Senin, 05 Juli 2021

Selamat Jalan Pak Harmoko, Kini SI GANTENG TELAH TIADA: INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI’UN Semoga Husnul Khatimah


 


 

 

Selamat jalan bpk H. Harmoko, Inna Lillahi Wainna Ilaihi Roji’un semoga almarhum Husnul Khatimah. Menteri Penerangan di era orde baru yang juga pernah menjabat Ketua MPR/DPR RI periode 1997-1999 telah  meninggal dunia di rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) pada hari Minggu sekira pukul 20.22 WIB dalam usia 82 Tahun. Banyak kenangan indah saya bersama bapak H. Harmoko sejak tahun 1997-1999 persis di saat-saat gema reformasi, ketika itu saya menjadi PNS MPR. Sebutan si Ganteng kepada Harmoko saya saksikan sendiri disematkan oleh ibu-ibu di sekitaran masjid Wisma Graha Sabha Kopo DPR RI Cisarua, Bogor ketika rombongan pak Harmoko mau menunaikan Shalat Jum’at, ibu-ibu itu berbaris memanggil pak Harmoko dengan sebutan SI GANTENG. Setahu saya secara personal Pak Harmoko itu orangnya cerdas dan baik hati dan banyak shadaqohnya di sekitaran masjid Wisma Graha Sabha Kopo DPR RI tersebut. Kesukaan pak Harmoko Sate Kambing Pak Kadir selesai bermain tenis lapangan, kami menyantap makan siang bersama-sama sambil mendengar wejangan pak Harmoko soal filsafat kehidupan dan seputaran politik yang sedang hangat pada waktu reformasi. Beliau ketika saya menikah tanggal 27 Januari 2000 di Solo tidak bisa hadir karena ada sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan dengan mengirimkan karangan bunga dan ucapan selamat kebetulan kartu ucapan selamat masih saya simpan dan saya posting diatas.

Tidak banyak orang yang beruntung bisa sedekat dengan   penguasa ketika itu, apalagi dengan seorang Ketua MPR/DPR yang merupakan lembaga tertinggi Negara yang memiliki wewenang purbawisesa, mengangkat dan memberhentikan Presiden. Saya mengenal  Ketua MPR/DPR, Harmoko, sejak tahun 1998-sekarang, bukan lantaran memiliki jabatan eselon I, apalagi menjadi Sekjen di Sekretariat Jenderal MPR tempat saya bekerja tempo dulu,  bukan pula karena  staf ahlinya, atau staf Sekretariat Pimpinan MPR. Tetapi, saya adalah seorang pegawai biasa yang diperkenalkan dengan Harmoko atas berkah dan RahmatAllah  Yang Maha Kuasa, lantaran bisa sedikit bermain tenis lapangan. Sebagai  pegawai biasa, tentu saya siap melaksanakan tugas, Pimpinan Sekretariat Jenderal MPR menugaskan saya untuk melayani Harmoko bermain tenis dengan sebaik-baiknya. Pesan politis pimpinan Setjen MPR, yang sesungguhnya untuk kepentingan dirinya saya paham betul, sebab, untuk menjadi Sekjen dan Wakil Sekjen MPR harus diusulkan oleh Ketua MPR/DPR kepada Presiden. Maka, sudah seharusnya pimpinan MPR/DPR harus dilayani dengan baik dan disenangkan hatinya. Ketika Harmoko menjabat Ketua MPR/DPR, setiap hari Minggu, pagi-pagi rutin  bermain tenis di lapangan Tenis Sekretariat Jenderal MPR, Widya Chandra, Komplek Menteri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta-Selatan. Luar biasa, pagi-pagi orang sudah berkerumun ikut-ikutan bermain tenis bersama Harmoko, dari mulai anggota DPR, pengusaha yang mendekat dengan tujuan  project, dan masih banyak lagi orang-orang dengan modus kepentingan lainnya. Harmoko ketika itu benar-benar bak gula yang sedang dikerubuti semut. Setiap hari Minggu, sehabis sholat subuh, saya harus menyiapkan kebersihan lapangan tenis,termasuk menyiapkan ball boy (pemungut bola) untuk melayani Harmoko bermain tenis lapangan. Harmoko, selain bermain Tenis di lapangan tenis Setjen MPR, Widya Chandra, Komplek Menteri, terkadang, dua atau tiga minggu sekali juga bermain tenis di lapangan Tenis Wisma Griya Sabha, Kopo DPR-RI, Cisarua, Bogor. Yang membuat sedih bathin saya, tatkala Harmoko lengser dari jabatan Ketua MPR/DPR, orang-orang yang berjubel, menyemut dan berduyun-duyun tadi, tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Itulah sifat kebanyakan manusia Indonesia, ketika sedang menjabat dikerubuti, begitu Purnabakti langsung dijauhi. Tahun 2008 ketika pak Harmoko mendirikan PARTAI KERAKYATAN NASIONAL (PKN) saya dipanggil kerumahnya di Jln Patra Kuningan XII Jakarta Selatan untuk bergabung, tetapi saya menolak halus saya belum siap. Pada tahun 2012 saya juga dipanggil untuk menghadap beliau di Kantor Pos Kota Jln Gajah Mada 100 ditawari untuk menulis artikel di Pos Kota, terakhir beliau pernah menelpon ke rumah saya, tetapi saya lupa tahunnya saya langsung yang menerima rasanya kaget dan tidak percaya kala itu yang menelpon pak Harmoko langsung.

