Debat
Capres yang dimoderatori oleh Ira Koeno dan Imam Priyono terasa kaku
dan hambar. Judulnya debat tapi sesungguhnya bukanlah debat tapi cuma tanya
jawab belaka. Padahal, para Paslon sebelumnya sudah diberikan kisi-kisi
pertanyaan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), tetapi masih saja menjawabnya
tidak sistematis dan substansial. Saya teringat ketika sedang UTS atau UAS di
Universitas Indonesia (UI) ketika ujian itu Panitia meminta buku-buku mahasiswa
dikumpulkan ke depan semua, dosen terkadang seenaknya sendiri memberikan
pertanyaan tanpa ada kisi-kisi, buku yang tebal-tebal itu seolah-olah harus
sudah dihafal. Kontras dengan Paslon yang sedang debat Kamis malam, meski
kisi-kisi sudah diberikan tetap saja menjawabnya masih plegak-pleguk.
SMH menilai jalannya perdebatan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan penantangnya Prabowo Subianto sangat kaku seperti robot. Baik Jokowi maupun Prabowo dinilai sama-sama menghindari risiko. Padahal keduanya memiliki semua yang dibutuhkan agar acara debat bisa berjalan menarik (https://international.sindonews.com/read/1371458/40/media-asing-sebut-debat-capres-kaku-seperti-robot-1547755430).
Salah satu media internasional yang memberikan perhatian adalah
Sydney Morning Herald (SMH). Dalam pemberitaannya, media yang berbasis di New
South Wales ini mengkritik jalannya debat.
SMH menilai jalannya perdebatan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan penantangnya Prabowo Subianto sangat kaku seperti robot. Baik Jokowi maupun Prabowo dinilai sama-sama menghindari risiko. Padahal keduanya memiliki semua yang dibutuhkan agar acara debat bisa berjalan menarik (https://international.sindonews.com/read/1371458/40/media-asing-sebut-debat-capres-kaku-seperti-robot-1547755430).
Ira Koeno selaku moderator dalam
menjalankan tugasnya nampak sudah adil, obyektif dan tegas cuma agak sedikit
kaku dan tegang terlihat raut di wajahnya tatkala memandu jalannya
debat ala Indonesia ini. Begitu juga imam priyono, datar-datar saja tidak dapat
mengemas dan menyelingi suasana debat tersebut dengan suasana
yang humoris, namun, kepribadian pria ini tenang dan sangat sopan sekali. Tapi
secara umum kedua moderator tersebut sudah dapat menjalankan tugasnya dengan
baik.
Debat
Kamis malam tersebut diperparah kedua pasangan calon Presiden, setiap menjawab
pertanyaan yang dilontarkan kurang mengenai sasaran, substansinya tidak pas.
Misalnya, Paslon No. urut 1 Jokowi dan Ma’ruf Amin yang mendapat undian
pertanyaan bagaimana pemberantasan terorisme agar tidak melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM), moderator meminta dengan memberikan kasus-kasus secara konkrit.
Nampaknya, jawaban, respon dan tanggapan kedua paslon masih pada ngalor ngidul,
padahal jawaban yang pas dan pasti sesuai Pasal 28j UUD 1945:
Ayat
(1): Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara"
Ayat
(2): Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan mmaksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban, umum dalam suatu masyarakat
demokratis".
Tapi
tambahan jawaban paslon no. urut 1 ini sudah cukup lumayan bahwa tindakan
terorisme perlu menggunakan berbagai pendekatan, antara lain: hukum, humanis,
ekonomi, sosial budaya dan agama, kata kuncinya perlu pencegahan dan tindakan.
JADI
PEMEBERANTASAN TERORISME SECARA TEGAS OLEH APARAT ITU BUKAN PELANGGARAN HAM,
karena HAM memang dibatasi oleh Undang-undang, artinya pelaku terorisme memang
harus mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Itulah yang
dimaksud kebebasannya dibatasi oleh undang-undang, Pelaku terorisme harus
dihukum seberat-beratnya karena terorisme sendiri biangnya pelanggaran HAM.
Ketika
Prabowo bertanya kepada Jokowi mengapa ada menteri-menterinya yang berbeda
pendapat soal pangan ada menteri yang mengatakan perlu impor beras ada pula
yang mengatakan tidak perlu. Jawaban Jokowi kurang pas yang mengatakan memperbolehkan
perbedaan pendapat dikalangan menteri, jawaban yang tepat adalah impor beras
jenis-jenis tertentu masih dibutuhkan, sebab konsumsi beras di kelas bawah,
menengah dan atas berbeda-beda jenis yang dimakan, hanya beras jenis tertentu
saja yang perlu di impor. Seharusnya seperti itu jawabannya, meski terkesan
agak sedikit ngeles, tapi argumentasinya dapat dibenarkan dan audiens puas
mendengarnya, dan hal ini otomatis akan mendongkrak keterpilihannya.
