Senin, 22 Maret 2021

PENGALAMAN MENGIKUTI DIKLAT PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PERGURUAN TINGGI

 

PELATIHAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PERGURUAN TINGGI BERSAMA KPK


Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta

Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

Alumni Magister Kenotariatan UI

Juara I Test Analis Undang-Undang DPR RI Tahun 2016  

Juara I Lomba Pidato MPR-DPR Tahun 2003


 

Kami bertiga, saya yang mewakili Fakultas Hukum, pak Kasiyat mewakili Fakultas Ekonomi dan Mas Rheuben yang mewakil FISIP, sebagaimana foto kami diatas bersama pimpinan KPK bapak Busyro Muqoddas, pernah ditugaskan oleh Rektor Universitas Satyagama, Jakarta, untuk mengikuti undangan Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi, bagi dosen PTS Kopertis Wilayah III DKI Jakarta,  Kopertis Wilayah I Medan, Kopertis Wilayah IX Makasar, dan Kopertis Wilayah XII Ambon, yang diselenggarakan pada tanggal 9 s/d 11 Desember 2013 di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta. Tugas dari rektor tersebut sudah kami laksanakan dengan  sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggungjawab.

Adapun dari materi Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi, yang perlu mendapat perhatian secara serius, dan sungguh-sungguh untuk di implementasikan pembelajaran di Universitas Satyagama adalah sebagai berikut:                                              

   Perlu adanya mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi di Universitas Satyagama, baik dalam bentuk mata kuliah wajib atau mata kuliah pilihan.   

         

   Wajib Hukumnya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus

Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Universitas sangat penting, mengingat tindak pidana korupsi di Indonesia sudah berkembang di masyarakat sedemikian masif  dan sistemik serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pencegahan dan penanggulangan tindak pidana korupsi tidak semata dapat diatasi dengan penegakan hukum, meski regulasinya sudah lengkap dan substansinya cukup baik, perlu cara lain untuk mengedukasi pendidikan anti korupsi dipelajari di Universitas. Perilaku tindakan koruptif sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu penanganan dan langkah-langkah yang luar biasa pula untuk mencegah dan mengatasinya (Extra Ordinary Crime).

Dosen berkedudukan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan yang bertugas utama untuk mentransformasikan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, seni, budaya, teknologi kepada anak-anak didik dan melakukan pengabdian kepada masyarakat, memiliki peran besar dalam upaya penanggulangan dan pencegahan tindakan korupsi. Perilaku upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dari Pendidikan Anti Korupsi di kampus, mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa diharapkan sebagai agent perubahan setamat kuliah memegang jabatan publik. Dosen yang mengampu mata kuliah pendidikan anti korupsi harus orang yang jujur dan tidak pernah terlibat jual beli nilai kepada mahasiswa apalagi memalak mahasiswa ketika sedang membimbing skripsi.

 

 


Design pendidikan nasional kita  tercantum  dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, juncto Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan: ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur oleh undang-undang. Dari design pendidikan kita yang tercantum dalam konstitusi tersebut dapat disimpulkan bahwa penanggulangan upaya tindakan koruptif sebenarnya mudah dilakukan, jika pelaku pendidikan, khususnya perguruan tinggi dapat melahirkan  anak-anak bangsa yang berintelektual dan spiritual.

 

Koruptor Perlu Dihukum Mati

 Hukuman mati untuk koruptor perlu segera dilaksanakan sesuai UU TIPIKOR tentu jumlah dan besarannya yang harus diatur berapa milyar koruptor yang layak dan pantas untuk dihukum mati. Meski hukuman mati selama ini sudah ada untuk koruptor, tetapi belum pernah dilaksanakan sama sekali apalagi hukuman mati untuk koruptor tersebut masih bersifat ambigu.

Perlu saya sampaikan bahwa, sekitar 4 (empat) tahun yang lalu, sudah ada beberapa perguruan tinggi baik negeri, maupun swasta yang telah melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi, baik di implementasikan dalam bentuk mata kuliah wajib, mata kuliah pilihan, maupun mata kuliah sisipan. 

