Jumat, 10 Januari 2025

Tersungkur Saya Ketika Berjumpa Dengan Wali Allah SWT Saya Kira Dia Orang Gila: Sebuah Pengalaman Spiritual yang Mengubah Hidup

 

Tersungkur Saya Ketika Berjumpa Dengan Wali Allah SWT Saya Kira Dia Orang Gila: Sebuah Pengalaman Spiritual yang Mengubah Hidup

Pada tahun 1995, tepatnya bulan Februari, saya mendapatkan sebuah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Pengalaman yang membawa saya bertemu dengan seorang Wali Allah SWT, yang pada saat itu dikenal dengan nama Mbah Kyai Ismail, atau lebih sering disebut oleh masyarakat setempat sebagai Mbah Mail. Beliau adalah seorang ulama yang sangat dihormati di Desa Tawang Harjo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Banyak kyai-kyai yang datang di mbah Mail ini dikuliti karena tidak bisa menjalankan apa yang ditausiahkan. Banyak juga dukun-dukun yang datang disuruh pulang beliau mengatakan: "Ngopo kowe rene wis dadi pandito dewe".

Awal Perjalanan yang Menegangkan

Perjalanan saya menuju Mbah Ismail dimulai ketika saya merasa sudah kehabisan harapan setelah berobat ke puluhan dokter tanpa hasil yang memuaskan. Kondisi saya sangat buruk, karena saya sering kali pingsan tanpa sebab yang jelas. Semua dokter yang saya datangi tidak bisa menemukan penyakit saya, seakan-akan nyawa saya terancam setiap kali penyakit saya kambuh.

Pada saat itulah, ayah saya menyarankan agar saya pergi ke tempat  "orang pintar" yang katanya bisa menyembuhkan orang-orang dengan masalah seperti saya dan bisa tahu sak durunge pinarak (tahu maksud kedatangan saya). Jujur saja waktu itu saya tidak percaya yang begitu-begitu, yang katanya ada orang yang punya kelebihan. Bapak saya mengarahkannya kepada Mbah Kyai Ismail, seorang yang menurut kabar masyarakat memiliki kemampuan luar biasa, bahkan dikenal sebagai seorang Wali Allah yang sering membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Jawaban saya kepada bapak kala itu atas tawaran tsb boleh pak saya diajak kesana kalau memang beliau orang alim dan dapat membimbing saya ke arah yang lebih baik, bahkan saya dibunuh pun siap.

Saya pun kemudian berangkat menuju rumah Mbah Ismail, dengan harapan bisa mendapatkan pertolongan. Dalam perjalanan menuju rumah beliau, saya berusaha mencari tahu alamatnya dengan bertanya pada beberapa orang. Tanpa diduga, saya malah bertemu langsung dengan Mbah Ismail, yang sedang bersepeda ontel di jalan. Saya bertanya dengan sopan, "Mbah, daleme Mbah Ismail niku pundi?" yang artinya, "Mbah, rumah Mbah Ismail itu di mana?" Namun, bukannya menjawab, beliau justru menggertak saya dengan stang sepeda yang di tangan kanannya, sambil memegang arit. Saya terkejut dan takut, lalu mundur menjauh.

Meskipun takut, saya tetap penasaran dan mencoba bertanya lagi pada Mbah Ismail. Tapi, respons yang saya dapatkan masih sama beliau kembali menggertak saya. Saya mulai berpikir bahwa beliau mungkin orang gila, atau setidaknya seseorang yang tidak ramah. Namun, pada percakapan ketiga kalinya, saya bertanya lagi dengan penuh kesabaran, "Mbah, daleme Mbah Ismail niku pundi?" Kali ini, beliau menjawab dengan penuh kelembutan, " Kowe arep ngopo nong nggone Mbah Ismail?. jawaban saya kulo bade sowan mbah, dijawab lagi: Wong iku kan soko amal ibadahe dewe-dewe," yang artinya, " Kamu mau ngapain silaturrahim ke rumah mbah Ismail orang Itu kan hasil dari amal ibadah masing-masing."

Saya merasa kebingungan, namun rasa penasaran saya semakin kuat. Hingga akhirnya sampai di rumahnya yang sederhana, dan baru saya sadar bahwa orang yang saya temui di jalan tadi adalah Mbah Kyai Ismail itu sendiri.

