sebutkan siapa yang sebenarnya sudah direkomendasikan
oleh sang kyai tsb. Calon istri diminta untuk sholat istikharah (minta
dipilihkan) yang terbaik yang menjadi keragu-raguan dengan diberikan bacaan
amalan-amalan. HASILNYA: dalam waktu singkat sudah diperlihatkan langsung, sang
insinyur ketahuan suka minum2an keras, dan sang sarjana ekonomi sebagai auditor
di BPK baru pendekatan sudah berani “morotin” alias sering ngutang duit. Pengalaman Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA sungguh sangat menyayat hati kenapa urusan perjodohan harus dikait-kaitkan soal urusan pendidikan tinggi?..
Singkat
cerita, si dia akhirnya menjatuhkan pilihan kepada saya dengan memaksa
keluarganya menyatakan bahwa akan menikah bukan dengan sarjananya tetapi dengan
orangnya. Puncaknya, pada tanggal 27 Januari 2000 saya menikah di gedung Kusuma
Sari Jalan Dr. Radjiman, samping jalan Selamet Riyadi, Solo. Giliran seminggu kemudian
ngunduh mantu, rombongan pihak mempelai wanita datang di kampung halaman saya,
Pati Jawa-Tengah, ketika dalam perjalanan Solo-Purwodadi-Pati yang melewati
hutan rimba belantara dan naik turun gunung, sayup-sayup terdengar rombongan
pengantin yang nyinyir: “jauh-jauh begini kok dapatnya naik turun gunung”. Ditambah
begitu kagetnya rombongan mempelai wanita setelah sampai dirumah saya, melihat rumah
bapak saya beralaskan tanah dan bertembok gedeg (bambu). Begitulah serba-serbi
kehidupan manusia didalam menemukan jodohnya yang penuh aneka ragam corak dan
warnanya masing-masing memiliki histori yang tak dapat dipisahkan dari bagian kehidupannya. Pengalaman Kisah nyata Menikah Nyaris Kandas Gara-gara miskin dan Pendidikan Cuma Tamat SMA ada hikmahnya untuk anak saya akan saya sekolahkan setinggi-tingginya.
Semoga Bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.