Selama berlangsungnya jalannya Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi tersebut diwarnai diskusi secara intens antara peserta dengan nara sumber, selain itu peserta juga diwajibkan mengerjakan tugas-tugas secara individual (membuat proposal Visi Misi Pendidikan Anti Korupsi mewakili Universitas Satyagama) dan tugas kelompok yang dipresentasikan.

Sebagai tindaklanjut dari Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi ini, kami bertiga sudah meminta Universitas Satyagama untuk memiliki Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan. Namun sayangnya, usulan kami tentang pendidikan anti korupsi sampai sekarang tidak di implementasikan oleh pimpinan Universitas Satyagama, padahal kami bertiga sudah berhari-hari mengikuti diklat pendidikan anti korupsi yang diselenggarakan oleh Dikti bekerjasama dengan KPK.

Demikian, kegiatan Training of Trainers (ToT) Pendidikan Anti Korupsi selama tiga hari yang dapat kami sampaikan, semoga Universitas Satyagama, dapat melaksanakan perintah Dikti agar setiap fakultas mengadakan pendidikan anti korupsi untuk mahasiswanya, karena mahasiswa adalah agent perubahan, diharapkan ketika akan memegang jabatan publik terhindar dari perbuatan korupsi.

Semoga bermanfaat.

Kamis, 18 Maret 2021

PENGALAMAN KULIAH DI UI SEPERTI KAWAH CANDRA DIMUKA

 

SAYA WAKTU DI WISUDA DI UI TAHUN 2006 MENGAMBIL MASTER HUKUM


Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta

Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

Alumni Magister Kenotariatan UI

Juara I Test Analis Undang-Undang DPR RI Tahun 2016  

Juara I Lomba Pidato MPR-DPR Tahun 2003


 

Begitu kagetnya ketika saya kuliah di UI tahun 2004 di fakultas hukum Magister Kenotariatan. Kaget dan terkejut karena kuliah saya S1 fakultas hukum berasal dari perguruan tinggi swasta yang kuliahnya tidak seketat PTN, begitu juga cara pemberian nilainya tidak susah. Namun tentu tidak bisa digebyah uyah disamaratakan semua PTS begitu, memang ada PTS-PTS di negeri ini yang kelas menengah keatas juga sangat bagus dalam hal penerapan disiplin masuk kuliah dan standard pemberian nilai kepada mahasiswa. PTS menengah kebawah umumnya soal urusan nilai masih bisa lobi-lobi  dengan dosen agar hasilnya bisa bagus. Terkadang dosen dibawain kue saja sudah klepek-klepek yang seharusnya dapat nilai C tiba-tiba berubah menjadi A. Sementara  di UI yang saya rasakan kuliah seperti masuk kawah candra dimuka harus benar-benar belajar keras, dosen tidak pandang bulu dosen tidak mau tahu “kamu itu siapa”, tetapi kamu bisa apa tidak. Ditambah ada ancaman yang sangat menakutkan bisa dikatakan horor di kalangan mahasiswa, jika  perpanjangan dua semester mahasiswa masih nggak lulus-lulus juga, pasti bakalan di drop out. Hampir semua dosen ketat dalam memberikan penilaian kepada mahasiswa, barangkali dosen di UI sudah di doktrin tidak bisa di lobi, tidak bisa disogok bahkan menerima tamu mahasiswa saja tidak mau. Pernah suatu ketika mahasiswa datang ke rumah dosen membawa oleh-oleh tetapi buah tangan tersebut disuruh membawa pulang lagi. UI tidak mau tahu jika mahasiswa tidak bisa mengerjakan soal ujian meskipun sudah beberapa kali tidak lulus-lulus juga, tidak dikenal istilah belas kasihan. Tetapi bagusnya kuliah di UI sportif tidak memandang apakah orang itu kaya atau miskin, pejabat atau rakyat jelata, tetapi ukurannya adalah apakah kamu bisa atau tidak mengikuti materi perkuliahan. Sehingga siapa pun yang mau kuliah di UI apa pun jurusannya mau tidak mau harus rajin belajar itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di UI ada mahasiswa yang sampai memiliki bintang empat di kartu ujiannya, bintang empat ini bukan menandakan pangkat jenderal yang tertinggi di institusi TNI atau Polri, tetapi pertanda mahasiswa itu sudah tidak lulus ujian sampai 4 kali.

