Minggu, 08 Desember 2024

Pengalaman Naik Kapal Kambuna dan Rinjani dari Tanjung Priok ke Pelabuhan Belawan Medan: Mengenal Gadis Batak Cantik


Tahun 1988, sebuah perjalanan tak terlupakan saya lakukan menuju Medan, dengan tujuan untuk  mendaftar sebagai Bintara Polisi di SPN Sampali Medan. Namun, cerita ini bukan hanya tentang cita-cita yang hendak saya raih, melainkan tentang pengalaman tak terduga yang saya alami di tengah perjalanan. Perjalanan yang dimulai dari pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju Pelabuhan Belawan Medan, saya bertemu dengan seseorang yang seakan menjadi bagian dari kenangan indah dalam hidup saya, meskipun pada akhirnya tak berujung seperti yang diharapkan.
Perjalanan Laut Menuju Medan
Saya berangkat dari Tanjung Priok menggunakan dua kapal yang cukup terkenal pada saat itu, Kapal Kambuna dan Rinjani. Kapal-kapal ini merupakan pilihan utama bagi para pelancong dan pekerja yang ingin melintasi Selat Sunda menuju Sumatera, khususnya Medan. Sebagai seorang pemuda yang penuh harapan, saya sangat menikmati perjalanan ini, meskipun sesekali didera perasaan cemas akan kegagalan yang saya alami sebelumnya, yakni pada tahun 1987 ketika saya mencoba peruntungan di Polda Metro Jaya dan gagal.
Namun, dalam perjalanan yang memakan waktu 2 hari 2 malam ini, saya menemukan keindahan yang luar biasa. Laut yang luas, biru dan tenang, serta hembusan angin yang menyegarkan, membuat hati ini menjadi sedikit lebih ringan. Namun, tak hanya pemandangan laut yang menawan yang membuat perjalanan ini berkesan. Saya juga bertemu dengan seorang gadis Batak yang tak hanya cantik, tetapi juga menarik perhatianku.
Mengenal Gadis Cantik Batak Marga Bernama Siagian
Saat saya  berada di kapal, saya bertemu dengan seorang gadis yang ternyata berasal dari suku Batak. Namanya Siagian, sebuah nama yang tak asing di telinga, karena marganya yang cukup dikenal. Dia seorang  gadis  yang menawan, dengan wajah cantik dan tatapan mata yang penuh semangat. Kami mulai berbicara, awalnya hanya sekadar basa-basi, tetapi percakapan kami semakin hangat seiring berjalannya waktu. Kami berbincang tentang berbagai hal, mulai dari perjalanan masing-masing hingga cerita tentang kehidupan di Jakarta dan Medan.
Siagian sangat ramah, ceria, dan pintar berbicara. Meskipun kami baru mengenal satu sama lain, kami berbagi tawa dan menikmati pemandangan indah di atas dek kapal. Laut yang luas menjadi latar belakang yang sempurna bagi kami untuk mengenal lebih jauh satu sama lain. Setiap kali ombak besar menghantam kapal, kami berdua tertawa kecil, seolah melupakan semua masalah yang ada di dunia. Waktu seakan berhenti, dan hati ini berbunga-bunga. Keindahan pemandangan dan kenikmatan berbincang dengan Siagian membuat saya merasa sangat bahagia.
Kopi Darat di Medan dan Kenangan yang Tak Terlupakan
Akhirnya, setelah beberapa hari berada di atas kapal, kami sampai juga di Pelabuhan Belawan, Medan. Saya dan Siagian sepakat untuk bertemu lagi setelah kapal merapat. Kami merencanakan untuk menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota Medan dan berbincang lebih banyak. Namun, meskipun sudah sepakat sering bertemu lagi, takdir berkata lain. Allah SWT berkehendak lain. Jodoh tak mempertemukan kami berdua.
Ketika kami bertemu di Medan, rasa yang ada di hati saya tak bisa saya ungkapkan sepenuhnya. Ada perasaan yang begitu dalam, tetapi juga ada kesadaran bahwa perjalanan kami harus berakhir. Kami saling mengucapkan kata perpisahan dengan senyum, meski sedikit ada rasa kecewa yang tersirat. Hidup memang kadang tidak sesuai dengan harapan, dan saya harus kembali ke Jakarta dengan hati yang sedikit hampa, meskipun pengalaman ini akan terus saya kenang.
Kembali ke Jakarta: Mengadu Nasib Lagi
Setelah pertemuan itu, saya kembali ke Jakarta. Perjalanan saya ke Medan untuk mendaftar sebagai Bintara Polisi di SPN Sampali pun berakhir dengan kegagalan lagi. Mungkin, kegagalan itu adalah bagian dari takdir yang harus saya terima. Namun, saya belajar banyak dari pengalaman ini. Saya belajar bahwa hidup penuh dengan perjalanan yang tak terduga, dan setiap pertemuan, meskipun singkat, bisa menjadi kenangan yang berarti. Saya mengingat Siagian dengan senyum dan hati yang tulus, sebagai salah satu kenangan indah yang pernah saya miliki di tengah perjalanan hidup ini.
Kepergian saya ke Medan, meskipun berakhir dengan kegagalan dalam karir, namun memberi pelajaran hidup yang sangat berharga. Terkadang, dalam perjalanan panjang yang penuh tantangan, kita menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang tak terduga, seperti pertemuan dengan seseorang yang memberikan warna baru dalam hidup kita, meskipun hanya untuk sementara. Kenangan tentang gadis Batak cantik, Siagian, akan selalu saya simpan dalam hati sebagai bagian dari perjalanan yang penuh cerita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Sobat Ingin Belajar Hukum Yang Baik dan Benar Rajinlah membaca Blog Hukum dan Ketatanegaraan ini dan Tinggalkanlah Komentar Yang Baik.

HUKUM, KETATANEGARAAN DAN KONSTITUSI

Pembentukan dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum dalam Hukum Ketatanegaraan Indonesia

  Pembentukan dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum dalam Hukum Ketatanegaraan Indonesia Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan salah satu lembaga...

Pak Jokowi, Kami Dosen Belum Menerima Tunjangan Covid-19