Ada adagium di kalangan masyarakat, jika tidak ngutang tidak bisa punya barang. Kredit rumah, kendaraan bermotor sudah menjadi gaya hidup sehari-hari. Mereka pikir kapan punya rumah, kapan punya mobil kalau harus ngumpulin sampai duit menggunung nggak bakalan ngumpul-ngumpul, begitulah pomeo kehidupan sehari-hari dan penulis pun pernah merasakan panasnya ngutang, baik utang rumah, dan mobil meski akhirnya kebayar juga tapi memang namanya utang agak ngos-ngosan untuk membayar apalagi kalau telat dikit pasti sudah dihubungi oleh pihak leasing dengan alasan mengingatkan.
Pengalaman Sering Hutang Hidup Tidak Berkah
Harus saya akui dengan jujur bahwa ketika saya sering ngutang memang hidup ini tidak tenang dan tidak berkah karena dikejar-kejar oleh utang meski memang pada kenyataannya kebayar juga tapi menjadikan hidup ini tidak sehat dan bisa menjadikan kita terserang tensi tinggi. Soal utang ini pola pikir, sudah saya rubah mulai tulisan ini saya buat saya berkeinginan untuk tidak mau hutang lagi karena disamping berat untuk membayar juga ada unsur ribanya yang dilarang oleh Allah SWT. Pada tahun 2006 saya punya kartu kredit mandiri sudah saya tutup, begitu juga cicilan kendaraan sudah lunas semua terkadang saya merenung coba kalau saya tidak ngutang saya sudah punya duit banyak, untuk membayar bunga saja sudah banyak belum kendaraan yang saya beli hasil kredit dari tahun ke tahun harganya pasti menyusut. Makanya sekarang saya berpikir kalau tidak punya duit mending tidak usah beli barang dengan cara kredit cara hidup ini sangat tidak sehat. Hidup gali lubang tutup lubang itu sangat tidak enak sekali hidup dikejar-kejar hutang tidak damai dan tidak nyaman. Maka sobat sekalian pola pikir hutang ini harus dirubah kecuali kita dalam kondisi darurat. Lebih baik kita hidup sederhana tetapi tidak memiliki hutang ketimbang kita kelihatannya wah punya kartu kredit berjejer tetapi dikejar-kejar hutang buat apa. Hidup harus disesuaikan dengan kemampuan yang ada jangan besar pasak daripada tiang itu sangat tidak baik. Jangan menuruti keinginan tapi kebutuhan kita sebab manusia itu tidak ada puasnya dalam memperoleh keinginan. Meski kita berjalan kaki tidak bermobil tetapi tidak berhutang sesungguhnya lebih mulia ketimbang orang yang bermobil mewah tetapi dikejar-kejar hutang. Itulah hakekatnya kehidupan jangan dilihat tampilannya tetapi lihatlah hakekat hidupnya. Saya bisa menulis begini karena jam terbang dalam kehidupan ini sudah makan asam garam jadi tahu mana yang baik dan tahu mana yang buruk harus ditinggalkan saya mendidik anak pun saya ajari untuk bisa hidup sederhana agar kelak orang tuanya sudah tidak ada mereka bisa hidup mandiri dan tidak terlantar. Jadi kita juga harus berpikir untuk anak-anak agar orang tua bisa menjadi contoh dalam praktek kehidupan ini. Namun meski kita harus hidup sederhana kita tidak boleh kikir alias pelit kepada orang yang membutuhkan. Kita harus bisa membantu sesama yang membutuhkan sesuai kemampuan kita, kita membantu orang lain percayalah kita juga pasti ditolong oleh Allah SWT dengan jalan yang tidak disangka-sangka darimana arah datangnya. Disini harus dibedakan antara hidup sederhana dengan pelit, hidup sederhana tidak harus pelit justru kita harus membantu orang lain, karena kita pernah merasakan bagaimana getirnya jika kita hidup dalam kekurangan.
Begitulah selayang pandang cara agar hidup ini berkah jangan kita memperbanyak hutang, tetapi hiduplah sederhana niscaya kehidupan kita damai dan sentausa karena hidup kita tidak terlilit oleh riba, jika kita menjauhi riba insya allah hidup kita akan damai dan Allah SWT akan ridho. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.