 

                           

Kuliah Mengelilingi 3 Propinsi

Kuliah mengelilingi 3 propinsi bukanlah cerpen atau roman tetapi fakta sejarah yang saya alami. Rumah saya yang di daerah Binong, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten ketika kuliah saya masih bekerja di PNS Sekretariat Jenderal MPR RI Jakarta, sore harinya selesai pulang bekerja berangkat kuliah ke  UI Depok, Jawa-Barat. Inilah yang disebut harian Pos Kota ketika meliput wisuda saya di UI pada 2 September 2006 yang menyatakan bahwa saya kuliah mengelilingi 3 propinsi Banten-DKI Jakarta-Jawa-Barat. Saya kuliah di UI memang sangat berat, sebab dalam waktu yang bersamaan posisi sebagai kepala keluarga, Ketua RT sekaligus menjalankan tugas sebagai abdi negara (PNS) kebetulan agenda sidang-sidang  di MPR sangat padat sekali sedangkan tugas kuliah juga sangat menumpuk yang harus saya kerjakan. Mula-mula nilai saya banyak yang jeblok dari 10 mata kuliah yang saya ikuti hanya 2 mata kuliah yang lulus inilah yang membuat saya shock saya kuliah di UI. Saya sempat pamit kepada istri  mau berhenti kuliah saja dari UI karena tidak kuat mengikuti mata kuliahnya dan ketatnya perkuliahan kata istri lanjutkan saja karena sudah banyak menghabiskan biaya. Dengan bertekad bulat meneruskan kuliah, maka saya mengubah cara belajar dan mengatur strategi dengan jitu. Banyak buku-buku saya taruh di kendaraan ketika lampu merah bahkan saya gunakan untuk membaca, ketika di kolam renang pun menunggu keluarga berenang saya tunggu sambil membaca, pokoknya, masya allah begitulah beratnya saya kuliah di Universitas Indonesia. Setelah saya rubah pola belajar saya, akhirnya membuahkan hasil yang maksimal dari 10 mata kuliah yang saya ikuti saya lulus 9 mata kuliah hanya satu mata kuliah yang tidak lulus. Singkat cerita akhirnya saya bisa lulus tepat waktu dari 175 mahasiswa saya termasuk 75 mahasiswa yang bisa lulus tepat waktu sehingga bisa wisuda tanggal 2 September 2006 yang membuat geger teman-teman saya semua, bagaimana mungkin saya bisa mengejar ketertinggalan mata kuliah begitu banyaknya jika bukan berkat rahmat Allah SWT. Tidak sampai disitu, teknik saya belajar juga banyak membuat resume mata kuliah kemudian saya tempelkan di dinding kamar tidur saya, setiap masuk kamar dengan sendirinya saya sudah belajar dan kiat itu sangat efektif sekali. Kuliah di UI memang ada adagium yang sudah menjadi rahasia umum yaitu: masuk susah keluar susah, itu  benar-benar terbukti, namun jika sungguh-sungguh mau belajar dan memperhatikan dengan saksama tipe-tipe atau karakter dosen yang mengajar, insya allah kita bisa lulus tepat waktu dan bisa mengikuti semua materi perkuliahan.

 

Kaki Pincang Selebritis Kampus

Siapakah yang menjadi selebritis di kelas ketika kuliah di UI?. Selebritis di kelas bukan wanita yang cantik, bukan pula pria yang tampan, tidak juga orang kaya yang bisa bergonta-ganti mobil mewahnya, pejabat pun tidak bisa jadi selebritis. Yang  menjadi selebritis di kelas ketika kuliah UI satu kelas dengan saya adalah kaki pincang bertongkat tetapi orangnya pinter dan cerdas secara akademik, dia dikejar-kejar oleh temannya yang membutuhkan bahan kuliah darinya. Sebab orang-orang yang pintar seperti ini sampai dosen mengajar saja direkam lalu dibuat resume atau kesimpulan, hasil resume inilah yang dibagikan kepada teman-temannya untuk bahan kuliah seperti UTS dan UAS inilah yang menjadikan dia selebritis.

