Pengalaman menjadi pembantu rumah tanggal di Rumah Gedung Mewah Lebih Enak Rumah Sendiri Meski Gubuk Derita
Ikut orang itu sangat tidak enak kalau bos sedang marah-marah jiwa saya tertekan sampai-sampai saya yang usia masih muda sudah terlihat menua gara-gara tekanan bathin, hidup saya benar-benar seperti orang yang sedang dijajah belum kalau suami istri memaki-maki tidak karuan rasanya tidak berguna saya dilahirkan di dunia ini. Ketika menjadi pembantu rumah tangga saya baru tahu lebih baik tinggal dirumah gubuk milik sendiri ketimbang tinggal di rumah gedung mewah tetapi hidup seperti dalam penjajahan. Doa saya kepada Allah SWT mudah-mudahan anak keturunanku tidak ada yang mengikuti jejak saya jadi pembantu rumah tangga cukuplah bapaknya yang menderita saya akan berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak setinggi-tingginya. Begitulah keadaan orang tua jika tidak mampu kita harus ikhtiar tidak boleh pasrah untuk menggapai cita-cita insya Allah kalau kita sungguh-sungguh pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Awal mula yang jadi pembantu rumah tangga adalah ibu saya, waktu saya masih sekolah SMP di Kayen Pati, bos ibu saya yang bertempat tinggal di Tebet Timur, Jakarta Selatan selalu menanyakan saya kapan selesai sekolah SMP saya disuruh ke Jakarta akan di Sekolahkan SMA. Memang pada waktu saya belum sekolah SMA melihat anak-anak sekolah SMA rasanya senang sekali menangis jika saya melihat anak-anak SMA sedang bercengkerama di Jalanan kapan saya bisa seperti dia. Pada waktu itu saya polos banget ketika bos ibu saya menanyakan kapan saya ke Jakarta akan di sekolahkan SMA yang terpikir oleh saya hidup saya nanti akan enak tinggal serumah bersama orang kaya nggak tahunya setelah saya jalani ikut orang bertahun-tahun rasanya saya seperti masuk kawah candra dimuka, jangan sampai anak keturunan saya ikut orang atau ngenger cukup saya saja yang menjalaninya. Pada waktu itu bos saya bertanya kepada saya; Warsito kamu kepengin sekolah atau seneng sekolah? Saya bingung jawabnya, jawab saya asal kepengin sekolah padahal jawaban yang benar adalah senang kalau sudah senang maka akan menekuninya dengan sungguh-sungguh. Saya disuruh bos untuk nemui anak buahnya namanya Tugimin yang bekerja di kantor bos saya sambil sekolah malam hari. Saya hubungi Tugimin itu di Kantornya saya menanyakan sekolah Tugimin namanya SMA TRI UTAMA, alamat Duren Tiga Jakarta Selatan. Saya pun akhirnya sekolah malam hari SMA TRI UTAMA tersebut sambil ikut ngenger orang selama 4 tahun. Selama sekolah ikut orang tersebut saya seperti orang yang dijajah tidak ada kemerdekaan untuk hidup saya seandainya saya tidak sekolah pada waktu itu sudah kabur dari rumah bos karena tidak kuat menahan tekanan kerjaan dan tekanan psikis.
Begitulah PENGALAMAN MENJADI PEMBANTU RUMAH TANGGA DI GEDUNG MEWAH LEBIH ENAK RUMAH SENDIRI MESKI GUBUK DERITA. Meski di Gubuk Derita tapi rumah sendiri akan lebih indah ketika kita istirahat bisa menumpuk kaki dirumah sendiri pun tidak ada yang mengganggu.
Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.