Obrolan diwarung-warung tegal yang didominasi oleh wong cilik, tak kalah menariknya dengan diskusi ilmiah elite-elite politik negeri ini yang saat ini hangat membicarakan pertarungan Pilpres pada April 2019 nanti, antara Joko Widodo dengan Prabowo, siapakah yang sebenarnya layak mendapat tempat di hati rakyat banyak?. Setiap orang, baik komunitas, kelompok, golongan, partai politik, bahkan masyarakat ramai membicarakan jagoannya masing-masing untuk digadang-gadang bahkan dielus-elus untuk dikampanyekan agar menang Pilpres 2019, apalagi jika menjadi tim sukses, segala daya dan upaya sekuat tenaga dikerahkan, bahkan tak segan-segan jika punya duit akan disumbangkan untuk membiayai kampanye jagoannya agar Capresnya bisa menang dan tentunya akan berharap imbal balik.
TAK PEDULI SIAPA YANG MENANG
Bagi saya sebagai seorang dosen yang bertugas utama mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya kepada mahasiswa, tak peduli, siapa yang akan memenangi pertarungan, apakah Jokowi atau Prabowo, dua-duanya adalah anak bangsa yang tentu akan bercita-cita menjadikan Indonesia menjadi lebih baik, dan sejahtera. Keberhasilan Pilpres nanti yang dilaksanakan dengan tertib, damai dan aman berarti kemenangan seluruh rakyat Indonesia, karena pesta demokrasi dapat berjalan dengan baik. Hal lain, mengapa saya tidak mau ambil pusing siapa yang akan memenangi Pilpres nanti?. Sebab siapa pun yang bakalan jadi presiden saya tidak bakalan dijadikan menteri. Sudah menjadi rahasia umum jatah menteri-menteri hampir 90% diberikan oleh partai-partai politik yang bersekutu dengan pengusung Capres, kalau pun ada yang diangkat jadi menteri dari kalangan profesional atau akademisi jumlahnya sangatlah sedikit sekali seolah-olah sudah diakomodir golongan profesional, padahal sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensil bukan parlementer, itu artinya presiden punya kewenangan penuh untuk mengangkat menteri-menteri dari mana pun dia berasal, tidak boleh ada tekanan dari siapa pun atau titipan-titpan untuk mengangkat menteri, sebab itu kewenangan penuh presiden. Jika diamati dengan saksama setiap pergantian presiden dari periode ke periode, terasa agak menjenuhkan karena didalamnya banyak diwarnai kepentingan jangka pendek untuk bagi-bagi kekuasaan, seharusnya bangsa ini memiliki garis-garis besar haluan negara yang bekerjanya terstruktur untuk arah pembangunan bangsa.
Sebagai akademisi boleh salah, tetapi saya tidak boleh bohong, apa yang sudah dikerjakan oleh Jokowi selama menjabat Presiden hampir 5 tahun ini, dalam hal infrastruktur sangat dirasakan oleh rakyat manfaatnya, ini tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapa pun. Saya pribadi takjub ketika pulang kampung dari Jakarta ke Jawa-Tengah (Pati) dari tol Cipali-Semarang begitu mulusnya jalan, kira-kira 6 jam sudah sampai di Semarang. Hanya satu kata yang pantas untuk diucapkan: LUAR BIASA!!!!. Sebagai manusia biasa, Jokowi tentu disana-sini ada kelemahan di era kepemimpinannya, kelemahan itu tidak perlu dibahas panjang lebar, kita perlu MIKUL DUWUR MENDEM JERO, karena panggung sejarah membuktikan tidak ada pemimpin pemerintahan yang bisa mencapai tingkat kesempurnaan untuk memuaskan semua pihak. Jadi kekurangan pemerintahan sekarang, jika prabowo terpilih tinggal untuk memperbaiki (menggenapi), jadi tidak perlu ada pihak-pihak yang sengaja mencari-cari kesalahan Jokowi. Soal lanjutkan atau ganti Presiden 2019 adalah kuasa rakyat yang akan menentukan. Prabowo pun jika dapat memenangi Pilpres 2019 tentu sudah punya visi dan misi yang baik untuk melanjutkan pembangunan Indonesia saat ini yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, termasuk revolusi mental didalamnya. Begitu pula jika Jokowi dapat memenangi pertarungan kembali tentu akan melanjutkan pembangunan yang sudah disusun secara terstruktur dan sistematis dan akan melanjutkan revolusi mental untuk para penyelenggara Negara dan seluruh warga bangsa. UNTUK APA KITA PUSING MIKIRIN PILPRES?. Bukankah dua-duanya akan membangun Indonesia menjadi lebih baik?.
BANYAK YANG DAG-DIG-DUG INGIN MENJADI MENTERI
Jargon LANJUTKAN VS GANTI PRESIDEN 2019 adalah hal biasa bagi kedua belah kubu sebagai pesaing demokrasi, yang penting dilakukan dengan cara yang beradab. Bagi tim suskes tentu akan gembira dan bahagia jika Capres jagoannya akan menang karena sudah berkeringat (tim sukses) tentu harapannya diberikan jatah jabatan baik menteri, ketua-ketua badan, komisioner dan lain-lain. Padahal, sebenarnya dikalangan akademisi ketika presiden mengumumkan menteri-menteri yang akan diangkat, para dosen berharap-harap cemas menunggu siapa tahu namanya dalam deretan yang akan dilantik menjadi menteri. Pada umumnya menteri-menteri dari akademisi tidak kalah dengan rekrutmen menteri-menteri dari kalangan partai politik.
Angkatlah menteri-menteri yang profesional baik dari kalangan akademisi, birokrat, pengusaha, tidak tertutup kemungkinan dari kalangan partai politik pun ada yang profesional berhak untuk diangkat menjadi menteri, demikian itu agar nanti mengelola negara ini benar-benar untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara, bukan atas jasa imbal partai politik. SULIT MEMANG,TAPI BISA, JIKA ADA KESUNGGUHAN UNTUK MELAKSANAKANNYA!.
Angkatlah menteri-menteri yang profesional baik dari kalangan akademisi, birokrat, pengusaha, tidak tertutup kemungkinan dari kalangan partai politik pun ada yang profesional berhak untuk diangkat menjadi menteri, demikian itu agar nanti mengelola negara ini benar-benar untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara, bukan atas jasa imbal partai politik. SULIT MEMANG,TAPI BISA, JIKA ADA KESUNGGUHAN UNTUK MELAKSANAKANNYA!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.