Rabu, 04 September 2019

ETIKA DOSEN MENGHADAPI MAHASISWI YANG MENGGODA


                                                          

Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 

      Semua profesi apa pun tentu memiliki  kode etik untuk  mengaturnya, tak terkecuali profesi sebagai dosen yang memiliki predikat luhur sebagai pendidik profesional yang bertugas utama untuk mentransformaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya kepada anak-anak didik. Kode etik bagi suatu perkumpulan adalah kaidah moral yang harus ditaati, dihormati, dan dijunjung tinggi oleh segenap anggota perkumpulan dengan penuh rasa tanggungjawab.

     Dalam prakteknya, tidak banyak dosen mengajar menjalankan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI berpegangan teguh untuk memahami kode etik dosen, sehingga disana-sini banyak diketemukan dosen yang seharusnya memberikan contoh tauladan yang baik kepada mahasiswanya, justru melakukan perbuatan tidak terpuji, misalnya: tersangkut narkoba, praktek jual beli nilai, dan perbuatan pelecehan seksual kepada mahasiswinya sendiri. Pada umumnya, mahasiswa mendekat-dekat dosen tentu ada maunya, apalagi kalau bukan soal urusan nilai. Maka tak heran ikhtiar mahasiswa yang berpura-pura berkehendak bersilaturrahim ke rumah dosen dengan membawa oleh-oleh (hal ini masih wajar), ada juga yang menawarkan pekerjaan untuk profesi jasa hukum (masih batasan wajar), bahkan ada yang menawarkan untuk mengisi pulsa (ini sudah tidak etis), ketika ujian susulan atau semester pendek ada mahasiswa yang konyol terus terang memberikan amplop kepada dosen dengan berdalih ikhlas, ini pernah saya alami sendiri DEMI ALLAH saya menolak amplop tersebut (sebab ini kurang ajar), kalau saya terima yang bersangkutan pasti akan ngomong kesana-kemari.
        Khusus untuk dosen laki-laki, baik yang mata keranjang (sengaja mengincar mahasiswinya yang bening untuk dipacarinya) atau dosen bersikap pasif saja, terkadang ada mahasiswi mendekat-dekat dosen untuk menggoda. Dosen yang instuisinya tajam dalam hal asmara ketika ada mahasiswi yang menawarkan diri seperti siap untuk pergi bersama dengan alasan ditemani mencari buku-buku untuk referensi atau membantu mencari referensi skripsi, sambil berujar: “Yang penting kita jangan di Perpus Kampus pak!, kita nyari diluar saja!.  Waduhhhh….kalau sudah begini jelas sinyal kuat untuk bisa "diajak", hati dosen siapa yang tidak KLEPEK-KLEPEK jika diajak mahasiswi seperti ini?. Pengalaman saya ketika menghadapi seperti ini antara hasrat hati dan rasa takut kalau-kalau ketahuan sama orang lain. Kalau saya bilang tidak kepengin pastilah saya dianggap orang munafik, dosen itu manusia juga yang PENDULUMNYA BISA NAIK TURUN yang masih ingin merasakan kesegaran dan keindahan lekuk tubuh wanita muda. Menemui kenyataan seperti ini bagi orang yang berfikir panjang bathin akan konflik terus antara dimanfaatkan kesempatan emas ini atau dibiarkan berlalu sebagai kenangan indah yang tak terlupakan.

 