Begitu
juga tatkala Jokowi bertanya kepada Prabowo banyak mantan Napi Koruptor yang
menjadi Caleg Gerindra yang notabene pencalegannya ditandatangani oleh Ketua
Umumnya (Prabowo), jawaban prabowo mestinya manusia itu bisa saja salah, dan
sebaik-baik manusia itu apabila melakukan kesalahan mau bertobat untuk menjadi
lebih baik. Jawaban Prabowo sudah agak lumayan dengan mengatakan meski mantan
narapidana Koruptor, regulasi kita masih memungkinkan pencalegan sepanjang
hukumannya itu tidak mencabut hak-hak politiknya ini negara demokrasi
boleh-boleh saja, siapa tahu menjadi anggota dewan para napi mantan koruptor
akan menjadi lebih baik, yang terpenting takut sama Allah SWT dan pro rakyat
banyak.
Debat
model ini sesungguhnya minim seni, karena tidak ada Paslon saling menginterupsi
satu sama lain, sekali lagi ini bukan debat tapi sekedar tanya jawab belaka.
PATUT DIPERTANYAKAN DALAM DEBAT INI, NAMPAKNYA PASLON TIDAK
MEMPERSIAPKAN DEBAT DENGAN BAIK DENGAN MEMBAHAS KISI-KISI PERTANYAAN YANG
SEBELUMNYA DISAMPAIKAN OLEH PANITIA. TIM AHLI DARI PASLON TIDAK MEMBERIKAN
BIMBINGAN BELAJAR DENGAN BAIK UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN DENGAN TEPAT DAN
SISTEMATIS. PASLON HARUS BETUL-BETUL PAHAM TENTANG HUKUM, HAM,
KORUPSI DAN PEMBERANTASAN TERORISME. SARAN SAYA KEPADA PASLON PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN CARILAH PARA AHLI YANG DAPAT MEMBIMBING DAN MENGARAHKAN JAWABAN
DENGAN BAIK DAN SISTEMATIS, AUDIENS YANG MENDENGARKAN PASTI AKAN TERPUASKAN,
OTOMATIS AKAN MENAIKKAN PERINGKAT ELEKTABILITAS PASLON.
Coba
perhatikan, ketika prabowo mendapat undian pertanyaan bagaimana peraturan
perundang-undangan antara pusat dan daerah sering terjadi benturan dan tumpang
tindih sehingga tidak ada kepastian hukum dalam iklim berusaha. Meski secara
umum dua paslon sudah menyinggung menjawab perlunya sinkronisasi regulasi dan
review undang-undang, tetapi dua-duanya belum menjawab pertanyaan tersebut
secara substansial. Jawaban yang paling tepat meski undang-undangnya
sudah baik jika manusianya tidak memiliki pribadi-pribadi yang baik, sekalipun
hukum lengkap tidak akan memiliki makna apa-apa. Spencer mengatakan jika ingin
menjadi ahli hukum yang baik, maka terlebih dahulu harus menjadi
pribadi-pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur.
sebaliknya,
meski peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau bahkan terjadi tumpang
tindih, jika para penyelenggara negara memiliki akhlaq yang luhur, maka sistem
pemerintahan akan menjadi baik. Apalagi sudah ada UU. No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur hierarki peraturan
perundang-undangan. Penjenjangan peraturan perundang-undangan: UUD 1945, TAP
MPR, UU/Perppu, PP, Perpres dan Perda. didalam UU itu disebutkan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan yang lebih
tinggi.
Dua
paslon juga nampak kosong melompong ketika menjawab pertanyaan closing
statement bagaimana agar suasana demokrasi pemilu Capres ini dapat berjalan
dengan suasana kondusif moderator juga meminta mengapresiasi paslon
masing-masing. Harusnya jawaban itu dimanfaatkan oleh paslon untuk
menambah poin paslon dengan memuji kebaikan lawan, hal ini justru akan
mendongkrak reputasi kepribadian paslon. Seharusnya jawabannya, siapa pun yang akan
menang Capres nanti, demokrasi harus tetap tegak berjalan dengan baik, damai, tertib,
tenang, dan aman. Kemenangan paslon nanti sesungguhnya adalah kemenangan
seluruh rakyat Indonesia. Meski jawaban itu sebatas basa-basi saling
memuji kepribadian paslon yang lain, misalnya, tentang kesopanan dan
keterbukaannya, memuji orang lain itu jauh lebih baik, bukan untuk
merendahkan diri sendiri justru dapat menaikkan keluhuran martabat kita, tapi sayangnya, kedua
paslon itu tidak melakukannya. SAYANG SEKALI!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.