Bekerja di kota besar seperti Jakarta sering kali memaksa kita untuk beradaptasi dengan berbagai moda transportasi publik yang tersedia. Salah satu pilihan yang sering digunakan oleh banyak pekerja adalah kereta api. Meskipun kereta api menawarkan harga yang relatif terjangkau, kenyataannya tidak semua aspek perjalanan dengan kereta api bisa dianggap menguntungkan. Dalam artikel ini, saya akan mengungkapkan beberapa kelemahan dan kerugian bekerja naik kereta api, berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai pengajar di Universitas Jayabaya dan Universitas Ibnu Chaldun, yang berangkat dari Stasiun Tangerang atau Stasiun Batu Ceper menuju kampus.
1. Kepadatan dan Desakan di Jam Sibuk
Salah satu kelemahan terbesar bekerja naik kereta api adalah masalah kepadatan, terutama pada jam-jam sibuk. Kereta api murah memang menjadi pilihan utama bagi banyak orang karena harganya yang sangat terjangkau, namun kenyamanan sering kali menjadi hal yang harus dikorbankan.
Pada jam kerja pagi atau sore, kereta api biasanya penuh sesak, dengan penumpang yang berdiri di lorong-lorong dan bahkan di pintu. Suasana ini sangat tidak nyaman, terutama bagi mereka yang harus berdiri selama perjalanan panjang. Tidak jarang saya harus berdesakan dengan penumpang lain, berusaha mencari ruang sedikit saja untuk bisa berdiri dengan sedikit lebih nyaman. Kondisi ini tentu bisa menguras energi dan membuat perjalanan terasa sangat melelahkan, apalagi setelah seharian bekerja atau mengajar.
2. Ketidaknyamanan Selama Perjalanan
Meskipun kereta api menawarkan harga yang terjangkau, kenyamanan menjadi hal yang sangat terganggu jika kita tidak cukup beruntung mendapatkan tempat duduk. Kereta api yang penuh dengan penumpang tentu saja tidak memberikan pengalaman perjalanan yang menyenangkan. Anda harus siap menghadapi keramaian, kebisingan, dan terkadang udara yang kurang sejuk, terutama di luar jam-jam tertentu.
Jika perjalanan berlangsung lama, rasa tidak nyaman ini bisa sangat mengganggu konsentrasi atau bahkan mempengaruhi kondisi fisik. Jika dibandingkan dengan moda transportasi lain seperti taksi atau mobil pribadi, kereta api jelas kurang bisa memberikan kenyamanan dalam perjalanan.
3. Waktu yang Terbuang di Stasiun dan Perjalanan Lanjutan
Meskipun saya memilih kereta api dari Stasiun Tangerang atau Batu Ceper untuk menuju ke kampus, kenyataannya perjalanan tidak berhenti begitu saja setelah turun di stasiun Kramat. Dari stasiun tersebut, saya masih harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Grab Car untuk mencapai Universitas Jayabaya atau Universitas Ibnu Chaldun. Ini berarti, meskipun saya menggunakan kereta api untuk menghemat biaya transportasi, saya tetap harus mengeluarkan biaya tambahan untuk Grab Car yang bisa cukup mahal, tergantung pada jarak dan kemacetan.
Biaya tambahan ini tentu menjadi kerugian yang cukup signifikan, apalagi jika dihitung dalam jangka panjang. Seringkali, biaya transportasi yang awalnya murah dengan kereta api bisa meningkat drastis setelah memperhitungkan biaya Grab car atau transportasi lanjutan lainnya.
4. Kerugian Waktu dan Keterlambatan
Keterlambatan kereta api adalah masalah yang sering terjadi. Walaupun sistem kereta api di Indonesia terus berkembang, tetap saja ada beberapa faktor yang menyebabkan kereta terlambat. Mulai dari cuaca buruk, gangguan pada jalur, hingga penumpang yang tidak disiplin. Keterlambatan ini tentunya berisiko membuat saya terlambat untuk mengajar di kampus, yang dapat mempengaruhi produktivitas dan reputasi profesional saya.
Selain itu, meskipun kereta api menawarkan waktu tempuh yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kendaraan pribadi dalam beberapa kasus, jika terjadi kemacetan di jalur yang harus saya tempuh setelah turun di stasiun, waktu perjalanan bisa jauh lebih lama dari yang diperkirakan.
5. Keterbatasan Aksesibilitas untuk Pengguna dengan Kendaraan Pribadi
Sebagai seseorang yang sering membawa motor untuk keperluan lain, kereta api tidak selalu menjadi pilihan terbaik. Meskipun ada fasilitas penitipan motor di beberapa stasiun, saya harus tetap menghadapi biaya tambahan untuk titip motor, serta harus mengatur waktu lebih banyak untuk mengambil motor setelah sampai di kampus. Hal ini tentu membuat saya merasa lebih terbatas dalam memilih transportasi yang lebih fleksibel.
Bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi dan lebih suka menggunakan motor, memilih kereta api tidak selalu memberikan keuntungan dalam hal aksesibilitas atau kenyamanan. Meskipun saya masih bisa menggunakan kereta api jika ingin menghemat biaya, faktor ketergantungan pada transportasi lain untuk melanjutkan perjalanan tetap menjadi kerugian besar.
6. Kurangnya Privasi dan Ruang Pribadi
Kereta api, terutama yang penuh dengan penumpang, memang tidak memberikan privasi yang diinginkan. Sebagai seorang yang sering bekerja dalam suasana yang membutuhkan ketenangan, kadang saya merasa terdistorsi oleh keramaian, suara percakapan, dan interaksi antarpenumpang. Jika saya harus menyiapkan materi kuliah atau melakukan pekerjaan lainnya dalam perjalanan, lingkungan yang penuh sesak dan bising tentu bukanlah tempat yang ideal.
Kesimpulan
Meskipun kereta api merupakan moda transportasi yang terjangkau dan bisa menjadi pilihan yang baik dalam beberapa situasi, ada banyak kelemahan dan kerugian yang harus dipertimbangkan, terutama jika kita bekerja di kota besar seperti Jakarta. Kepadatan penumpang, ketidaknyamanan perjalanan, keterbatasan waktu, biaya tambahan untuk transportasi lanjutan, serta kurangnya privasi menjadi beberapa hal yang perlu dipikirkan sebelum memutuskan untuk naik kereta api setiap hari.
Bagi saya, meskipun harga kereta api sangat menarik, kenyamanan dan efisiensi perjalanan sering kali menjadi pertimbangan utama. Dalam beberapa situasi, mungkin lebih bijak untuk mencari alternatif transportasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup kita, meskipun itu berarti harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Kamis, 05 Desember 2024
Kelemahan dan Kerugian Bekerja Naik Kereta Api: Pengalaman dan Refleksi Pribadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI
Pembentukan dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum dalam Hukum Ketatanegaraan Indonesia
Pembentukan dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum dalam Hukum Ketatanegaraan Indonesia Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan salah satu lembaga...
Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19
-
Foto Teknisi IndoHome di Rumah Tanggal 1 Agustus 2024 Ternyata tidak banyak orang yang tahu tentang singkatan IndiHome ternyata ke...
-
Barangkali terdengar berlawanan orang yang sedang dimaki-maki dan dikuliti habis-habisan oleh orang lain justru dikatakan orang yang...
-
O leh WARSITO, SH., M.Kn. Dosen Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta Dosen Fakultas Hukum Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta Alumni...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.