Kuncinya jika ingin kuliah di UI fokus saja belajar dan rajin masuk kuliah karena ada dosen yang jika mahasiswa kehadirannya kurang maka tidak pernah akan diluluskan, juga perbanyak belajar kelompok dengan belajar kelompok maka kita akan cepat menangkap materi kuliah yang sedang kita ambil. Belajar kelompok sangat efektif sekali, apalagi jika dibarengi belajar sambil menulis tentunya akan lebih dahsyat lagi.

Selamat kuliah di UI kata kucinya rajin belajar dan rajin masuk kuliah.

Semoga bermanfaat.

 

Minggu, 14 Maret 2021

TIPS PENGALAMAN LULUS SERTIFIKASI DOSEN YANG MENGHARUKAN


 


Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta

Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

Alumni Magister Kenotariatan UI

Juara I Test Analis Undang-Undang DPR RI Tahun 2016  

Juara I Lomba Pidato MPR-DPR Tahun 2003


 

Pada tahun 2016 untuk pertama kalinya saya mengikuti sertifikasi dosen dan dinyatakan lulus, kelulusan saya bukan karena saya pinter, bukan karena nyogok, tetapi lebih ada faktor-faktor lain  sehingga asesor dibuat tak berdaya untuk tidak meluluskan saya. Faktor-faktor lain inilah yang akan saya bahas secara khusus dalam tulisan saya berikut ini. Bagi kita sebagai seorang dosen tentu tak asing lagi mendengar istilah Serdos atau sertifikasi dosen. Siapakah yang tidak senang jika dinyatakan lulus sertifikasi dosen dengan mendapat predikat dari pemerintah sebagai dosen profesional dibarengi dengan pemberian tunjangan?. Sertifikasi dosen adalah amanah undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Sebelum dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional oleh pemerintah dan diberi tunjangan setiap bulannya besarannya disetarakan (di inpasing) dengan golongan PNS, maka terlebih dahulu dosen harus melalui uji kompetensi. Berikut akan saya paparkan dan berikan tips agar kita semua dapat lulus sertifikasi dosen yang sungguh sangat mendebarkan ketika mau diumumkan.

 

Persiapan Sebelum Serdos

Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan sertifikasi dosen hendaknya para dosen menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi, semua dokumen harus terekam dengan baik secara administratif agar saatnya dibutuhkan dapat dibuktikan secara fisik dan di uploade melalui portofolio. Beberapa rangkaian test yang harus dihadapi oleh dosen antara lain Test Kompetensi Akademik dan Test Toefl (test bahasa Inggris) yang nilainya langsung diumumkan seketika itu juga dijamin tidak ada KKN. Jika dosen sudah mengikuti PEKERTI maka test bahasa inggris atau test potensi akademik yang jeblok bisa disubstitusikan (digantikan) sertifikat PEKERTI tersebut. Berikutnya, persiapkan diri sebaik-baiknya memiliki jurnal atau tulisan ilmiah yang banyak, karena pada titik inilah penilaian sangat tinggi oleh asesor. Selanjutnya, jangan sekali-kali copy paste ketika diminta menarasikan deskripsi diri, buatlah deskripsi diri menjawab pertanyaan yang terdiri dari 24 Item tersebut ditulis sendiri secara orisinil, pada poin ini pula penilaian asesor sangat tinggi sekali, asesor akan melihat seberapa besar keseriusan kita menjadi seorang dosen yang mampu meneliti dibuktikan dengan kita menulis secara tersusun dan tersistematis melalui jurnal ilmiah.

 