 

Penyebab runtuhnya Presiden Soeharto pada hari, Kamis, tanggal 21 Mei 1998 sudah banyak diketahui publik, mulai dari krisis ekonomi di penghujung tahun 1997, hingga pertengahan 1998 yang memporak-porandakan perekonomian nasional. Krisis ekonomi tersebut berkembang liar menjadi krisis hukum, politik, yang bermuara krisis kepercayaan kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyebab lainnya, juga sudah diketahui publik, ihwal adanya tanda-tanda alam, tatkala Ketua MPR/DPR, Harmoko,  mengetukkan palu  saat  melantik  pak Harto menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya pada Maret 1998, tetapi, palunya mencelat, copot dan patah kepalanya. Lantas, rahasia apalagi yang sesungguhnya sampai sekarang belum terkuak oleh publik?. Simak dengan saksama artikel ini, yang akan saya beberkan agar publik mengetahui secara komprehensif, sisi lain, sebab musabab tumbangnya pak Harto dari  Presiden Republik Indonesia yang langsung saya dengar dari pak Harmoko ketika istirahat bermain tenis. .

 
 Sering Diajak Bareng Satu Mobil

Hati saya bergetar ketika pertama kali diajak bareng satu mobil dengan Harmoko duduk berdampingan untuk  bermain tenis di lapangan Tenis Wisma Griya Sabha, Kopo DPR RI, Cisarua, Bogor. Jika bermain tenis ke puncak, Harmoko selalu  mengendarai mobil kesayangannya, Toyota Fortuner, warna hijau. Sepanjang perjalanan saya membisu, kalau tidak diajak bicara, saya tidak akan nyerocos, saya tahu diri, sedang berhadapan dengan Ketua MPR/DPR yang memiliki jabatan super power dapat mengangkat dan memberhentikan Presiden kala itu. Saking senang dan bahagianya berjejer dengan Harmoko, saya terlena tidak menyadari, bahwa sesungguhnya diri saya sedang terancam marabahaya, sebab era reformasi, Harmoko dikejar-kejar oleh mahasiswa, jika hal buruk sampai menimpa Harmoko, tentu saja, saya juga terkena imbasnya. Setiap selesai bermain tenis dilanjut makan siang, kesukaan Harmoko selalu makan gulai dan sate kambing dari pak Kadir yang selalu disuguhkan oleh Sekretariat Jenderal DPR-RI. Kami berkumpul mendengarkan wejangan Harmoko tentang kehidupan, dan cerita politik yang sedang aktual. Kalau Harmoko pasif tidak ngobrol politik, maka, kamilah yang memancing, agar Harmoko bercerita sejujurnya mengenai isu-isu politik seputaran gelombang reformasi.

