Oleh WARSITO, SH., M.Kn.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta
Pasca
ditangkapnya OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK, Patrialis Akbar dengan percaya
diri memberikan keterangan pers dengan suara lantang sambil bersumpah
demi Allah untuk meyakinkan publik, bahwa dirinya merasa dizalimi. Sumpah yang diucapkan ini tidak main-main karena mengatasnamakan Tuhan dapat menarik simpati masyarakat
sehingga dapat mengaburkan pandangan publik, apakah sesungguhnya yang
bersangkutan melakukan korupsi atau tidak. Dampaknya, ada sebagian minoritas masyarakat yang
dihadapkan dua pilihan antara percaya kepada Patrialis, atau kepada KPK.
Namun, melihat rekam jejak KPK selama ini ketika menangkap OTT tidak pernah ada
satupun yang gagal dikurung atau bebas diputus oleh Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, maka dalam batas penalaran logis sulit rasanya untuk tidak mempercayai kinerja KPK yang profesional dan memiliki akuntabilitas
tinggi. Kerja KPK yang profesional selama ini dapat dijadikan referensi publik,
bandul timbangan masyarakat akan bergeser lebih percaya
kepada KPK ketimbang sumpah yang diucapkan nekat oleh Patrialis
Akbar.
KPK Itu Hebat
Ketika saya mendapat tugas dari Bapak
Rektor Universitas Satyagama, Jakarta, untuk mengikuti undangan Training of
Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi, bagi dosen PTS Kopertis Wilayah III DKI
Jakarta, Kopertis Wilayah I Medan,
Kopertis Wilayah IX Makasar, dan Kopertis Wilayah XII Ambon, yang
diselenggarakan pada tanggal 9 s/d 11 Desember 2013 di Hotel Atlet Century
Park, Senayan, Jakarta, saya sungguh merasa
bangga, dan salut memiliki komisi antirasuah di negeri ini yang sistem
bekerjanya selain profesional, independen, adil juga akuntabel. Penyidik KPK, Ganjar, ketika di
kelas pernah memberitahukan kepada kami, bahwa KPK memiliki alat super canggih
barangnya kecil mirip balpaint tapi harganya super mahal sekitar 400jutaan. Alat
itu berfungsi untuk menyadap percakapan hingga 400m, hebatnya pula ketika
percakapan orang yang diduga korupsi itu belok masuk ke kamar tidur atau kamar
mandi alat itu pun bisa di stel masuk mengikuti ke ruangan tsb, bahkan ketika sang
koruptor sedang berbisik-bisik dengan membawa seorang perempuan di hotel akan terdengar
semua percakapan itu. Makanya penyidik KPK senyum-senyum saja ketika ada
koruptor yang mungkir, padahal alat bukti sadapannya sudah berada
digenggamannya. Hebat perangkat milik KPK itu, lebih lanjut pak Ganjar sempat
menerangkan dihadapan dosen-dosen, jika ada koruptor yang mungkir padahal
rekamannya sudah ditangan KPK, maka KPK tambah geregetan, berbeda jika sang
koruptor langsung mengakui. Sebelum penutupan ToT tsb, pak Ganjar penyidik KPK
banyak dikerubuti para peserta untuk mengajak berfoto bersama, saya pun tak
menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berfoto bersama sambil kenalan dan minta
No. HPnya. Selain penyidik KPK beliau
juga dosen fakultas hukum Universitas Indonesia. Dalam kesempatan itu saya
pernah bilang dengan pak Ganjar, jika sewaktu-waktu saya membutuhkan beliau untuk
memberikan seminar kepada mahasiswa kami di Universitas Satyagama, beliau
menyatakan kesiapannya. Sayang, niatan saya sampai sekarang belum pernah
kesampaian, padahal orangnya baik dan mempersilahkan saya datang ke UI jika membutuhkan
sebagai narasumber.
Taruhan Makan di Restaurant Pulau Dua
Senayan.
Dengan melihat rekam jejak KPK yang
bekerja secara apik dan marwahnya selama ini terjaga dengan baik, saya sempat
taruhan kecil-kecilan dengan teman, saya memilih lebih percaya KPK ketimbang
sumpah Patrialis Akbar meski membawa-bawa nama Allah segala, sementara teman saya
lebih percaya sumpah Patrialis Akbar yang merasa di zalimi. Jika ternyata hasilnya
sumpah Patrialis Akbar yang benar alias dinyatakan tidak bersalah, berarti saya
yang kalah akan mentraktir teman saya di rumah makan Pulau Dua, Senayan.
Kebalikannya, jika KPK yang benar dan Patrialis diputus bersalah oleh
pengadilan TIPIKOR maka teman saya akan mentraktir saya di rumah makan lesehan sunda. Marilah kita saksikan bersama, apakah yang benar sumpah Patrialis Akbar, ataukah
KPK yang profesional?. Dari melihat wajah ketika sedang mengucapkan sumpah,
gerak tubuh maupun suasana kebatinan saya lebih percaya 99% kepada KPK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.