Baca Juga:  CARA MENULIS DESKRIPSI DIRI DOSEN HARUS ANTIK DAN ORISINIL SUPAYA LULUS SERTIFIKASI DOSEN

Berdo’alah Agar Dapat Asesor Yang Baik Hati

Jika ikhtiar sudah kita lakukan dengan sungguh-sungguh, manusia hanya berencana Tuhan jualah yang akan menentukanNya. Selanjutnya, jangan lupa kita berdo’a kepada Allah SWT, karena do’a adalah senjata umat islam  meminta untuk dipertemukan asesor yang baik hati semoga akan meluluskan SERDOS kalian meski dalam Portofolio nanti ada kekurangannya. Pengalaman saya ikut Serdos tidak ada jaminan bahwa yang pinter bahasa inggris dan bagus nilai Test Potensi Akademiknya bakalan lulus. Ketika saya test Potensi Akademik dan Toefl  teman-teman saya yang nilainya bagus banyak yang tidak lulus, sedangkan saya yang bahasa Inggris nilainya jeblok berkat rahmat Allah SWT bisa lulus sertifikasi dosen. Inilah  yang akan saya bongkar mengapa saya bisa lulus sertifikasi dosen meski nilai bahasa inggris saya jeblok. Langsung kepada pokok permasalahan saja, pada waktu nama saya masuk sertifikasi dosen jabatan fungsional saya masih asisten ahli sedangkan Jafung Lektor masih dalam proses, lagi-lagi berkat rahmat Allah SWT dalam perjalanannya Jafung saya Lektor sudah keluar sehingga test bahasa Ingris yang jeblok tersebut bisa saya substitusikan ke PEKERTI. Berikutnya, saya ceritakan dan saya buktikan kepada asesor bahwa saya dosen rajin dan gemar mengikuti seminar nasional dengan melakukan penelitian yang dapat dibuktikan dengan adanya jurnal ilmiah. Hal lain, saya dapat merebut hati asesor saya ceritakan bahwa sebagai dosen saya suka menulis dan punya blog namanya: BLOG HUKUM KETATANEGARAAN, saya meminta asesor untuk berselancar dan membuka blog saya tersebut jika tidak percaya bahwa saya dosen rajin menulis. Sertifikasi dosen untuk pertama kali saya ikuti dengan perasaan mendebarkan sambil menunggu harap-harap cemas hasilnya lulus atau tidak. Kebetulan ketika saya test sertifikasi dosen pada bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah saya gunakan momentum ini untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT agar saya dapat lulus sertifikasi dosen dan dipertemukan kepada asesor yang baik hati.

 

Lulus Serdos

Sertifikasi dosen diumumkan pada tengah malam jam 12 di Bulan Ramadhan, bulan  yang penuh kemuliaan, portal pengumuman sertifikasi dosen saya buka bersama istri dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim….Allahu Akbar… saya dinyatakan lulus sertifikasi dosen dan mendapat predikat dari pemerintah sebagai dosen profesional, sujud syukur tentu saya panjatkan kepada Allah SWT, dengan menitikkan airmata dan haru biru saya menyambut kelulusan sertifikasi dosen ini. Begitulah teman-teman semua para dosen Tips bagi yang ingin mengikuti sertifikasi dosen agar menyiapkan mental dengan sebaik-baiknya, ibarat kita mau perang harus disiapkan alat-alat tempur dengan  lengkap, tentu saja sebagai manusia makhluk yang lemah jangan lupa kita memohon kepada yang memiliki kekuasaan sepenuhnya yaitu, Allah SWT agar kita diluluskan. Jadi meski kita blepotan dalam berbahasa inggris tidak perlu minder untuk mengikuti serdos, ibarat sepak bola untuk menjebol gawang lawan bisa membangun serangan dari lini tengah, atau sayap kanan dan kiri bahkan dapat akselerasi membangun serangan umpan langsung dari belakang ke gawang agar bisa membobol gawang lawan. Begitulah tak ubahnya kita mengikuti serdos jika kita sadar test potensi akademik dan bahasa inggris nilainya kurang baik, kita harus punya kekuatan lebih di bidang jurnal ilmiah dan deskripsi diri, jika kiat-kiat ini sudah saudara laksanakan dengan baik maka insya allah, asesor terpaksa tidak bisa menolak untuk tidak meluluskan kita alias kita akan dinyatakan Lulus Sertifikasi Dosen sebagai dosen profesional yang akan dibarengi dengan tunjangan dari pemerintah.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 10 Maret 2021

MENGAPA ERA REFORMASI BANYAK YANG MEMILIH JADI PNS?

 



 

Oleh WARSITO, SH., M.Kn.