Pak Harto Minta Menjadi Presiden Lagi

Setelah rehat selesai bermain tenis, dilanjut makan siang, kebiasaan Harmoko selalu bercerita ngalor ngidul, terkadang cerita lelucon yang membuat ger-geran kami semua, adakalanya cerita diselingi seputaran tentang makna hakekat kehidupan. Akhirnya, tibalah saat yang kami tunggu-tunggu, Harmoko berbicara jujur tentang gerakan reformasi yang meminta pak Harto mundur dari jabatan Presiden, kata Harmoko: “Gimana, Wong pak Harto waktu itu masih pengen jadi Presiden lagi” (Gimana, orang Pak Harto pada waktu itu masih ingin menjadi Presiden lagi”). Masih kata Harmoko, tidak seperti biasanya, pak Harto sebelum dilantik menjadi Presiden sudah menghubungi calon pembantunya terlebih dahulu.  Namun kali itu, pak Harto bersikap lain, sebelum terpilih dan pelantikan Presiden untuk ketujuh kalinya, jauh-jauh hari sudah menghubungi para pembantunya, agar bersedia memperkuat pemerintahannya. Inilah yang dikatakan bung Harmoko kepada saya, bahwa pak Harto itu sudah ndisikki kerso (mendahului kehendak Tuhan), jadinya keweleh. Hal-hal inilah, yang selama ini belum terkuak oleh publik mengenai pencalonan pak Harto untuk ketujuh kalinya.

Dalam batas penalaran logis pengakuan Harmoko, masuk akal, siapakah orangnya yang tidak ingin menjadi Presiden seumur hidup?. Karena  sistemnya yang memungkinkan untuk itu, akibat tafsir bersayap Pasal 7 UUD 1945 redaksi lama: “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pertanyaannya, dimana letak kesalahan pak Harto jika masih mau menjadi Presiden ketujuh kalinya?. Jawabannya, secara normatif tidak ada yang salah, hanya saja Pak Harto lihai mengemas agar pencalonannya kembali menjadi Presiden ditanyakan terlebih dahulu kepada rakyat, dan Harmoko sebagai Ketua MPR/DPR yang mewakili aspirasi rakyat  sudah melaporkan bahwa rakyat masih menghendaki pak Harto menjadi Presiden kembali. Oleh karena itu, sudah tepat, melalui amendemen UUD 1945 Pasal 7 dikoreksi menjadi sebagai berikut: “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan”.

Harmoko Dianggap Brutus

Gerakan reformasi Mei 1998 yang diinisiasi oleh mahasiswa untuk menumbangkan Soeharto sudah tidak dapat dibendung lagi. Posisi Harmoko ketika itu dilematis, sudah terjepit-pit. Satu sisi, sebagai Ketua MPR/DPR harus menyuarakan aspirasi rakyat menyikapi permintaan berhentinya pak Harto dari jabatan Presiden, sisi lain, tentu, Harmoko bingung tujuh keliling, apakah setega itu memundurkan pak Harto, orang yang telah  berjasa membesarkan dan melambungkan dirinya. Namun, pilihan apa pun harus diambil Harmoko, meski konflik batin dan pahit dampaknya. Akhirnya, Harmoko atas nama Ketua dan Wakil-Wakil Ketua DPR memberikan pernyataan pers dengan lantang, tegas dan berani menyatakan bahwa: “Demi kepentingan bangsa dan negara, dan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, agar Soeharto dengan arif dan bijaksana mengundurkan diri dari jabatan Presiden”. Genderang pernyataan Harmoko tentu saja membuat istana marah besar, berbeda-beda publik menyikapi pernyataan Harmoko. Ada yang memuji  keberanian Harmoko, tidak sedikit pula yang menilai Harmoko itu Brutus (pengkhianat). Nama Harmoko yang diplesetkan (Hari-Hari Omong Kosong) menjadi bulan-bulanan publik. Masyarakat awam tidak habis pikir, sebagai Ketua MPR/DPR Harmoko lah yang mengangkat Presiden, dan Harmoko pula yang meminta Soeharto berhenti dari jabatan Presiden. Dari perspektif politis dan hukum, baik pak Harto maupun bung Harmoko tidak dapat dikatakan salah, yang keliru adalah sistem ketatanegaraannya yang harus diperbaiki. Sebagai Ketua MPR/DPR, Harmoko berkewajiban menyuarakan aspirasi rakyat yang menghendaki turunnya pak Harto dari jabatan Presiden, meski berhadapan dengan orang yang pernah menyayanginya.

