Senin, 15 Juli 2024

PENGALAMAN NAIK KERETA API DARI STASIUN TANGERANG KE STASIUN KRAMAT UNTUK MENGAJAR DI UNIVERSITAS IBNU CHALDUN

 

 

Gambar Stasiun Kramat

 

 

Penerapan Ganjil Genap Kendaraan selama ini sungguh sangat merepotkan sekali bagi pengendara mobil, sebab kalau kita nekat jalan akan kena tilang dan akan dibuat repot urusannya, karena selain membayar denda cukup lumayan juga agak ribet pengurusannya. Apalagi sekarang sudah ada e-tilang selain membayar denda, pengalaman saya mengurusnya juga agak repot. Selama ini diberlakukan tanggal ganjil untuk kendaraan berplat ganjil dan tanggal genap untuk kendaraan berplat genap. Perlu ada kebijakan untuk ditinjau ulang, sebab aturan ini kurang efektif, Faktanya penerapan ganjil genap tidak mengurangi kemacetan secara signifikan, macet tetap macet, pengendara tetap dibuat stress dengan adanya kemacetan ini. Barangkali jika ibukota jadi pindah ke Kalimantan akan dapat mengurangi kemacetan secara signifikan. Pada hari, Jum’at tanggl 12 Juli 2024 saya berangkat ke Universitas Ibnu Chaldun naik kereta api dari stasiun Tangerang menuju Stasiun Kramat dilanjutkan naik grab mobil menuju Universitas Ibnu Chaldun dengan harga 30ribu rupiah. Keperluan ke Universitas Ibnu Chaldun selain untuk membimbing mahasiswa juga rapat tentang  Audit Mutu Internal, tanggal 12 Juli adalah tanggal genap sedangkan kendaraan saya ganjil maka saya tidak berani membawa kendaraan takutnya diberhentikan oleh polisi dan kena tilang dengan membayar denda 500ribu rupiah. Saya berangkat dari rumah Sari Bumi Indah Blok D10/3 Binong Tangerang mengendarai motor saya titipkan di stasiun Tangerang dengan harga 7ribu rupiah. Ditanya sang pemilik titipan motor kapan pulangnya saya jawab belum dapat memastikan yang pasti pulangnya dibawah jam 5 sore.

 

Perjuangan naik kereta api berdesak-desakan

Pengalaman naik kereta api dari stasiun Tangerang menuju Duri sudah sangat berdesak-desakan, dari Duri kemudian saya lanjutkan naik ke stasiun Kramat. Dengan naik kereta api berdesak-desakan ini saya teringat anak saya yang kuliah di IPB Bogor yang selalu menggunakan moda transportasi yang rutenya saya lewati ini. Dari stasiun Tangerang menuju Stasiun Duri lumayan jauh saya hitung harus melewati 10 stasiun, di hari-hari jam kerja kepadatan penumpang naik kereta api tidak dapat di elakkan lagi karena biayanya sangat murah meriah cuma 3500rupiah, sehingga moda transportasi kereta api menjadi primadona banyak orang. Orang yang sudah lanjut usia seperti saya ini ketika naik kereta api sambil berdiri rasanya badan tidak karu-karuan dan capeknya bukan main. Tapi ada kepuasan tersendiri karena dapat menikmati pemandangan dan dapat berbaur dengan Masyarakat ekonomi menengah kebawah.

 

Petugas Security Stasiun Selalu Mengingatkan penumpang Untuk Berhati-hati Agar Dompet Tidak Pindah Tangan

Saya salut dengan petugas keamanan di stasiun kereta api yang selalu mengingatkan penumpang agar selalu waspada dengan barang-barang bawaannya agar tidak berpindah tangan. Maklum tidak semua orang naik kereta api tujuannya baik kadang ada yang tujuannya Nista untuk menjambret atau mencopet maka kita harus selalu berhati-hati ketika naik kereta api. Ketika naik kereta api saya memperhatikan banyak penumpang yang sudah menggambyok tasnya ditaruh di depan perlu diketahui bagi yang ingin naik kereta api maka sebaiknya tas kita gambyok di depan, sebab jika kita taruh belakang akan di silet atau disesek sama pencopet lebih aman kita gambyok di depan. Lebih baik berhati-hati daripada kita nanti kecurian nyeselnya setengah mati. Kita harus sadar betul bahwa yang naik kereta api tidak semua memiliki tujuan baik.

 

Diumumkan Agar Tidak Mengalami Pelecehan Seksual

Petugas Keamanan kereta api juga tidak henti-hentinya untuk mengingatkan jika para penumpang mengalami kekerasan seksual agar segera melaporkan pihak keamanan kereta api. Hal ini sebagai bentuk perlindungan terhadap penumpang karena selama ini terdapat beberapa kasus pelecehan seksual terhadap penumpang. Setahu saya pelayanan kereta api sekarang sudah bertambah baik jika dibandingkan tahun 1990an pengalaman saya ketika naik kereta api dari Parung Panjang menuju Tanah Abang, didalamnya ada ayam, kambing dan lain-lain bisa masuk kereta api bahkan para pedagang asongan tak terhitung jumlahnya dengan bebas dapat berjualan di stasiun kereta api pada waktu itu sungguh sangat semrawut, sekarang kita harus mengakui bahwa pelayanan kereta api sudah semakin membaik. Itulah pentingnya negara perlu hadir di tengah-tengah Masyarakat dengan memberikan pelayanan yang baik untuk rakyatnya agar negara semakin dicintai oleh rakyatnya. Pelayanan publik yang baik, kesejahteraan Masyarakat dan Pendidikan yang baik adalah tujuan negara yang mesti direalisasikan siapa pun presiden yang terpilih. Demikianlah pengalaman saya naik kereta api dari stasiun Tangerang menuju stasiun Kramat dapat hikmahnya melihat dengan dekat secara sosiologis potret Masyarakat Indonesia. Dalam perjalanan naik kereta api tsb karena saya sebagai peneliti dan penulis blog maka saya amati hal-hal apa saja kiranya yang perlu dilakukan perbaikan dalam melayani penumpang kereta api ini, disini saya melihat negara perlu hadir dengan memberikan rasa aman dan nyaman bukan kepada penumpang tetapi juga Masyarakat sekitar yang dilalui kereta api. Negara perlu memikirkan pembatas rel kereta api dengan rumah penduduk agar aman, caranya dengan memberikan pembatas pagar tembok atau besi sehingga tidak membahayakan orang lain. Jika tidak ada pembatasnya bisa saja orang yang sedang melamun tertabrak kereta api.

Semoga pengalaman naik kereta api ini bermanfaat.

Aamiin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALHAMDULILLAH ANAK SAYA LULUS SKD TEST ASN di KEMENTERIAN ESDM SUMBER DAYA MINERAL UJIAN BERTEMPAT DI PPK KEMAYORAN

    Foto Anak Saya Test ASN di Gedung PPK Kemayoran Pada hari Minggu, Tanggal 27 Oktober 2024   Pada hari Minggu, tanggal 27 Oktober 2024 sa...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19