Senin, 07 September 2015

SURAT SETENGAH RAHASIA UNTUK JOKOWI






                                            Oleh WARSITO, SH., M.Kn.                                                                         
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama, Jakarta  
                Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat sudah digelar 9 Juli 2014 untuk kali ketiga di era reformasi ini. Sebelumnya, dilaksanakan pada tahun 2004 dan 2009. Dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden: Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Versus Joko Widodo-Jusuf Kalla, bertarung sengit dan habis-habisan untuk merebut hati rakyat.
                Sebagai dosen yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, saya memberikan kebebasan kepada keluarga untuk memilih sekehendak hatinya. Kami, pasangan keluarga terdiri dari suami-istri, satu anak perempuan yang masih duduk di kelas  9 SMP, dan satu anak laki-laki kelas 6 SD, masing-masing berbeda pendapat dalam hal  menjatuhkan pilihan hati kepada kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Ketika saya bertanya kepada anak perempuan: “Siapakah calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan dipilih”?, dia menjawab: “Prabowo Subianto-Hatta Rajasa”, alasannya, Prabowo cerdas, tegas dan pemberani, ditambah dapat menjaga keutuhan NKRI. Selanjutnya, giliran saya bertanya kepada anak laki-laki: “Siapakah gerangan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan dipilih”?, dia menjawab: “Joko Widodo-Jusuf Kalla”, ketika saya bertanya alasannya tidak tahu, tetapi akhirnya menjawab juga, Jokowi orangnya santun, terlihat sederhana juga pembawaannya alamiah (apa adanya). Sayang, kepada kedua anak saya yang berbeda pendapat tersebut belum memiliki hak pilih.
                Berbeda, ketika saya bertanya kepada istri: “Siapakah Presiden dan Wakil Presiden yang akan ibu pilih”? Dia menjawab: “Prabowo Subianto-Hatta Rajasa”, alasannya, hampir sama dengan anak perempuan, selain tegas, gagah pemberani juga berjanji akan mengembalikan aset-aset nasional yang telah dijarah asing. Kini, giliran istri yang bertanya kepada saya: “Kalau bapak sebenarnya milih yang mana”? Saya katakan kepada istri: “Untuk saat ini, putra terbaik bangsa adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla”, alasannya, selain sama seperti yang disebutkan anak laki-laki, saya tambahkan, bahwa Joko Widodo meski badannya kecil, tapi trengginas, kalem, tegas dan berani menyatakan koalisi tanpa syarat, bebas menentukan menteri-menterinya dari imbalan partai politik, selain itu bebas dari problem masa lalu. Dalam hati saya membatin, dalam perspektif ilmu politik dan ilmu pemerintahan,  hampir mustahil yang namanya koalisi bebas tanpa syarat. Istri sempat tidak setuju dengan pendapat saya. Lalu istri bertanya lagi: “Jadi siapakah yang harus saya pilih pak”?. Saya menjawab: “Terserah hati nurani ibu, boleh kita berbeda pendapat meski suami istri!”.
                Sebelum berangkat mencoblos ke TPS untuk menjatuhkan pilihan, istri saya pamit tidur dulu sebentar. Kisah ini nyata: aneh bin ajaib sekali!  ketika setengah tidur itu, istri saya berteriak-teriak memanggil saya, bahwa baru saja bermimpi untuk memilih Jokowi menjadi presiden. Kontan saja saya dibuatnya kaget perubahan dramatis istri memilih Presiden. Singkatnya, pada akhirnya saya dan istri bersama-sama ke bilik suara memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang sama.
                Pak Jokowi, Istri saya adalah seorang PNS, dalam perjalanan pemerintahan pak Jokowi, gaji ke-13 dan rapel kenaikan gaji tahun kemarin dirasakan lambat cairnya. Pada awal pokok persoalan itu, istri mulai mengeluh dan komplain kepada saya: “Bapak sih yang nyuruh-nyuruh saya memilih Jokowi, jadinya ya begini, nyesel aku!”. Saya jelaskan, tugas presiden itu numpuk dan berat, karena kesibukannya barangkali PP nya belum bisa menandatangani sebagai dasar hukumnya, sabar ya bu!. Saya tambahkan: “bahwa ibu sendiri yang berubah pilihan dari memilih Prabowo menjadi memilih Jokowi, ibu nggak memilih Jokowi, atau satu perumahan ini nggak memilih Jokowi tetap akan jadi Presiden!”. Begitulah pak Jokowi, saya pernah ribut kecil-kecilan dengan istri, hanya soal sepele jagoan saya yang sekarang menjadi presiden dianggap tidak cekatan.
                Pak Jokowi yang berhormat, yang memilih bapak jadi Presiden RI itu tentunya bukan dari keluarga saya saja, ratusan, ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia terpana dan  “tersihir” menjatuhkan pilihan hati kepada bapak dengan harapan, selain bapak perhatian kepada PNS, utamanya perhatian kepada rakyat kecil dengan cara menstabilkan harga-harga di pasaran yang kian hari kian meroket harganya. Kini, rakyat sudah banyak lapar, tidak butuh pencitraan butuh bukti konkret agar pemerintah melaksanakan kewajiban mensejahterakan rakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

Bangga Anak Saya Diterima di IPB Jurusan Kimia

  Siapa orang tua yang tidak bangga dan terharu anaknya dapat diterima di PTN ternama. Hari yang membanggakan pada tahun 2016 itu akhirnya t...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19