SI GANTENG TELAH TIADA

Kini, Harmoko sudah TIADA, mari kita doakan semoga beliau HUSNUL KHATIMAH bagaimana pun beliau adalah orang yang memiliki kelebihan saat menjabat Menteri Penerangan. Meski ia hanya tamatan SLTA, setahu penulis, pemikiran dan ingatannya sangat cemerlang. Ketika kami Jum’atan di Masjid komplek Wisma Griya Sabha, Kopo DPR RI, Cisarua, Bogor, Harmoko selalu mendapat sapaan dan simpati dari masyarakat, terutama ibu-ibu berbaris dengan sebutan “si Ganteng”. Ingatan kita masih segar tatkala program Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, Pemirsa/Siaran Pedesaan RRI) yang digagas oleh Harmoko mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat. Berbicara kekurangan orde baru secara filosofis tentu banyak, antara lain, tidak berkembangnya pers, jika ada pers yang berani mengkritik kebijakan pemerintah, sudah menjadi rahasia umum akan terkena pembredelan. Jika ditilik dari sistem pemerintahan orde baru, lagi-lagi ini bukan semata-mata kesalahan Harmoko, sistem bangunan demokrasi lah yang perlu dibenahi. Begitu juga pak Harto, menurut penulis adalah seorang Presiden yang luar biasa, kinerjanya nyata dirasakan oleh rakyat, keamanan yang terkendali  dan harga-harga di pasaran yang murah, hal ini yang selalu diingat oleh rakyat. Sebagai manusia biasa, Pak Harto tentu ada kekurangannya, salah satunya adalah mempraktekkan pemerintahan otoriter.

 Ketika tahun 2008, Harmoko mendirikan PKN (Partai Kerakyatan Nasional), sayangnya, tidak lolos ferivikasi faktual, beliau memanggil saya kerumahnya, jalan Patra Kuningan XII, Jakarta. Sesampainya dirumah, sembari ngobrol seputaran Partai yang didirikannya, Harmoko bertanya: “Warsito Kamu tahu artinya SARS nggak?. Saya jawab: “tahu pak!, kata Harmoko, apa itu?: “saya jawab: “Severe Acute Respiratory Syndrome atau gangguan pernapasan”, yaitu batuk, napas pendek dan kesulitan bernafas. Kata Harmoko:, salah!. Yang  benar: “Saya Amat Rindu Soeharto”. Saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar plesetan arti SARS dari Harmoko itu, dalam hati saya, ada-ada saja Harmoko ini orangnya, meski memang saya sering mendengar kerinduan masyarakat akan hadirnya kembali sistem pemerintahan pak Harto.

  Begitulah warna warni pemimpin yang pernah kita miliki, dari zaman ke zaman masing-masing memiliki corak, kehebatan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kita tidak pernah akan menemukan kesejatian pemimpin yang sempurna. Falsafah jawa mengatakan mikul dhuwur mendem jero, cocok sekali diterapkan dan diamalkan kepada semua pemimpin kita yang telah mendarmabaktikan pikiran dan tenaganya untuk pengabdian kepada ibu pertiwi, agar kita menjadi kesejatian bangsa yang berbudaya dan berkeadaban tinggi.

Selamat jalan pak Harmoko semoga HUSNUL KHATIMAH.

 

 

 

Jumat, 25 Juni 2021

PENGALAMAN MAKAN SOTO SUROKARTO DI PERUM TANGERANG HARGANYA SANGAT MURAH SEKALI DAN RASANYA ENAK DAN GURIH

 


 


 


