Oleh WARSITO
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta
Saya pemegang rekening
nomor: 2650015547 atas nama Warsito, Bank Mandiri Syariah Cabang KCP Tangerang,
Malabar. Ketika saya mengambil uang lewat
ATM, mata saya terbelalak. Pasalnya, saldo saya bertambah secara tiba-tiba sekitar
sepuluh jutaan. Pikir saya, ini penambahan karena hadiah atau apresiasi dari Bank
Mandiri Syariah. Jujur saja, ada keinginan
langsung untuk menarik saldo siluman, siapa yang tidak senang adanya rezeki
nomplok tersebut?, tetapi, ada konflik batin,
sebab, ini bukan hak saya. Di Bank Mandiri Syariah TangCity, Tangerang,
tempat saya menarik uang di ATM, saya meminta klarifikasi kepada
Custumer Service perihal adanya penambahan saldo, tetapi, jawabannya menguatkan
bahwa saldo tersebut memang milik saya. Tentu saja saya bertambah penasaran, sebab,
saya ingat betul, bahwa saldo yang saya miliki
tidak sebesar itu. Untuk second
opinion (konfirmasi pembanding), saya mendatangi tempat membuka tabungan Mandiri Syariah, Cabang KCP
Tangerang, Malabar. Semula jawabannya
sama, membenarkan bahwa saldo saya sebesar itu. Masih tidak percaya, saya meminta
pegawai bank tersebut untuk melakukan pengecekan ulang saldo dengan cermat dan teliti.
Akhirnya, didapati jawaban berbeda sebelumnya, membenarkan bahwa
saldo saya memang bertambah. Menurutnya,
dalam beberapa hari akan di debit secara
otomatis oleh Bank Mandiri Syariah. Terbukti, memang sudah di debit sesuai
saldo sebenar-benarnya yang saya miliki. Penasaran akan kejadian ini, saya bertanya teman
yang bekerja di Bank Mandiri Syariah, membenarkan
bahwa sering terjadi kasus seperti ini, utamanya setiap pergantian tahun baru, ada
migrasi penambahan saldo secara siluman. Yang saya sesalkan, cuma ketika saya
melaporkan penambahan saldo ini, tidak ada reaksi positip dari petugas Bank
Mandiri Syariah, sikapnya begitu dingin, sedingin salju dan cuek,
apalagi mengucapkan terima kasih.
Padahal, jika mau, uang bisa saya tarik lewat ATM, dan secara normatif saya
tidak bisa dipersalahkan. Dalam kasus ini, ada beberapa teman saya yang
mengatakan saya bodoh, kenapa tidak diambil “rezeki nomplok” ini?. Saya menyadari, bahwa duit itu bukan
hak saya, selain berdosa, kasihan tumbuh kembang anak-anak saya, jika uang
tersebut saya pergunakan untuk kebutuhan dan keperluan mereka. Dalam hal ini, biarlah
saya dianggap orang lain bodoh, daripada uang saya ambil, tetapi batin saya tidak
tenang, untuk apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.