Sabtu, 30 November 2024

Kisah Saya, Orang Kampung Menikah dengan Putri Solo

 


Jodoh, rezeki dan maut memang benar-benar ditangan Allah SWT. Dalam kehidupan ini sering kali memberikan kejutan yang tak terduga, dan tidak dinyana saya, seorang pria miskin dan lecek dari kampung, tidak pernah membayangkan akan menikahi seorang putri dari Solo. Kisah ini bukanlah cerita dongeng atau fiksi, melainkan perjalanan nyata yang penuh dengan lika-liku, perbedaan, dan keajaiban dalam hidup. Dari sebuah pertemuan yang tak disengaja hingga menjadi pasangan hidup. Berawal dari sering ketemu makan siang di warung makan mumu’ ketika saya bekerja di Sekretariat Jenderal MPR RI dan istri bekerja sebagai PNS DPR RI cerita kami mengajarkan arti cinta, persamaan manusia di depan hukum dan dihadapan Allah SWT, perbedaan budaya, dan pentingnya saling pengertian dalam menyikapi perbedaan.
1. Awal Pertemuan: Tak Disangka, Tak Direncanakan
Saya berasal dari sebuah desa kecil di pedalaman, bahkan dusun namanya dusun Bukung Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa-Tengah di mana kehidupan berjalan sederhana bahkan dalam garis kemiskinan. Saya hidup dari lingkungan petani dan saya dibekali oleh orang tua hanya dengan ijasan SMP selebihnya saya sekolah SMA dan kuliah dengan biaya sendiri banting tulang siang malam untuk membiayai pendidikan. Sebagian besar masyarakat kami berfokus pada tradisi yang sudah ada sejak lama dan dibawah garis kemiskinan saya masih ingat betul orang tua saya pada waktu itu sehari makan cuma satu kali itupun dicampur dengan ketela.
Pada tahun 1997 saya diterima PNS Sekretariat Jenderal MPR RI, saya mendapat kesempatan untuk bekerja di kota besar, sebuah pengalaman yang langka bagi saya yang terbiasa dengan kehidupan kampung. Kota besar  itu adalah Jakarta, sebuah kota yang kaya akan budaya, sejarah, dan keanggunan dengan pernak-pernik mobil yang mewah di Jakarta. Saya datang ke Jakarta dengan harapan mencari pengalaman baru, tanpa tahu bahwa perjalanan hidup saya akan berubah selamanya.  Saya niatkan untuk mengadu Nasib, saya berkeyakinan Allah SWT akan memberikan kehidupan saya yang lebih baik.
Setiap saya istirahat bekerja PNS di Sekretariat Jenderal MPR saya makan siang bertemu dengan seorang Wanita putri Solo Bernama Gardina Kurniawati yang sangat berbeda dengan orang-orang yang saya kenal. Dialah seorang putri Solo yang menarik hati saya, memiliki segalanya: kepandaian, keanggunan, dan kecantikan yang memikat hati saya, pada waktu saya ketemu hati saya sudah bergetar dibuatnya. Awalnya, saya merasa sangat terkejut. Saya bersyukur, seorang pria desa, bisa bertemu dengan seseorang putri Solo. Tetapi, hidup kadang memberi kesempatan yang tak terduga. Kami mulai berbicara, mengenal satu sama lain, dan tak lama kemudian, benih-benih cinta tumbuh di antara kami.
2. Perbedaan Budaya yang Mewarnai Hubungan Kami
Meskipun kami datang dari latar belakang yang berbeda, hal itu tidak dapat dijadikan sebagai perpecahan ada sesuatu yang saling menyatukan kami, keinginan untuk memahami satu sama lain. Saya datang dari sebuah desa yang sederhana, di mana tradisi dan adat istiadat masih sangat dijaga, sementara dia adalah seorang putri Solo yang hidup dalam lingkungan yang lebih urban dan terpelajar. Kami memiliki cara hidup, kebiasaan, dan pandangan dunia yang sangat berbeda, namun masing-masing saling memahami.
Namun, meskipun ada banyak perbedaan dalam hal budaya dan kebiasaan, kami berdua memiliki satu kesamaan: kami saling menghormati dan menghargai perbedaan itu. Kami belajar banyak tentang masing-masing, mencoba untuk memahami dunia yang berbeda, dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan satu sama lain.
Bagi saya, mengenal kehidupan Solo yang lebih maju dan terbuka adalah hal yang baru. Saya belajar tentang seni budaya, musik gamelan, dan keraton yang menjadi bagian penting dalam sejarah Solo. Sementara untuk istri saya, saya mengajarkan cara hidup yang lebih sederhana dan dekat dengan alam. Saya membawanya ke kampung halaman saya, memperkenalkan kehidupan desa yang penuh kehangatan, kesederhanaan, dan kebersamaan. Tentu saja rombongan pengantin sangat terheran-heran karena rumah orang tua lantainya masih tanah dan temboknya dari bambu.
3. Tantangan yang Kami Hadapi