Bagi yang bertempat tinggal di Perum Tangerang dan sekitarnya dari Supermall Karawaci cuma 2 menit jangan lupa untuk mampir ke Soto Seger Surokarto Cabang Perum Jl. Borobudur Raya  Blok B No. 10, Kelurahan Bencongan Indah,  Kec. Kelapa Dua Tangerang. Orang yang sudah merasakan kuliner di kota Solo, tentu akan ketagihan, pasalnya makanan di Surakarta selain murah meriah rasanya juga gurih dan enak sekali. Namun bagi yang belum sempat kuliner ke Solo atau bagi asli orang Solo yang tinggal di daerah Perum Tangerang dan Sekitarnya  karena sesuatu dan lain hal tidak dapat mudik selama 2 tahun dikarenakan pandemi covid-19 dapat diobati dengan kuliner makan SOTO SEGER SUROKARTO. Sudah menjadi kebiasaan setiap sore sekira jam 4 saya dan istri mencari lauk untuk anak-anak saya makan malam, sepanjang perjalanan mencari lauk itu kebetulan saya melihat ada rumah makan yang pemandangannya sangat bersih dan pelayannya menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, dan sebelum masuk rumah makan disediakan tempat cuci tangan. Hal inilah yang membuat saya tertarik mampir warung makan SOTO SEGER SUROKARTO itu, kebetulan istri saya orang Solo yang kangen masakan daerah Surokartonan karena dua tahun ini tidak dapat mudik karena pendemi. Begitu saya duduk sambil menunggu pesanan, saya mengamati rumah makan ini selain menjaga protokol kesehatan tempat duduknya juga sangat bersih, setiap meja makan disediakan handsanitizer. Tak ketinggalan semua pelayannya menyambut dengan ramah, saya memesan Soto ayam dan istri pesan soto daging, soto ayam campur dengan nasi harganya cuma 8ribu rupiah dan Soto daging campur dengan nasi cuma 10 ribu rupiah. Inilah yang dalam tulisan saya diatas saya sampaikan bahwa makan Soto Seger Surokarto untuk kelas  Jabodetabek sangatlh murah meriah tetapi bukan murahan karena rasanya enak dan Seger. Bagi yang berada di Wilayah Tangerang di sekitaran Perum dan sekitarnya jangan lewatkan untuk makan ke Soto Seger Surokarto ini, insya allah sekali makan Soto Seger Surokarto lidah kita akan dibuat ketagihan seperti yang saya rasakan minimal hari Sabtu dan Minggu saya bersama istri makan Soto Surokarto. Saya beserta istri langganan untuk makan Soto Seger Surakarto karena rumah makan ini menurut saya sudah memenuhi standard kebersihan dan layak untuk dikunjungi, pada umumnya orang cari rumah makan itu tempatnya yang bersih, murah dan rasanya enak kalau dari luar sudah kumuh bisa-bisa pengunjung akan balik lagi. Semua kriteria itu ada di rumah makan Soto Seger Surokarto. Musim wabah Covid-19 ini Soto Seger Surokarto telah menerapkan prokes dengan ketat artinya pemilik rumah makan juga paham untuk mengutamakan keselamatan para pelanggannya agar tidak terkena wabah yang menggemparkan dunia ini.

 

 


 

 

 Soto Seger Surokarto Juga Membuka Kerjasama Franchise

Bagi yang ingin membuka usaha rumah makan Soto Seger Surokarto juga membuka franchise untuk bekerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Bagi yang berminat dipersilahkan untuk menghubungi pemilik rumah makan Soto Seger Surokarto yang berlokasi di Perum Tangerang dekat Masjid Al Jabar Tangerang seperti alamatnya yang saya sebutkan lengkap diatas, mengenai tata cara dan ketentuan franchise dapat menghubungi pemilik Soto Seger Surokarto tsb.

 


 





Jumat, 18 Juni 2021

PENGALAMAN ANAK SAYA BISA SEKOLAH SMAN 3 KADU JAYA TANGERANG SISTEM ZONASI TIDAK RELEVAN

 

SMAN 3 KADU JAYA TANGERANG SAYA MENUNGGU PEMBAGIAN RAPOT ANAK


 

 

 