 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta

Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta

Alumni Magister Kenotariatan UI

Juara I Test Analis Undang-Undang DPR RI Tahun 2016  

Juara I Lomba Pidato MPR-DPR Tahun 2003



Saat ini mengapa banyak orang yang berlomba-lomba ingin jadi PNS?. Padahal tahun 1980an orang ogah untuk jadi abdi negara dengan lambang KORPRI ini. Jawabannya tidak lain dan tidak bukan meski gaji PNS itu kecil tetapi yang menggiurkan adalah tunjangannya. Siapakah yang tidak girang diterima PNS di gedung Bulat Senayan alias  gedung Wakil Rakyat MPR-DPR?. Meski gaji kecil sekali pada waktu itu tapi tunjangannya bikin ngiler kita semua. Siapa pula yang tidak tahu kala itu MPR berstatus sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentkan presiden dan wakil presiden?. Pengalaman saya diterima PNS Sekretariat Jenderal MPR pada tahun 1997, gaji memang kecil tapi tunjangannya lumayan gede, instansi yang lain belum ada tetapi Sekretariat Jenderal MPR sudah ada tunjangan ini dan itu. Saya diterima di Sekretariat Jenderal MPR bukan karena saya orang pintar bukan pula saya punya keahlian khusus seperti layaknya atlet yang masuk PNS diprioritaskan, tetapi karena bejo saja alias (untung) atas kebaikan seseorang saya dibantu bisa diterima masuk menjadi PNS Sekretariat Jenderal MPR-RI. Saya masuk PNS dengan start golongan IIA karena ijasah saya cuma SMA, tetapi senang dan bahagianya  sudah tidak ketulungan, satu kampung di daerah Kayen-Pati, Jawa-Tengah dibuat geger mendengar saya diterima di MPR sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan purbawisesa.

Namun, satu kampung tidak tahu saya PNS di MPR itu posisinya hanyalah sebagai pegawai rendahan menjadi suruhan belaka bukan orang penting di negeri ini yang dapat mengambil keputusan untuk bangsa dan negara. Selama bekerja di PNS MPR yang saya lihat, saya tahu dan saya rasakan ukurannya tidak penting orang pintar atau gebleknya seseorang, bukan pula males atau rajinnya pegawai, tetapi standardnya adalah golongan atau pangkat seseorang, siapa yang golongan dan pangkatnya tinggi disitulah dia punya kuasa untuk memerintah atau sebentar lagi akan memiliki jabatan. Sudah menjadi rahasia umum siapa yang ingin cepat menduduki jabatan harus pintar-pintar mengambil hati atasan selain memiliki jabatan dan pangkat yang sudah memenuhi syarat untuk dipromosikan. Jangan harap yang hanya bergolongan rendahan meski cerdas dan pintar serta rajin masuk kerja akan dapat naik jabatan, sekali lagi ukurannya adalah ijasah, pangkat dan golongan.

 

Gaji Kecil Tapi Tunjangannya Yang Bikin Kantong Tebal

Pada waktu tahun 1997 itu gaji pokok golongan IIA sekitar 197ribuan,  atas kebesaran Allah SWT saya bisa ngontrak rumah di Kebon Jeruk pertahun 3juta, bisa beli motor, bisa kirim orang tua di kampung dan bisa naik pesawat Garuda dari Bandara Ahmad Yani Semarang-Soekarno-Hatta, Jakarta, naik pesawat Garuda yang harga tiketnya 225ribu saja sudah menggemparkan masyarakat satu kampung. Sekarang naik pesawat tidak segempar itu lagi karena terkadang harga tiket kereta api justru lebih mahal ketimbang tiket pesawat. Itu semua karena meski gaji kecil pada waktu itu tapi tunjangannya pegawai di Sekretariat Jenderal MPR sudah cukup banyak, sehingga pada tahun 2000 hasil ngumpulin uang sidang saya sudah bisa beli mobil Daihatsu Clasy seharga 41juta rupiah.

Ketika saya masih melantai di lapangan tenis DPR RI alias sebagai ball boy penjaga bola tenis pada tahun 1984, pada waktu itu orang yang ditawari PNS banyak yang ogah menjalani, maklum pada waktu itu gaji PNS amat sangat kecil sekali, sampai ada yang bilang sory ya saya nggak mau jadi PNS saya pengin hidup bebas tanpa ada ikatan. Sayangnya, saya masih ingat orang yang merendahkan profesi PNS itu hidupnya kini justru keblangsak suka minta-minta sama temannya. Seiring dengan berjalannya waktu, kini status PNS menjadi seksi banyak diburu oleh pencari kerja, karena selain gaji pokok yang sudah bagus, ditambah tunjangan kinerja dan lain-lain penghasilan yang sangat aduhai sekali plus jaminan hari tua berupa pensiun. Namun tidak semua orang tertarik profesi PNS karena setiap orang memiliki talenta dan passion di bidangnya masing-masing semua dikembalikan kepada pribadi masing-masing.