DOSEN ITU JUGA MANUSIA PENTINGNYA MEMEGANG TEGUH KODE ETIK DODEN

    Dosen Dalam Mengajar harus Memegang Teguh kode etik dosen Agar Tidak melakukan tindakan tidak terpuji. Dosen yang memegang teguh Kode Etik Dosen ketika ada mahasiswi yang sudah memberikan sinyal bisa diajak kemana pergi,  pastilah akan mikir panjang antara bayangan keindahan dibandingkan resikonya, istilahnya NGERI-NGERI SEDAP begitu. Syaitan pasti akan mengompori kapan lagi kalau tidak dimanfaatkan, ini kesempatan emas yang susah untuk terulang kembali. Sedangkan jika mahasiswi nekat dibawa pergi ada perasaan takut yang menggelayuti kalau-kalau ada teman atau tetangga yang memergoki di penginapan sebab dunia ini terasa sempit bisa saja kita kepergok teman atau kerabat bahkan sanak saudara. Apalagi penulis sering menjadi imam di masjid, apa kata dunia nanti jika memergoki saya di penginapan bukan dengan istri. Demi Allah penulis tidak bohong pernah ditantang aduhai-aduhainan oleh mahasiswi, bilang  begini: “Saya pengin tahu, coba nanti bapak kuat berapa kali?”. Ini sudah bukan sinyal lagi tapi sebuah permintaan terus terang yang menggiurkan, jantung siapa yang tidak berdegup kencang mendengar permintaan seperti ini, antara ya atau tidak kesempatan emas ini saya manfaatkan, bathin saya terus bergejolak apalagi dia terus merengek-rengek sambil mendesah: “Please pak,!. Please Pak!, saya pengin air bapak!, Waktu itu, kebetulan istri saya sedang berbaring melahirkan anak yang pertama cesar di Rumah Sakit Harapan Kita, bayangan saya teringat istri yang sedang melahirkan apa iya saya setega itu bersenang-senang dengan wanita lain (walaupun sebenarnya jujur saya juga klepek-klepek). Menurut mahasiswi ini, temannya juga ada yang melakukan seperti itu suka kepada  laki-laki yang sudah beristri, karena dianggap sudah berpengalaman untuk beradegan. Dia memberitahu saya bahwa: "Saya ini masih PRW Lho pak!, waktu itu saya bengong tidak tahu singkatan PRW itu apa?. Sekarang saya sudah tahu akronim PRW yang saya tanyakan temen-temen perempuan sekantor pada waktu itu tertawa cekikikan. Menurut teman-teman perempuan se kantor itu, mahasiswa itu sudah tidak PRW lagi, mana mungkin kalau PRW dia duluan yang terus terang meminta "Digituin" memangnya perempuan apaan?, biasanya kan laki-laki duluan yang mengajak?. Saya pikir masuk akal juga kata teman saya itu, soalnya seumur-umur saya baru kali itu saya menemui perempuan yang terus terang meminta "ditemani" tanpa teding aling-aling padahal sifat perempuan itu seharusnya malu-malu dan jinak-jinak merpati bukan agresif seperti ini. Berbeda jika laki-laki memang ditakdirkan untuk memulai duluan merayu wanita. Setahu saya jika laki-laki baru megang tangan wanita sedikit saja dia sudah setengah marah, atau kalau tidak mau menyakiti hati dia bergeser sedikit badan. Ini benar-benar pengalaman yang tak terlupakan ketika mendapatkan ikan gurih atau durian runtuh yang siap saji untuk dimakan.


PADA AKHIRNYA

        Sebenarnya hati siapa yang tidak kepengin apalagi badan mahasiswi itu atletis dan betis bunting padi, tapi dengan pertimbangan istri sedang melahirkan di rumah sakit, dan menjaga marwah kode etik dosen dengan berat hati, saya harus bilang bahwa istri saya sedang di Rumah Sakit melahirkan saya mau buru-buru untuk menemaninya. Sontak saja mahasiswi itu bilang: Ahhhhhh… sebentar saja pak itu hotelnya dekat!. Please pak!. Please pak!. Hal ini menjadikan benar-benar kenangan hidup saya , terkadang kalau sedang mau tidur sekali-kali saya teringat kenapa kesempatan emas waktu itu tidak saya manfaatkan sebaik mungkin?. Eeee...buru-buru bathin saya menjawab sendiri bisa jadi jika waktu itu saya manfaatkan ke penginapan, dia sudah hamil duluan betujuan untuk menjebak saya, apakah saya nantinya tidak ribut dengan istri?. Dan tentunya saya berdosa kepada Allah SWT, inilah barangkali rahasia ilahi mengapa waktu itu saya tidak jadi menerima tawaran ikan asin, padahal ibarat kucing itu sudah tinggal makan kriuk-kriuk  dan pendulum saya juga masih normal.

                Semoga bermanfaat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEST ASN MELALUI CAT

  Zaman sudah berubah aturan juga harus berubah mengikuti perkembangan zaman, sebab bila tidak maka aturan itu tidak dapat menjawab tantanga...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19