Pengalaman anak saya dapat diterima melalui jalur prestasi di SMAN 3 Kadu Jaya sangat membahagiakan sekali. Pasalnya, untuk bisa masuk sekolah ini sangat sulit sekali karena persaingannya amat sangat ketat. Anak saya yang bersekolah di SMPN 9 Kota Tangerang  termasuk jajaran sekolah favorit ternyata tidak bisa menjamin bisa melanjutkan SMAN di kota Tangerang sekitarnya. Ini semua karena setiap tahun kebijakan pemerintah selalu berubah-ubah dalam penerimaan PPDB peserta didik baru. Beberapa tahun lalu penerimaan siswa SMAN menggunakan sistem domisili ditentukan oleh kedudukan dimana anak tsb bersekolah, kemudian berganti tahun ada perubahan zonasi domisili ditentukan bukan karena tempat sekolahnya, melainkan zonasi ditentukan tempat tinggal anak tersebut. Inilah yang memusingkan kepala orang tua, tak jarang orang tua mensiasati sebelum penerimaan murid baru dengan mindahin kartu keluarga anaknya bertempat tinggal yang dekat dengan sekolah favorit entah ditumpangkan saudaranya atau ditumpangkan kepada temannya. Hal ini tidak saya lakukan karena prinsip saya tidak dapat sekolah di negeri tidak apa-apa yang penting anaknya masih mau sekolah. Sebenarnya orang tua pada berebut untuk memasukkan anak ke sekolah Negeri itu karena sekarang pemerintah sudah menggratiskan biaya SPPnya, itu yang sebenarnya diburu oleh para orang tua.

 

Sistem Zonasi Tidak Relevan Untuk Diterapkan.

Jika sistem zonasi terus dipertahankan akan bernasib tragis anak saya yang bersekolah di SMPN 9 Kota Tangerang berdekatan dengan SMAN 8 Kota Tangerang tidak dapat masuk SMA tersebut dikarenakan KTP atau tempat tinggal saya di Kabupaten Tangerang. Padahal cita-cita orang tuanya selesai SMPN 9 Kota Tangerang dapat masuk SMAN 8 Kota Tangerang. Aneh bin ajaibnya sistem zonasi berdasarkan tempat tinggal meski saya tinggal di Kabupaten Tangerang, dan SMAN 3 berkedudukan di Kabupaten Tangerang anak saya juga tidak dapat masuk SMA tersebut dikarenakan sistem zonasi antara rumah dengan sekolah yang dituju radiusnya dianggap berjauhan. Inilah tragisnya!, jadi disana-sini tidak bisa masuk sekolah, sistem zonasi ini banyak kelemahannya, dimana anak-anak yang berdekatan dengan sekolah tsb pasti diterima tidak pandang meski anaknya nilainya jeblok yang jadi pertanyaan lantas untuk apa ujian nasional diadakan jika bukan untuk mengukur standard kompetensi anak-anak dan referensi masuk SMA?.

 

Pengalaman anak saya dapat diterima melalui jalur prestasi di SMAN 3 Kadu Jaya, Tangerang Berkat Perjuangan dan do’a

Semula saya sudah hampir frustasi untuk menyekolahkan anak saya di SMA Negeri baik kota Tangerang, maupun di Kabupaten Tangerang. Pasalnya SMPN 9 Kota Tangerang yang berdekatan dengan SMAN 8 Kota Tangerang tidak dapat masuk dikarenakan sistem zonasi yang diterapkan menggunakan zonasi domisili tempat tinggal berdasakan KTP/KK, sedangkan saya bertempat tinggal di Kabupaten Tangerang. Sementara di SMAN 3 Kadu Jaya, Kabupaten Tangerang juga tidak dapat diterima karena zonasi tempat tinggal dari rumah dengan sekolah agak berjauhan, jadi yang diterima murid-murid yang radiusnya berdekatan dengan sekolahan. Beruntungnya di SMAN 3 Kabupaten Tangerang ada jalur prestasi, dan Alhamdulillah anak saya bisa diterima melalui jalur prestasi di SMAN 3 Kadu Jaya, Tangerang ini. Saran saya kepada pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kembalikan sistem penerimaan murid baru sesuai prosedur yang berlaku, tidak relevan lagi menggunakan jalur zonasi karena akan merugikan anak-anak yang berprestasi karena kehilangan hak untuk memilih sekolah yang dianggap memiliki reputasi dan kualitas baik. Berdasarkan nilau ujian nasional atau tes masuk PPDB siapa pun murid yang bagus nilainya dia harus diterima tidak peduli dari daerah mana semua itu dalam rangka membingkai NKRI.

