Setiap penulis pasti memiliki impian untuk karyanya dapat dibaca oleh banyak orang, terutama melalui media nasional yang memiliki jangkauan luas. Bagi saya, impian itu akhirnya menjadi kenyataan ketika artikel pertama saya berhasil menembus Media Indonesia pada 5 Mei 2007, salah satu media besar di tanah air. Betapa bahagianya bisa melihat tulisan saya diterbitkan di media nasional, apalagi dengan honor yang cukup untuk membeli susu anak saya. Sensasi itu tak hanya memberikan kebanggaan pribadi, tetapi juga memberi semangat baru untuk terus menulis dan berkarya.
Hobi menulis memang sudah lama saya geluti, namun menulis
artikel yang diterbitkan di media besar seperti Media Indonesia adalah
pengalaman pertama yang sangat berarti. Sebelumnya, saya hanya menulis untuk
blog pribadi atau mengirimkan tulisan ke media lokal. Namun, kali ini ada
sesuatu yang berbeda. Artikel saya yang membahas tentang Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) berhasil diterima dan diterbitkan. Ini adalah titik awal yang
mengubah pandangan saya tentang dunia jurnalistik dan penulisan opini di media.
Mengangkat Isu DPD yang Tidak Diberikan Kewenangan oleh
Konstitusi
Artikel saya yang pertama kali diterbitkan mengangkat isu
keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang, menurut pandangan saya, tidak
memiliki kewenangan jelas berdasarkan konstitusi. Dalam tulisan itu, saya
mencoba menganalisis posisi DPD dalam sistem pemerintahan Indonesia. Meskipun
keberadaannya diakui dalam konstitusi, DPD tidak diberikan kewenangan yang
sebanding dengan tugas dan fungsinya. Hal ini menjadikan DPD seolah-olah ada
tanpa arti yang jelas, seperti institusi yang "antara ada dan tiada".
Saya menyarankan agar ada dua pilihan terkait nasib DPD ke
depannya: pertama, memperkuat peran DPD dengan memberikan kewenangan yang lebih
besar sesuai dengan mandat konstitusi, atau kedua, membubarkan DPD karena
fungsinya yang cenderung "meaningless" (tanpa makna). Saya merasa
penting untuk menyuarakan pendapat ini karena DPD sebagai lembaga yang berperan
dalam mewakili daerah di Indonesia harus memiliki legitimasi yang lebih jelas
dan peran yang lebih nyata.
Kegembiraan yang Tak Terbendung
Ketika saya pertama kali mendapat kabar bahwa artikel saya
diterima oleh Media Indonesia, rasa senang saya tak bisa dibendung. Bagaimana
tidak? Sebagai seorang penulis yang belum memiliki banyak pengalaman di media
nasional, bisa tembus ke Media Indonesia adalah pencapaian luar biasa. Namun,
yang lebih menggembirakan lagi adalah honor yang saya terima dari penerbitan
artikel tersebut. Uang itu bukan hanya sekadar honor biasa, tetapi cukup untuk
membeli susu anak saya, yang pada saat itu sangat saya butuhkan. Itu adalah
momen yang sangat emosional bagi saya, karena selain memenuhi impian pribadi,
saya juga bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga.
Sebagai penulis, honor dari tulisan ini sangat berarti.
Meskipun uang yang saya terima tidaklah banyak, tetapi bagi saya itu adalah
simbol kerja keras dan pengakuan terhadap karya saya. Di saat itu, saya merasa
seperti seorang pahlawan kecil yang bisa memberi kebahagiaan pada keluarga,
terutama anak saya. Ini membuat saya semakin yakin bahwa menulis bukan hanya
soal berbagi ide, tetapi juga bisa memberikan dampak nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Pelajaran Berharga dari Pengalaman Pertama
Dari pengalaman pertama kali artikel saya diterbitkan di
media nasional, ada beberapa pelajaran berharga yang saya dapatkan. Pertama,
saya belajar bahwa menulis bukan hanya soal memiliki ide yang bagus, tetapi
juga tentang kesabaran, ketekunan, dan konsistensi. Tentu saja, tidak mudah
untuk bisa diterima di media besar, tetapi dengan terus berusaha dan
memperbaiki kualitas tulisan, kesempatan itu akhirnya datang.
Kedua, saya belajar bahwa menulis itu adalah proses yang
harus dijalani dengan penuh dedikasi. Banyak kali tulisan saya ditolak oleh
beberapa media, namun saya tidak menyerah. Setiap penolakan adalah kesempatan
untuk memperbaiki diri dan menulis lebih baik lagi.
Ketiga, saya juga belajar tentang pentingnya memahami
audiens dan topik yang sedang hangat diperbincangkan. Dalam hal ini, saya
memilih tema yang relevan dengan dinamika politik di Indonesia, yaitu tentang
peran DPD yang tidak jelas. Artikel saya mungkin bukan tulisan yang sempurna,
tetapi saya berusaha menyampaikannya dengan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami oleh pembaca.
Akhirnya, saya menyadari bahwa menulis adalah cara saya
untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat. Apa yang saya tulis, meskipun
kadang bisa jadi kontroversial, selalu didasari oleh niat untuk memberikan
perspektif yang berbeda. Dan ketika artikel itu diterima dan dibaca oleh banyak
orang, rasanya itu adalah bentuk keberhasilan yang sesungguhnya.
Melangkah Lebih Jauh dalam Dunia Jurnalistik
Setelah pengalaman pertama ini, saya semakin termotivasi
untuk terus menulis dan mengembangkan diri. Honor yang saya terima memang
sangat membantu, tetapi lebih dari itu, saya merasa bahwa dunia jurnalistik
adalah tempat di mana saya bisa mengasah kemampuan menulis saya lebih jauh
lagi. Ada banyak topik yang ingin saya angkat, dan banyak pembaca yang ingin
saya ajak berdiskusi.
Saya tahu bahwa perjalanan saya sebagai penulis masih
panjang, dan tantangan yang lebih besar akan datang. Namun, dengan pengalaman
pertama ini, saya semakin yakin bahwa saya bisa terus berkembang dan
berkontribusi dalam dunia media, baik itu untuk menyuarakan opini, mengedukasi
pembaca, atau sekadar memberikan sudut pandang baru tentang isu-isu yang tengah
berkembang di masyarakat.
Akhir kata, pengalaman pertama kali artikel saya diterbitkan
di Media Indonesia adalah momen yang tak terlupakan. Bukan hanya karena artikel
itu memberi saya honor untuk membeli susu anak, tetapi lebih karena ini adalah
langkah pertama saya dalam dunia penulisan profesional. Sebuah kebanggaan yang
akan saya kenang selamanya, dan motivasi untuk terus berkarya dalam dunia
jurnalistik yang penuh tantangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.