 

Diterima PNS Bukan Karena Pinter Tapi Atas Kebaikan Orang

Saya diterima PNS memang bejo karena saya bisa bermain tenis lapangan menemani sparing partner pejabat-pejabat MPR bahkan sejak reformasi runtuhnya pak Harto berhenti dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998 saya sering bermain tenis menemani ketua MPR-DPR RI H. Harmoko. Pada waktu saya tes PNS hanya menjalani sebagai formalitas belaka soal ujian saya kerjakan seadanya, banyak pertanyaan yang tidak tahu langsung saya tutup lembar jawaban terus saya kumpulkan, termasuk test bahasa inggris nilai saya besar kemungkinan jeblok bagaimana bisa mengerjakan bahasa inggris dengan baik lha wong sehari-hari saya ngomong bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selang beberapa minggu hasil test PNS diumumkan. Hasilnya?. Saya dinyatakan lulus diterima masuk PNS Sekretariat Jenderal MPR dengan hati yang berbunga-bunga dan bangga sampai-sampai saya syukuran memotong 5 kambing sebagai bentuk sujud syukur saya kepada Allah SWT. Sejak menjadi PNS MPR hampir setiap minggu saya ketemu dan bermain tenis di lapangan tenis Sekretariat Jenderal MPR dengan H. Harmoko bapak saya dari kampung sampai nyidam datang ke lapangan tenis hanya ingin bersalaman dengan Harmoko. Niat bapak saya yang bersalaman dengan Harmoko sudah kesampaian dan senangnya bukan main diceritakanlah kepada satu kampung jika bapak benar-benar bisa ketemu Harmoko dan sudah bersalaman. Kata bapak saya tangannya Harmoko empuk banget seperti kapas. 

 

PNS Itu Mengabdi Kepada Negara Atau Mengabdi Kepada Orang?.

Kembali kepada laptop saya diterima PNS Sekretariat Jenderal MPR tahun 1997 tersebut bapak saya senangnya bukan main karena orang kampung dapat diterima di gedung yang Megah MPR/DPR yang diangini AC sepoi-poi basa, lagi-lagi orang tua tidak tahu bahwa anaknya yang hanya berijasah SMA masuk gedung bulat ini sesungguhnya sudah masuk terperangkap kandang macan. Ya Benar yang saya rasakan seperti masuk kandang harimau karena yang kuat akan menerkam yang lemah, yang berijasah dan pangkatnya tinggi akan menerkam pegawai-pegawai yang rendahan menjadi suruhan seenak jidatnya sendiri seperti barang yang bisa ditaruh kesana kemari, begitulah nasib jika hanya bertamatkan ijasah SMA ketika masuk PNS. Hati saya ketika itu selalu bertanya-tanya, sesungguhnya saya jadi PNS ini apakah mengabdi kepada orang atau mengabdi kepada Negara?. Makanya saya punya anak agar tidak bernasib tragis seperti saya dua anak saya berusaha sekuat tenaga untuk menyekolahkan setinggi-tingginya agar kelak masuk PNS tidak menjadi suruhan orang seenak udelnya.

Kembali masuk PNS MPR yang bejo tadi, nanti akan saya ceritakan pada episode berikutnya, mengapa dan kenapa akhirnya saya terpaksa harus meninggalkan untuk berhenti dengan hormat dari PNS atas permintaan sendiri pada tahun 2008, padahal waktu itu tunjangan PNS MPR sangat besar sudah ada uang sidang, uang paket, uang cuci jas, dll sangat menggiurkan sekali. Begitulah kehidupan, manusia memang berencana, Tuhan jualah yang menentukanNya.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

ALUN-ALUN PATI YANG BERSIH DAN INDAH YANG MEMILIKI TAGLINE KOTA BUMI MINA TANI

                                                         Alun-Alun, Pati, Jawa-Tengah   Pati Jawa-Tengah kini terus berbenah untuk mewujudka...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19