 


PENGALAMAN ANAK SAYA BIMBEL DI GANESHA OPERATION BISA TEMBUS IPB JURUSAN KIMIA

GANESHA OPERATION TEMPAT ANAK SAYA BIMBEL

 


 

Pengalaman anak saya Bimbel di Ganesha Operation sangat bermanfaat sekali, materi yang diberikan untuk memperkaya pelajaran yang tidak didapat di bangku sekolah. Orang tua ekstra keras mengeluarkan biaya tambahan Bimbel tidak ada masalah yang penting anaknya semangat untuk belajar. Alhamdulillah anak saya bisa tembus masuk PTN di IPB Bogor dengan jurusan kimia. Anak saya bersekolah di SMAN 8 Kota Tangerang dibantu Bimbel di Ganesha Operation di Prapatan Kantor Pemda Tangerang tepatnya di jalan Beringin Raya. Perjuangan dan usaha keras tsb ternyata tidak sia-sia anak saya bisa tembus 4 PTN Favorit.  Dalam perjuangan ikut Bimbel pulang-pergi naik Grab, terkadang juga sering saya anterin bahkan tak jarang saya sering menungguin berjam-jam di Bimbel Ganesha Operation hanya sekadar untuk menanyakan satu soal saja. Anak saya perempuan bersekolah di SMAN 8 Kota Tangerang, Propinsi Banten, sayangnya pihak sekolah tsb terlambat menginput data untuk anak-anak yang bisa masuk SNMPTN pada tahun 2019, akibatnya satu sekolah dinyatakan gagal tidak ada yang diterima di PTN melalui jalur SNMPTN karuan saja semua anak-anak pada nangis histeris. Selain tidak bisa masuk SNMPTN Anak saya juga tidak dapat masuk UTBK karena nilainya sedikit kurang. Ditengah keputus-asaan tsb anak saya ikut test jalur mandiri dan Alhamdulillah diterima  4 PTN Favorit yaitu: IPB, UNDIP, UNS dan UPN Jakarta. Meski uang masuk pertama IPB dan SPP agak sedikit mahal dibandingkan dengan ketiga PTN tersebut demi dekat orang tuanya, hasil putusan rapat  keluarga anak saya berkuliah di IPB Bogor.

 

PENGALAMAN BIMBEL ANAK SAYA DI GANESHA OPERATION TIDAK MENJAMIN BISA MASUK PTN

Tidak semua yang ikut Bimbel di Ganesha Operation bisa tembus PTN tidak ada jaminan semua bergantung kepada usaha dan kerja keras anak tsb dalam mengolah dan menganalisa soal-soal yang diberikan oleh pembimbingnya. Tapi paling  tidak yang ikut Bimbel mestinya lebih unggul karena dilatih soal-soal dan model-model soal yang keluar dari test PTN. Tapi sebenarnya yang ikut Bimbel memiliki peluang unggul untuk bisa masuk PTN karena try out-try out banyak diadakan dan konsultasi bimbingan belajar untuk anak-anak Bimbel diberikan pelayanan yang baik. Lagi-lagi semua tergantung kepada anaknya, pengalaman Bimbel di Ganesha Operation yang familier disebut GO ini ada beberapa juga teman anak saya yang tidak dapat masuk PTN dimana-mana akhirnya berkuliah di swasta. Bagi saya yang penting anak masih mau untuk kuliah dimana pun berada tidak ada masalah baik PTN maupun swasta itu sama saja, sama-sama untuk menimba ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya saja memang jika bisa masuk SNMPTN memang biayanya agak murah. Saran saya lebih baik jika orang tua memiliki dana dan anaknya mempunyai waktu luang untuk ikut Bimbel karena manfaatnya sangat luar biasa anak-anak akan terbiasa menghadapi soal-soal masuk PTN. Jika belajar dan usaha keras masih tidak dapat masuk PTN kita harus ikhlas dan sadar berkuliah di swasta tidak apa-apa yang penting anaknya masih mau untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kesuksesan anak nanti tidak ditentukan kuliah di PTN atau PTS tetapi ditentukan oleh usaha dan kerja keras anak tsb.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19