Pertemuan yang Mengubah Hidup Saya

Setibanya di rumah Mbah Ismail, diantara banyaknya tamu yang datang dengan berbagai keperluan. Namun, yang mengejutkan saya adalah, saya satu-satunya yang dipanggil terlebih dahulu oleh Mbah Ismail untuk mendekat. Tanpa basa-basi, beliau langsung menghardik saya habis-habisan, memaki-maki saya tidak ketulungan sampai istrinya keluar membelai-belai rambut saya. beliau tahu bahwa saya sedikit bisa ngaji tetapi tidak mau mempraktekkan, beliau tahu shalat saya bolong-bolong, beliau tahu penyakit saya bukan dari medis, Beliau tahu bahwa saya sebenarnya bisa mengaji, namun saya tidak pernah mau mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh dan beliau tahu saya ada melanggar larangan Allah SWT (yang penting bukan mencuri dan narkoba). Setelah dimaki habis2an barulah saya diajak ngobrol santai dan diberikan wejangan agar kehidupan ini lebih dekat kepada Allah SWT.

Mbah Ismail mengingatkan saya bahwa hidup saya tidak akan bisa tenang jika terus mengabaikan kewajiban agama dan tidak mendekatkan diri pada Allah SWT. Meskipun saat itu saya merasa malu dan terluka karena dimaki-maki, saya justru merasa ada sesuatu yang mendalam yang masuk ke dalam hati saya. Saya merasakan seolah-olah Mbah Ismail melihat ke dalam diri saya dan tahu betul apa yang saya butuhkan.

Kampung saya pun gempar dengan berita bahwa saya, dimarahi oleh Mbah Ismail. Namun, yang menarik adalah, sebagian besar orang, terutama para kyai dan warga kampung, justru menganggap saya beruntung. Mereka menganggap bahwa tidak semua orang bisa dimaki-maki wali Allah SWT, memang benar yang saya rasakan justru saya merasa mendapatkan nasihat yang sangat berharga dari seorang Wali Allah, yang mungkin hanya sedikit orang yang berkesempatan mendapatkan hidayah.

Sebuah Peringatan yang Penuh Hikmah

Perjumpaan saya dengan Mbah Ismail pada waktu itu benar-benar membuka mata hati saya. Saya mulai menyadari bahwa penyakit yang saya derita bukanlah semata-mata masalah fisik, melainkan juga merupakan peringatan dari Allah SWT agar saya kembali ke jalan yang benar. Saya menyadari bahwa saya sudah jauh dari ajaran agama dan lebih banyak terjerumus dalam kehidupan dunia yang penuh kesenangan semu.

Setelah pertemuan itu, saya berusaha untuk memperbaiki diri. Saya mulai kembali rajin beribadah, membaca Al-Qur'an, dan menjalani hidup dengan lebih baik. Penyakit saya yang dahulu sering kambuh betul-betul sembuh setelah dipandu bagaimana cara mandinya, dan saya merasa lebih tenang serta damai dalam hati. Semua ini tidak lepas dari berkat nasihat dan peringatan yang diberikan oleh Mbah Kyai Ismail.

Beliau ternyata masih keturunan dari Sunan Kalijaga, seorang Wali yang sangat terkenal di tanah Jawa, memang memiliki karomah dan kemampuan yang luar biasa. Namun, yang paling berkesan dari pertemuan itu bukanlah kehebatan beliau dalam menyembuhkan, melainkan peringatan yang beliau berikan agar saya kembali ke jalan yang benar, jalan yang diperintahkan oleh Allah SWT  dan Nabi.

Kewalian mbah Isamail yang saya rasakan beliau bisa datang ke rumah saya, lagi apa yang disampaikan beliau ke depannya benar-benar menjadi kenyataan.

Kesimpulan

Pengalaman saya bertemu dengan Mbah Kyai Ismail pada tahun 1995 bukan hanya sekadar pertemuan dengan seorang ulama atau Wali Allah, melainkan juga merupakan perjalanan spiritual yang mengubah hidup saya. Pertemuan ini menjadi titik balik dalam hidup saya, yang membuat saya menyadari pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Hikmah terbesar dari perjumpaan ini adalah bahwa setiap pertemuan dengan orang yang shalih dan dekat dengan Allah, terutama para Wali, selalu membawa berkah dan peringatan yang sangat berharga. Mbah Kyai Ismail telah mengingatkan saya untuk tidak melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh para Nabi dan Wali-Nya. Mbah Ismail telah dipanggil oleh Allah SWT pada tahun 2005 setiap haulnya sangat ramai warga yang berdesak-desakan ke makamnya.

Saya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk bertemu dengan beliau, dan saya akan terus mengingat pesan-pesan yang beliau berikan sepanjang hidup saya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

Pembatasan Kekuasaan dalam Negara Hukum Menurut UUD 1945

  Pembatasan Kekuasaan dalam Negara Hukum Menurut UUD 1945 Dalam konteks sistem ketatanegaraan Indonesia, negara hukum atau rechstaat meme...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19