Selasa, 31 Januari 2017

Antara Percaya Sumpah Patrialis Akbar Atau KPK?




Oleh WARSITO, SH., M.Kn.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta 



                Pasca ditangkapnya OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK, Patrialis Akbar dengan percaya diri memberikan keterangan pers dengan suara lantang sambil  bersumpah demi Allah untuk meyakinkan publik, bahwa dirinya merasa dizalimi. Sumpah yang diucapkan ini  tidak main-main karena mengatasnamakan Tuhan dapat menarik simpati masyarakat sehingga dapat mengaburkan pandangan publik, apakah sesungguhnya yang bersangkutan melakukan korupsi atau tidak. Dampaknya, ada sebagian minoritas masyarakat yang dihadapkan dua pilihan antara percaya kepada Patrialis, atau kepada KPK. Namun, melihat rekam jejak KPK selama ini ketika menangkap OTT tidak pernah ada satupun yang gagal dikurung atau bebas diputus oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, maka dalam batas penalaran logis sulit rasanya untuk tidak mempercayai  kinerja KPK yang  profesional dan memiliki akuntabilitas tinggi. Kerja KPK yang profesional selama ini dapat dijadikan referensi publik, bandul timbangan masyarakat akan bergeser lebih percaya kepada KPK ketimbang sumpah yang diucapkan nekat oleh Patrialis Akbar.
KPK Itu Hebat
Ketika saya mendapat tugas dari Bapak Rektor Universitas Satyagama, Jakarta, untuk mengikuti undangan Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi, bagi dosen PTS Kopertis Wilayah III DKI Jakarta,  Kopertis Wilayah I Medan, Kopertis Wilayah IX Makasar, dan Kopertis Wilayah XII Ambon, yang diselenggarakan pada tanggal 9 s/d 11 Desember 2013 di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, saya  sungguh merasa bangga, dan salut memiliki komisi antirasuah di negeri ini yang sistem bekerjanya selain profesional, independen, adil juga  akuntabel. Penyidik KPK, Ganjar, ketika di kelas pernah memberitahukan kepada kami, bahwa KPK memiliki alat super canggih barangnya kecil  mirip balpaint tapi  harganya super mahal sekitar 400jutaan. Alat itu berfungsi untuk menyadap percakapan hingga 400m, hebatnya pula ketika percakapan orang yang diduga korupsi itu belok masuk ke kamar tidur atau kamar mandi alat itu pun bisa di stel masuk mengikuti ke ruangan tsb, bahkan ketika sang koruptor sedang berbisik-bisik dengan membawa seorang perempuan di hotel akan terdengar semua percakapan itu. Makanya penyidik KPK senyum-senyum saja ketika ada koruptor yang mungkir, padahal alat bukti sadapannya sudah berada digenggamannya. Hebat perangkat milik KPK itu, lebih lanjut pak Ganjar sempat menerangkan dihadapan dosen-dosen, jika ada koruptor yang mungkir padahal rekamannya sudah ditangan KPK, maka KPK tambah geregetan, berbeda jika sang koruptor langsung mengakui. Sebelum penutupan ToT tsb, pak Ganjar penyidik KPK banyak dikerubuti para peserta untuk mengajak berfoto bersama, saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berfoto bersama sambil kenalan dan minta No. HPnya.  Selain penyidik KPK beliau juga dosen fakultas hukum Universitas Indonesia. Dalam kesempatan itu saya pernah bilang dengan pak Ganjar, jika sewaktu-waktu saya membutuhkan beliau untuk memberikan seminar kepada mahasiswa kami di Universitas Satyagama, beliau menyatakan kesiapannya. Sayang, niatan saya sampai sekarang belum pernah kesampaian, padahal orangnya baik dan mempersilahkan saya datang ke UI jika membutuhkan sebagai narasumber.

Taruhan Makan di Restaurant Pulau Dua Senayan.
Dengan melihat rekam jejak KPK yang bekerja secara apik dan marwahnya selama ini terjaga dengan baik, saya sempat taruhan kecil-kecilan dengan teman, saya memilih lebih percaya KPK ketimbang sumpah Patrialis Akbar meski membawa-bawa nama Allah segala, sementara teman saya lebih percaya sumpah Patrialis Akbar yang merasa di zalimi. Jika ternyata hasilnya sumpah Patrialis Akbar yang benar alias dinyatakan tidak bersalah, berarti saya yang kalah akan mentraktir teman saya di rumah makan Pulau Dua, Senayan. Kebalikannya, jika KPK yang benar dan Patrialis diputus bersalah oleh pengadilan TIPIKOR maka teman saya akan mentraktir saya di rumah makan lesehan sunda. Marilah kita saksikan bersama, apakah yang benar sumpah Patrialis Akbar, ataukah KPK yang profesional?. Dari melihat wajah ketika sedang mengucapkan sumpah, gerak tubuh maupun suasana kebatinan saya lebih percaya 99% kepada KPK.

