Ada beberapa alasan mengapa Logam
Mulia lebih untung ketimbang investasi tanah?. Dalam dunia investasi, dua aset
yang paling populer di Indonesia adalah logam mulia (terutama emas) dan tanah.
Keduanya sama-sama dianggap sebagai “aset aman”, namun cara kerja, modal, dan
manfaatnya sangat berbeda.
Banyak investor pemula sering
bingung memilih: apakah lebih baik menabung logam mulia atau membeli tanah?
Untuk membantu Anda menentukan
pilihan, berikut 7 alasan logam mulia lebih menguntungkan daripada tanah,
terutama bagi pemula yang ingin memulai investasi dengan lebih aman dan
fleksibel.
1. Modal Awal Jauh Lebih Kecil
Investasi logam mulia bisa dimulai dari:
- 0,1
gram
- 1 gram
- Tabungan
emas digital mulai Rp10.000
Sementara itu, tanah membutuhkan modal besar untuk:
- Uang
muka
- Balik
nama
- Notaris
- Pajak
Kesimpulan:
✔ Logam mulia cocok untuk semua kalangan, termasuk
mahasiswa dan anak muda.
✘ Tanah hanya cocok jika Anda sudah memiliki modal
besar.
2. Sangat Likuid (Mudah Dijual Kapan Saja)
Logam mulia bisa dicairkan dalam hitungan menit melalui:
- Toko
emas
- Pegadaian
- Marketplace
- Bank
tertentu
Sebaliknya, menjual tanah membutuhkan waktu berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan. Bahkan bisa bertahun-tahun jika lokasinya kurang
strategis.
Kesimpulan:
✔ Logam mulia = cepat dan mudah dijual
✘ Tanah = proses panjang, peminat terbatas
3. Tidak Perlu Perawatan & Bebas Biaya Tambahan
Logam mulia tidak memerlukan:
- Perawatan
- Renovasi
- Biaya
kebersihan
- Pajak
tinggi
- Perbaikan
Sementara tanah membutuhkan perhatian rutin, terutama jika
tidak dibangun atau digunakan, seperti:
- Pajak
bumi dan bangunan
- Rumput
yang harus dibersihkan
- Resiko
diambil alih atau ditempati orang lain
Kesimpulan:
✔ Logam mulia = investasi murni tanpa biaya tambahan
✘ Tanah = ada biaya perawatan dan risiko fisik
4. Nilainya Stabil dan Tahan Krisis
Saat ekonomi mengalami:
- Inflasi
- Nilai
rupiah melemah
- Krisis
keuangan
Harga emas justru cenderung naik. Inilah alasan emas
disebut “safe haven”.
Sementara tanah memang naik, tetapi kenaikannya dipengaruhi:
- Lokasi
- Infrastruktur
- Akses
- Peminat
- Perkembangan
area
Kesimpulan:
✔ Logam mulia = tetap menguat di masa krisis
✘ Tanah = naik, tapi tidak sefleksibel emas
5. Risiko Sangat Rendah
Risiko logam mulia hanya pada penyimpanan. Selama disimpan
dengan aman:
- Tidak
rusak
- Tidak
menyusut
- Tidak
terkena bencana
- Tidak
terpengaruh lokasi
Sementara tanah punya risiko:
- Tanah
sengketa
- Pembebasan
lahan
- Perubahan
aturan tata ruang
- Kebanjiran
- Nilai
stagnan karena lokasi buruk
Kesimpulan:
✔ Logam mulia = salah satu aset dengan risiko paling
rendah
✘ Tanah = risiko legalitas dan lokasi cukup tinggi
6. Cocok untuk Tujuan Jangka Pendek–Menengah
Logam mulia fleksibel untuk berbagai tujuan:
- Tabungan
dana darurat
- Persiapan
menikah
- Persiapan
pendidikan
- Target
investasi 1–5 tahun
Sementara tanah lebih cocok untuk jangka panjang:
- Minimal
5–15 tahun
- Harus
menunggu area berkembang
Kesimpulan:
✔ Logam mulia = cocok untuk semua durasi
✘ Tanah = terlalu panjang untuk pemula
7. Mudah Dibeli, Disimpan, dan Dikelola
Saat ini, logam mulia bisa dibeli melalui:
- Aplikasi
digital
- Pegadaian
- Bank
- Marketplace
resmi
- Toko
emas terpercaya
Anda pun bisa menyimpan emas:
- Secara
fisik
- Secara
digital di lembaga resmi
Tanah membutuhkan proses panjang:
- Survei
lokasi
- Cek
legalitas
- Akta
jual beli
- Balik
nama sertifikat
- Notaris
Kesimpulan:
✔ Proses pembelian emas jauh lebih praktis
✘ Tanah = banyak prosedur dan waktu yang diperlukan
Kesimpulan Utama
Logam mulia lebih menguntungkan dibanding tanah jika
Anda:
- Pemula
dengan modal terbatas
- Ingin
likuiditas tinggi
- Tidak
mau repot mengurus aset
- Ingin
aset aman & tahan inflasi
- Ingin
investasi yang fleksibel dan mudah
Tanah tetap bagus untuk jangka panjang, tetapi logam
mulia jauh lebih ideal sebagai investasi awal sebelum Anda memiliki
modal besar untuk properti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.