Tentunya, perjalanan kami tidaklah mulus. Salah satu tantangan terbesar yang kami hadapi adalah perbedaan ekspektasi dari keluarga dan masyarakat sekitar. Saya datang dari keluarga petani yang dapat dikatakan miskin, sedangkan istri berasal dari keluarga terpandang di Solo, dengan tradisi yang kaya dan status sosial yang tinggi.
Keluarga saya awalnya merasa takut dengan perbedaan latar belakang kami. Begitu pula dengan keluarga istri saya yang awalnya tidak mudah menerima kenyataan bahwa saudara mereka akan menikah dengan pria dari desa, perlu diketahui bahwa mertua saya dari Solo ini semuanya sudah meninggal. Ada banyak pertanyaan yang muncul, mulai dari bagaimana saya bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka hingga bagaimana saya akan membawa mereka ke kehidupan kota yang lebih modern.
Namun, kami berdua tetap bertekad untuk melanjutkan hubungan ini. Kami menjelaskan kepada keluarga masing-masing bahwa cinta tidak memandang latar belakang, baik miskin atau kaya Pendidikan rendah atau tinggi. Kami percaya bahwa perbedaan justru dapat saling melengkapi, dan jika kami saling mendukung, kami bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik bersama-sama. Perlahan, keluarga istri saya mulai menerima keputusan cinta kami, walaupun ada keraguan.
4. Hari Bahagia: Pernikahan yang Menghargai Perbedaan
Pernikahan kami adalah momen yang penuh makna. Pada tanggal 27 Januari 2000 saya melangsungkan pernikahan di Gedung Kesuma Sari, Slamet Riyadi Kota Solo. Kami menggabungkan tradisi dari kedua belah pihak pernikahan yang sederhana namun penuh dengan simbolisme budaya dari kampung saya dan dari Solo. Saya mengenakan pakaian adat dari kampung, sementara istri mengenakan kebaya tradisional Solo yang indah. Keluarga kami berdiri bersama, merayakan persatuan kami yang tidak hanya menggabungkan dua individu, tetapi juga dua budaya yang berbeda.
Kami menyadari bahwa pernikahan bukan hanya tentang dua orang yang jatuh cinta, tetapi juga tentang menerima dan menghargai perbedaan yang ada. Pernikahan kami adalah simbol bahwa meskipun kami berasal dari dunia yang berbeda, kami bisa berjalan bersama dengan rasa hormat, kasih sayang, dan pengertian.
5. Membangun Kehidupan Bersama
Setelah menikah, kami memulai kehidupan baru yang penuh dengan tantangan dan kebahagiaan. Kami memutuskan untuk tinggal di Tangerang, di mana saya mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan kota dan memperdalam pengetahuan saya tentang budaya Tangerang. Kami juga sering mengunjungi kampung halaman saya, membawa anak-anak kami untuk merasakan kehidupan pedesaan yang saya cintai.
Kehidupan kami tidak selalu mudah, tetapi dengan komunikasi yang baik dan saling mendukung, kami bisa mengatasi setiap tantangan. Kami belajar untuk saling melengkapi, membangun keluarga yang bahagia dengan nilai-nilai yang kami anut dari kedua budaya. Kami mengajarkan anak-anak kami untuk mencintai dan menghargai kedua budaya, agar mereka tumbuh menjadi individu yang terbuka dan penuh kasih.
Kesimpulan
Kisah saya, seorang pria kampung yang menikah dengan putri Solo, adalah bukti bahwa cinta bisa mengatasi segala perbedaan. Dalam perjalanan ini, saya belajar banyak tentang pentingnya komunikasi, saling menghargai, dan tidak takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Kami, meskipun berasal dari dunia yang sangat berbeda, mampu menemukan kebahagiaan dan keseimbangan dalam hidup bersama. Kisah kami mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, tetapi justru bisa menjadi kekuatan yang saling melengkapi dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Kini kami dianugerahi dua anak laki-laki dan Perempuan, putri pertama yang Bernama Adisa Putri Salsabila kini sedang menempuh Pendidikan S2 Kimia di IPB, sedangkan anak yang kedua laki-laki Bernama Muhammad Mirza Kurniawan kini sedang menempuh Pendidikan Teknik Informatika semester V di Universitas Singaperbangsa Karawang. Saya berdo’a kepada Allah SWT semoga kelak anak saya sukses dunia dan di akhirat dan Allah SWT senantiasa memberikan Kesehatan dan Rahmat-Nya. Aamiin.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

Bangga Anak Saya Diterima di IPB Jurusan Kimia

  Siapa orang tua yang tidak bangga dan terharu anaknya dapat diterima di PTN ternama. Hari yang membanggakan pada tahun 2016 itu akhirnya t...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19