Sabtu, 28 Januari 2017

Bukan PNS Tapi Bisa Pensiun Bagaimana Caranya?

Oleh WARSITO, SH., M.Kn
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

 
                Siapa pun yang membaca judul tulisan diatas, dalam batas penalaran logis tak percaya, bahkan  bagi orang yang belum bersih hati nurani bisa dianggap tulisan saya tersebut hanya membual sebelum menyimak dengan saksama tulisan ini secara komprehensif.
                Perbedaan status PNS dengan swasta bersumber dari segala intinya adalah soal pemberian  pensiun kepada PNS dihari tua, sedangkan bagi karyawan swasta tidak. Di tahun 1980-an banyak orang yang ogah untuk menjadi PNS lantaran gajinya sangat kecil sekali, sekarang status PNS menjadi seksi dan banyak diuber-uber orang karena gaji dan remunerasinya yang sudah wah, maka tak heran dan sudah menjadi rahasia umum banyak PNS yang diterima karena menyuap bukan karena kompetensinya, tak tanggung-tanggung bahkan ada yang hingga ratusan juta untuk memuluskan menjadi golongan IIIa. Seiring dengan perkembangan zaman sekarang roda berputar, di tahun 1980an PNS yang dihindari kini menjadi dikejar bak seperti gadis seksi meski terkadang dengan menghalalkan segala cara. Reformasi birokrasi era Pemerintahan Jokowi ini sekarang sudah sangat baik dapat merubah paradigma sistem perekrutan PNS melalui CAT (Computer Asisted Test) yang dibuat oleh BKN yang hasilnya langsung diumumkan seketika, dampaknya memberikan ruang gerak sempit untuk praktek sogok-menyogok, namun peluang suap masih bisa sedikit terbuka jika peserta sudah penentuan akhir di tingkat user (pengguna tempat bekerja PNS) masih bisa dimainkan dengan cara suap atau nepotisme.
                Anggapan masyarakat bahwa PNS itu dijamin oleh pemerintah dihari tua sebagai pandangan yang sangat keliru, semua tergantung kepada manusianya bisa memanajemen perekonomian dengan baik atau tidak. Sebagai bukti nyata di perkampungan saya di pedalaman Pati, Jawa-Tengah, banyak pensiunan Pemda, guru dll yang hidupnya justru kelibet utang rentenir bank keliling (bank plecet) yang setiap hari harus mengangsur utang dengan mata mencicil. Hal ini dilakukan karena merasa tiap bulan dapat sisa pensiunan dari negara setelah SK pensiunannya terlebih dahulu digadaikan di BPR (Bank Perkreditan Rakyat).
Swasta Bisa Pensiun
                Pada tahun 2012 saya memulai membuka tabungan PENSIUN SIMPONI di Bank BNI. Menabung tersebut saya niatkan untuk tidak saya ambil, ketentuannya dalam jangka waktu 15 tahun baru bisa dicairkan, tetapi pembagian hasilnya setiap bulan sudah  bisa di print dan diketahui banyaknya. Saya berkomitmen dengan niat sungguh-sungguh jika ada rezeki 100ribu atau 500ribu saya cemplungkan di tabungan ini, saya ibaratkan sedang  membuang hajat besar atau kecil biar saya tidak mengingat-ingat lagi. Cuma yang mencengangkan, bagi hasil Tabungan Pensiun SIMPONI ini lebih besar ketimbang dengan bunga tabungan konvensional hal ini karena belum dilakukan pemotongan pajak. Setelah dicairkan 15 tahun nanti baru hitung-hitungan pajak dilakukan. Namun jika sewaktu-waktu kita membutuhkan darurat, tabungan Pensiun SIMPONI ini bisa kita cairkan dengan konsekuensi terkena pinalti. Untuk memulai menabung PENSIUN SIMPONI  ini harus memiliki kemauan kuat dengan kata lain harus dipaksa untuk menyisihkan sebagian pengahasilan kita. Bayangkan terkadang kita membeli hal-hal konsumtif yang harganya puluhan juta, namun jangka panjang tidak bermanfaat, sedangkan untuk masa depan kita sendiri menyisihkan 100ribu atau 200rb kok teramat pelit?. Jika punya tabungan jangan dibuatkan ATM semua, pengalaman saya karena mudah geseknya berapa pun ATM kita akan mudah terkuras.
                Ayo kita bisa pensiun tanpa harus jadi PNS seperti yang saya sebutkan diatas, buatlah TABUNGAN PENSIUN SIMPONI di Bank BNI, jika kita ada rezeki bisa menyisihkan 100rb, 500rb syukur-syukur 1juta, Insya Allah hasilnya akan menakjubkan dan dapat menolong perekonomian kita jika sewaktu-waktu kita terjepit. Siapa bilang swasta itu tidak bisa pensiun?.
Semoga bermanfaat.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19